Pagi itu hujan menyambut hari dengan ramah. Rintikkannya yang sejuk membuat seorang gadis yang masih bergelung di balik selimut, makin menaikkan selimutnya.
Suara gertakan dari jam weker tidak menjadi masalah besar, setelah mematikannya sekali, gadis itu kembali dibuai hangatnya selimut putih tebalnya.
"Nak, bangun Inka." terdengar suara ketukan pintu di luar sana. Alih-alih sadar, yang dibangunkan malah menenggelamkan seluruh tubuhnya di balik selimutnya.
"Inka, ini sudah jam setengah tujuh, kamu gak ke sekolah?"
Mendengar angka-angka, telinganya Areeyata cepat sekali merespon.
Ia bangun secara reflek, lalu ditolehnya jam digital yang berada di hadapan tempat tidurnya.
6.27 AM 28 March 2019.
"Inka telat!!" serunya langsung turun dari kasurnya dan berhamburan menuju kamar mandi.
"Pa, berangkat ya."
Saat di anak tangga terakhir, Areeyata baru selesai menutup resleting tasnya.
"Kamu yakin masih mau tunggu bus dulu?" kata papanya yang juga tengah bersiap-siap untuk pergi ke kantor.
Sekali lagi Areeyata menengok jam tangannya, jarum jam terus bergulir seakan makin cepat.
"Ini bawa mobil aja, sudah Pak Fahmi panasi tadi." Papanya menyodorkan kunci dengan gantungan dompet kecil pada Areeyata.
Areeyata tak banyak berfikir lagi, ia segera menerima kunci mobilnya, —lebih tepatnya mobil papanya—.
"Inka berangkat ya pa." ujar gadis itu.
Setelah mencium tangan papanya, ia segera bergegas pergi dengan mobil matic kuning hitam itu.
Sebenarnya Areeyata bukan tidak mau mengendarai mobil, dia sering menggunakannya.
Hanya saja, untuk pergi ke sekolah Areeyata lebih senang pergi dengan bus, sebab ia tidak perlu repot-repot mencari tempat parkir ataupun harus menunggu agar bisa mengeluarkan mobilnya dari parkiran yang biasanya cukup ramai.
Areeyata membawa mobil itu dengan kecepatan sedang.
Tepat 5 menit sebelum bel, Areeyata tiba di sekolah. Ia mencari tempat parkir sekenanya, dan segera meraih tasnya yang digeletakkan di jok sebelahnya.
Ia berlari kecil menuju kelasnya.
Brukk
Dua benda berbenturan bersamaan di paving.
"Adduh." rintih Areeyata sambil membersihkan tangannya.
"Sorry, sorry."
"Maaf"
Suara itu terdengar bersamaan, berbarengan juga dengan seseorang berkaki jenjang berbalut celana hitam panjang —yang jelas bukan almamater sekolah ini— berdiri di hadapan Areeyata yang masih bersimpuh di atas paving.
Areeyata mendangakkan kepalanya.
"Kaile?"
"Inka."
Suara mereka berbarengan lagi.
Cowok itupun membantu Areeyata bangun.
"You, OK?"
Kaile membantu Areeyata membersihkan lengan kemejanya yang lumayan kotor karena paving cukup dibasahi hujan yang turun tadi.
"Ehhm gak papa kok, duluan ya, maaf juga tadi."
KAMU SEDANG MEMBACA
Areeyata [END]✅
Teen Fiction"17 tahun tanpa mama, saya sudah bahagia." Areeyata. "Kak Areeyata ya?? Aku mau nanti tutor bimbingannya Kak Areey." Shalum. "Ini buku lo kan? Tenang gue gak buka resep pinter lo kok." Filean. Start : 04/07/2019 End : 10/01/2020 {My 1st work}