Areeyata pamit kepada Shalum untuk mengambil barang di kamarnya.
Kini Shalum duduk sendiri di ruang tamu yang cukup lega dan sangat tenang.
Ia melihat beberapa foto-foto di figura.
"Satu fakta baru, Kak Areeyata bukan orang susah, terang-terangan rumahnya segede gini,"
"Tapi kenapa dia betah banget ya sama bus, yang buawu, plus panas, plus dempet-dempetan, plus plus plus itulah." pikiran Shalum mulai berkelana.
Matanya mulai menyapu setiap sudut ruangan, sambil sesekali menyesap minuman dingin yang disajikan oleh ART di rumah itu.
Sang tuan rumah akhirnya muncul dengan membawa beberapa alat peraga.
"Jadi kita kemana?" tanya Areeyata saat sudah di samping Shalum.
"Oh iya, gini kak, aku denger di Matteo resto kafe, ada menu baru yang recommended banget, jadi kita kesana aja ya."
Areeyata menjawab anggukan sebagai isyarat ia setujunya.
Areeyata berjalan ke arah garasi. "Ayo masuk." instruksinya.
Shalum pun tersenyum lebar, dan duduk di kursi sebelah Areeyata.
"Kak Ar, kenapa sih kakak gak pake mobil aja ke sekolah?" tanya Shalum, saat Areeyata sibuk dengan kemudinya.
"Padahal kan di bus itu sumpek, gerah, bauk lagi." jujur Shalum yang lagi-lagi tak mendapat jawaban dari Areeyata.
"Siapkan materi matematika untuk pembelajaran hari ini." sela Areeyata dan masih fokus pada kemudinya.
Shalum hanya bisa mendengus pasrah dan bergeming dengan bukunya.
Setengah perjalanan, Shalum menurunkan kaca jendela.
"Zeloooo!!" teriaknya, reflek membuat Areeyata menutup sebelah kupingnya.
"Itu tadi adik aku, kak." ucapnya meski tak ada pertanyaan dari Areeyata.
"Heyluuuw." Shalum berdadah ria ke arah layar ponselnya.
"Kak Cak, mau kemana?" anak kecil di layarnya itu nampak bersemangat berdiri di depan gerbang rumah berlantai dua itu.
"Kerjain tugas bentar, bilangin mama ya." kata Shalum.
"Oleh-oleh ya kak." anak laki-laki itu berjalan masuk ke halaman rumahnya.
"Ok, tapi bilangin mama beneran ya." ucap Shalum sebelum mengakhiri video call dari adiknya.
***
Hampir sebulan mengenal Shalum, membuat Areeyata semakin iba dan berusaha merubah adik kelasnya ini untuk menjadi lebih baik lagi.
"Jangan pernah lupa, sisihkan 5 menit saja waktu kamu untuk belajar, setiap hari." kata-kata itu begitu saja meluncur dari mulut Areeyata, membuat Shalum yang fokus dengan bukunya mengangkat kepalanya.
Sadar akan ucapannya, Areeyatapun membuang wajah ke arah tasnya.
"Gak ada orang bodoh di dunia, yang ada hanya orang malas." Areeyata menyodorkan sebuah kotak berwarna merah berpita pink.
"Apa nih, kak?" tanya Shalum meletakkan bolpoinnya dan meraih kotak dari Areeyata.
"Untuk nilai ulangan harian kamu." ucap Areeyata meski masih sangat dingin.
"Oooh, ucapan selamat gitu maksud kak Areeyata?"
"Aaaa, kakak bisa aja deh, gengsi banget, mau bilang selamat aja pake acara kasih kado gini, by the way makasih loh kak." Shalum cukup berbangga atas pemberian Areeyata.
Setelah satu jam mereka duduk di kafe yang Shalum pilih, akhirnya sore menjemput, memutuskan Areeyata mengakhiri BM hari itu.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Makasih ya kak, buat hari ini." ucap Shalum ketika Areeyata memaksanya untuk pulang bersamanya karena kebetulan rumah mereka satu arah.
Areeyata hanya mengangguk.
"Kak Ar, mampir dulu ya kak, please." ajak Shalum ketika mobil Areeyata berhenti di depan gerbang rumah nya.
"Terimakasih." jawab Areeyata.
"Kok makasih sih kak, kan harusnya aku yang bilang makasih, makanya kakak harus mampir dulu, yah." ujar Shalum.
"Maaf, tapi sudah mulai gelap." tolak Areeyata.
"Ayolah Kak Ar, bentar doang, masih sore jugak, pokoknya kalo Kak Areeyata gak mampir, aku gak turun dari mobil kakak." kata Shalum.
Areeyata masih diam bersandar.
"Kak Ar ayo dong ... masuk yah." Shalum merengek, membuat Areeyata jengah.
Iapun menjalankan mobilnya memasuki halaman rumah Shalum.
***
"Ayo, kak." ajak Shalum menarik pergelangan tangan Areeyata memasuki ruang tamu.
"Zelo, ayo mainannya dirapikan, ini ada temen kakak." teriak wanita yang tengah duduk di sofa.
"Mama belum pulang tan?" Shalum mencium tangan wanita itu, diikuti oleh Areeyata.
"Belum, kayanya bentar lagi, kalo gitu tante tinggal dulu ya, aduh ini Zelo kebiasaan kalo udah asik sendiri mainannya lupa dikemasi." omel wanita sambil berlalu pergi.
"Kak Ar, di lantai atas aja yuk." ajak Shalum.
"Aku mau tanya PR kimia sekalian, aku gak tau jawabnya gimana, boleh kan?"
Shalum memimpin jalannya menyusuri anak tangga sambil menoleh kearah Areeyata.
Kakak kelasnya itu mengangguk kecil.
"Aku ganti baju bentar ya kak, bi ... buatin minum, bentar ya Kak Ar." Shalum berlalu meninggalkan Areeyata.
Tinggallah Areeyata kini duduk sambil bergeming dengan ponselnya.
Sesekali ia mendengar suara anak kecil berseru diikuti suara besar yang juga tak kalah hebohnya.
"Gak ah, ntaran aja lagi, lo kalah mulu." suara itu semakin jelas setelah terdengar suara pintu terbuka.
"Bang, ayoooo." rengekan itu terdengar jelas.
"Ada temen gue, nanti lagi ah."
Areeyata memastikan suara yang baru saja didengarnya.
Ah, masa iya??
Batin Areeyata mengira-ngira suara yang tak asing itu, namun ia berusaha menghiraukannya dan sibuk lagi dengan ponselnya.
"Hahahahaa, Zelo ih, hahahaa-" tawa itu tiba-tiba berhenti, bersamaan dengan sesosok yang kini tertegun kaku.
"Areeyata."
***
Nah lohh.. Sapa tuh??
Komen, tebak siapa kira-kira yang manggil Areeyata..Vote + Comment = 💘

KAMU SEDANG MEMBACA
Areeyata [END]✅
Teen Fiction"17 tahun tanpa mama, saya sudah bahagia." Areeyata. "Kak Areeyata ya?? Aku mau nanti tutor bimbingannya Kak Areey." Shalum. "Ini buku lo kan? Tenang gue gak buka resep pinter lo kok." Filean. Start : 04/07/2019 End : 10/01/2020 {My 1st work}