23

2K 114 1
                                        

         "Sudah berapa banyak sejak om tinggal, anak om ini hanya mengangguk atau menggeleng?" kata Melvin kini berganti mengenakan jeans dengan kaos maroon berkerah.

"Kita ngobrol kok om." Filean mengangkat jaket abu-abunya yang tadi di pangku oleh Areeyata.

Melvin terkikik kecil lalu duduk di sofa sebelah Filean sambil menepuk pundak Filean beberapa kali.

"Eh ayo diminum dulu." kata Melvin

"Iya om." jawab Filean yang sudah mulai akrab dengan obrolan bersama papa Areeyata.

"Berarti kamu pinter dong, buktinya kamu ngikut olimpiade kan?"

"Ah om bisa aja." Filean tersenyum lebar memamerkan pipinya yang bolong.

"Main catur, jago dong?" kata pria yang mulai muncul bergaris halus di wajahnya ketika ia tersenyum itu.

"Euhm, kadang sih main sama papa, gak terlalu jago juga sih om." jawab Filean dengan cengenges.

"Ini kotak sudah lama banget gak di buka." Melvin kembali dari sebuah nakas putih membawa kotak cukup lebar berwarna monokrom.

"Di luar juga masih hujan mending kita main dulu kan?" Melvin mulai menata pion-pion putih andalannya.

         "Aaahhh haduhhh haduhhh yaaahhh...." seru Melvin memegang kepalanya gemas.

Areeyata tersenyum kecil melihat tingkah papanya yang heboh saat bermain catur karena ini pertama kalinya ia melihat papanya bermain catur.

Filean tak kalah tergelak melihat pria di hadapannya.

"Yahhhhh." seru Melvin menepukkan kedua tangannya dengan penuh kecewa.

Areeyata tergelak cekikikan.

Diam-diam Filean mencuri pandangan ke arah Areeyata, matanya enggan mengedip seakan sedang memotret tawa yang langka itu di otaknya.

"Ayo lagi, hadduh ini malu kalo sampai om kalah lagi." Melvin mulai menyusun lagi pion-pionnya.

Permainan berlangsung semakin sengit mengiringi hujan yang turun sangat lebat dibarengi pula dengan petir yang menggelegar di luar sana.

Permainan makin seru tapi tidak untuk Areeyata, gadis itu tengah terlelap di punggung sofa sambil memeluk bantal sofanya.

"Yeahhh checkmate, hahahaaa puas banget om bisa menang dari kamu." tutur Melvin mampu menyadarkan kembali Filean ke dunia nyata.

Filean tertawa renyah, dilihatnya jam tangan hitam yang melingkar di pergelangan kanannya, 10.47 PM.

"Hujan kayanya masih deres banget, sudah malem juga, om anter kamu pulang ya, motornya ditinggal di sini dulu aja, aman kok, om yang jamin." kata Melvin mengemasi kotak caturnya.

Filean cepat-cepat membantunya mengemasi kotak itu.

"Gak usah om, gak apa-apa kok, Filean pake jaket." kata Filean sambil membantu membenahi kotak catur itu.

"Om juga gak apa-apa kok, lagian om juga memang mau ke tempat temen biar sekalian keluar juga." kata Melvin setelah meletakkan papan catur ke tempat semula.

"Sebentar om pindahin dia ke kamar dulu ya." Melvin mendekati Areeyata yang masih tertidur pulas.

Ketika baru saja ia menunduk, pria itu merintih.

"Om, kenapa?" panik Filean.

"Haduhhh, Yan bisa minta tolong gendong Areeyata ke kamar? Pinggang om kumat lagi ini." tutur Melvin memegangi pinggangnya.

"Oh iya om, permisi ya om." Filean menggantikan posisi Melvin membopong Areeyata yang tertidur.

Ah ternyata bener, orang yang lagi gak sadarkan diri berat badannya kaya 2 kai lipat.

Batin Filean selagi ia membopong Areeyata.

"Di kamar ini aja, Yan." Melvin membuka pintu kamar yang berada tak jauh dari ruang tamu.

Saat Melvin masih membukakan pintu, Filean tertegun melihat wajah yang kini terpulas di dekapannya itu.

Kklek

Suara pintu terbuka berhasil memecah lamunan Filean dan segera membawa Areeyata dan membaringkan tubuh ramping itu.

"Terimakasih Filean, kalo gak ada kamu mungkin pinggang om sudah patah." kata Melvin sambil mengemudikan mobil milik Areeyata, karena mobilnya sendiri sedang habis bensin hingga ia harus mengeluarkan mobil putrinya.

"Oh iya om, omong-omong saya keponakan Chef Gina." kata Filean yang duduk di sebelah Melvin.

"Oh iya? Areeyata pernah kursus sama Chef Gina, tapi cuma ikut yang 3 bulan, kok kamu tau?" Melvin sesekali membagi fokusnya antara mengemudi dan menolehi Filean.

"Iya waktu itu Areeyata pernah ke rumah, sama sepupu saya om." jawab Filean.

"Oh serumah?" Melvin makin tertarik dengan obrolan bersama teman anaknya itu.

"Iya om." Filean mengangguk pasti.

"Wahhh jago masak nih pasti, orang tua kamu juga Chef?".

"Mama sih om." sahut Filean.

"Itu om gerbang putih, om." ujar Filean.

"OK." Melvin melirik spion untuk melihat keadaan dibelakangnya, Felian bersiap-siap turun.

"Makasih banyak om udah anterin Filean." ucap Filean.

"Iya sama-sama, main-main lagi ke rumah ya, Yan." jawab Melvin.

"Hehehee iya om, ayo Om Melvin mampir dulu." tawar Filean.

"Ya makasih, tapi saya mau ketemu temen dulu Yan, kalo gitu om jalan dulu ya." ujar Melvin.

"Iya om iya, hati hati ya om." kata Filean sebelum berlari ke arah beranda rumahnya karena hujan masih turun cukup deras.

"Siapa bang?" sambut seorang gadis yang bersandar di daun pintu rumahnya.

"Oh, bokapnya Areeyata." sahut Filean santai sambil terus berjalan.

"What? Motor lo mana?" Shalum mengekor di belakang Filean yang bergerak ke arah dapur.

"Di rumah Areeyata." sahut Filean enteng sambil membuka pintu lemari es dan meneguk minuman dingin.

"Bang, kok baru pulang? Makan gih." mama nya tampak keluar dari dapur kotor dengan tangannya yang masih basah.

"Udah makan mam, di rumah temen tadi." sahut Filean masih duduk di kursi bar pantry.

"Padahal mamam udah masakin kamu Bolognese crab." kata mamanya

"Caca aja mam, Filean ke kamar ya, mau mandi." ucap Filean bergegas pergi.

"Ih ogah, gue diet." Shalum juga pergi beranjak meninggalkan dapur.

"Ca, bawain tas abang tuh." ucap tantenya yang masih sibuk dengan masakannya.

"Duh momeeh biarin abang sendiri ajalah, Kak Fi!!! Tas lo!!!" teriaknya.

"Ya ampun." eluh wanita itu berkat dua anak yang selalu menguji kesabaran itu.

***

Ntah kenapa aku paling susah update work ini, padahal work ini work pertama aku, bahkan cerita kedua aku yang 'My Twins ~ 3T' udah otw complete, nah ini work aku publish paling nggak sebulan sekali🤧🤧

Janji deh habis ini rajin up🤧😇😇🤭

Areeyata [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang