Sorot matahari menyusup masuk lewat sela-sela tirai putih yang kali itu menyelimuti kaca-kaca lebar yang menjadi dominan di kamar Areeyata.
"Inka ... nak bangun sayang, Inka." suara penuh cinta papanya langsung masuk ke gendang telinga Areeyata yang masih meringkuk di balik selimut tebalnya.
Selanjutnya diikuti beberapa kali ketukan pintu, Areeyata membuka matanya perlahan karena cahaya yang masuk lewat celah gorden langsung mengarah ke matanya.
"Iya pa." jawab Areeyata yang nampak kacau, ia duduk di atas kasur tunggalnya.
"Inka cepet mandi ya nak." sekali lagi Melvin mengetuk pintu kamar putri tunggalnya itu.
Areeyata berjalan membuka pintu kamarnya.
Ia disambut sang papa yang sudah berdiri di depan pintu dengan senyuman dan rentangan tangannya.
"Selamat pagi papa." Areeyata berhamburan ke pelukan papanya.
"Selamat pagi sayang, ada Filean di bawah, cepet turun ya nak." kata Melvin memeluk Areeyata yang masih tampak kacau itu.
Areeyata mengangguk kecil, kemudian Melvin turun dan meninggalkan kamar putrinya.
Areeyata merapikan dulu kamarnya, kemudian membuka tirai dan bergegas mandi.
Setelah keluar dari kamar mandi, Areeyata sekali lagi mendengar suara ketukan pintu.
"Non Inka." itu suara Bi Jah.
Areeyata segera membuka pintu.
"Iya bi?" tanya Areeyata.
"Ini ada titipan dari Mas Kaile non, kemaren ke sini tapi Non Inka belum pulang." kata Bi Jah menyodorkan sebuah paper bag pada putri majikannya.
"Oh iya makasih Bi Jah." kata Areeyata menerima tas itu.
"Iya non, kalau gitu bibi permisi dulu." pamit ART nya berlalu.
"Iya bi." gadis itu kembali menutup pintu kamarnya.
"Apa sih?" Areeyata melemparkan paper bag tadi begitu saja ke atas kasurnya dan ia segera bersiap turun ke lantai bawah untuk menemui Filean.
Dilihatnya dari kaca lebar yang langsung mengarah ke tangga putih sekaligus ruang tamu, seorang laki-laki tengah asik ngobrol dengan papanya di bawah sana.
Tiba-tiba desiran aneh itu muncul lagi bersamaan dengan senyumannya yang melebar di wajah laki-laki itu, tanpa aba-aba sudut bibir Areeyata pun ikut terangkat, ia tersenyum.
Namun tak berlangsung lama, gadis itu cepat-cepat menggelengkan kepala menepis pikirannya.
"Nah itu Areeyata sudah turun." kata Melvin menunjuk anaknya yang memeluk beberapa buku.
"Yaudah om kalo gitu kita pamit ya." ujar Filean, membuat Areeyata cukup membulatkan mata.
"Pergi?" ulang Areeyata.
"Iya, gue kan udah kabari lo semalem." tutur Filean membuat Areeyata segera mengecek ponselnya.
Filean
Re, besok pendalamannya di luar aja ya, bosen di ruangan mulu kalo di rumah lo, sesekali out doorPesan yang masuk pukul 22.15 itu baru dibacanya pagi ini.
"Sebentar saya ambil tas dulu." kata Areeyata hendak balik badan.
"Gak usah Re, masukin tas gue aja, sini." Filean meraih semua buku Areeyata.
"Sebentar om panggil Pak Taufik buat buka garasi dulu ya." kata Melvin segera mencari pesuruh untuk membuka garasi agar Filean bisa mengambil motornya yang dititipkan hampir 2 hari di rumah Areeyata karena hujan malam itu.
Areeyata mendekati rak sepatu dekat pintu kamar papanya.
Dan mengenakan flat shoes hitam kemudian menyusul ke halaman karena terdengar deru motor di sana.
"Om, pergi dulu ya." pamit Filean saat Areeyata sudah duduk di jok motor sport itu.
"Iya, hati-hati ya." pesan Melvin.
"Inka kalo ada apa-apa cepet telfon papa ya." rentetan kata-kata wajib yang selalu diucapan Melvin saat Areeyata pergi tak lupa dituturkannya.
Areeyata hanya mengangguk kecil sebelum motor itu melesat membelah jalanan yang cukup padat di weekend itu.
***
I'm back epribadehh🤟
Dengan segala ke-absurd-an cerita aing, beserta ketypoan yang merajalela🤭
KAMU SEDANG MEMBACA
Areeyata [END]✅
Dla nastolatków"17 tahun tanpa mama, saya sudah bahagia." Areeyata. "Kak Areeyata ya?? Aku mau nanti tutor bimbingannya Kak Areey." Shalum. "Ini buku lo kan? Tenang gue gak buka resep pinter lo kok." Filean. Start : 04/07/2019 End : 10/01/2020 {My 1st work}