16

2.5K 134 1
                                        

          Pembelajaran masih lebih banyak kosong hari ini.

Semuanya tengah sibuk mempersiapkan peringatan hari ibu yang akan diadakan cukup meriah besok.

"Dua bulan bukan hal yang sulit, kan?"

Gadis itu tengah duduk di tribun auditorium bersama satu gadis lainnya.

"Yeah, gue akui lah ya, bisa jugak lo, padahal si flat itu, gila banget bekunya." sahut gadis di hadapannya sambil bersedakap dada.

"So??? Lo bisakan pastiin gue jadi Miss School periode ini?"

Gadis pertama mengangkat satu alisnya tak lupa melipat tangan di depan dadanya.

Tanpa mereka sadari, seseorang sudah lama berdiri tak jauh dari keduanya duduk.

Dalam jarak itu juga, masih sangat memungkin untuk mendengar semua perbincangan keduanya.

Menyadari kehadiran seseorang, gadis pertama terkesiap seketika.

"Kak Areeyata," lirihnya.

Namun sang empunya nama, lebih dulu pergi tanpa kata.

"Kak Ar ... gak gitu, kak!! Kak Areeyata!"

Shalum menoleh dan mendengus kearah Leshia, yang tak lain gadis yang tadi bersamanya.

"Kak Areeyata ... gak kaya yang kakak denger, kak."

Shalum menyejajarkan langkah dengan Areeyata yang berjalan segontai serta sedingin biasanya.

Seolah menutup rapat mulut dan telinganya, ia terlalu malas untuk mendengar celotehan Shalum.

Areeyata memilih menghiraukan sosok di sampingnya itu.

"Kak Ar, please dengerin aku, aku tau aku salah, jujur awalnya aku memang terlalu bodoh, jadiin kakak sebagai taruhan,"

"But I'm swear, setelah kakak mau susah payah ajarin Shalum, Shalum sadar kalo seharusnya aku gak bales kaya gini sama ka-"  

"Bukan berarti melihat kerang berkerak lalu kamu menilainya rendah, jangan remehkan sebutir debu kalau-kalau dia yang akan menutupi sebuah permata." ucap Areeyata berhenti sejenak tanpa rela menghadapkan badannya ke lawan bicaranya, apalagi untuk menatapnya.

"Jadi dari sekarang, coba cari tutor lain, saya bukan pembimbing!" telak Areeyata lalu mulai melangkah lebar lagi.

Shalum yang ditinggalkan hanya bergeming di tempat sambil membuka mulut terperangah atas ucapan Areeyata.

"Kak Ar...." panggil Shalum tak kuat akan sesaknya lagi.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

       "Bisa-bisanya menuruti kemauannya, padahal sudah jelas dia mencurigakan." bisik Areeyata sembari menyeringai.

Tangannya kini bertumpu di bibir wastafel toilet siswi.

Dibasuhlah wajahnya yang sudah memerah akibat murkanya yang tak terlampiaskan.

Gadis itu belum sepenuhnya mengerti, kenapa dengan mudah Shalum membalas usaha baiknya dengan menyakiti perasaannya.

Tapi kenyataannya, memang tak akan pernah ada asap tanpa api.

Setelah keluar dari toilet, Areeyata menyusuri koridor menuju perpustakaan.

"Anak itu awalnya memang memiliki tujuan buruk, tapi gak selamanya lo percaya sama kerak di kulit kerang,"

"Dia pasti nyesel, kalau aja dulu dia ngenal lo sebaik sekarang, dia pasti gak akan manfaatin lo kaya gini."

Areeyata [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang