"Nih, yang punya lo yang mana?"
Dua anak manusia itu bertemu di koridor deretan loker siswa.
Areeyata yang mengambil sesuatu di lokernya, terlonjak ketika mendengar suara besar itu.
"Eh sorry, gue ngagetin ya?" cowok itu tetap menyodorkan dua keras kuning.
Satu berupa kertas kuning biasa yang terlipat, sedangkan yang lainnya berupa amplop.
"Ini." Areeyata menarik amplop kuning di tangan Filean.
"Terimakasih." sambungnya.
"Sama-sama." jawab Filean.
Areeyata yang hendak menutup lokernya, malah menjatuhkan buku cokelatnya tepat di atas kaki yang berdiri di sebelahnya.
Buku itu jatuh dengan posisi terbuka, sebuah halaman bergambar sebuah pohon besar dengan arsiran tinta terpampang di sana.
"Lo pinter ngelukis juga ternyata." Filean membungkuk dan meraih buku itu dan ditatapnya lekat-lekat.
"Ini lo ... sama cowok lo?" tebaknya melihat dua sosok di bawah pohon itu.
Sesegera mungkin Areeyata membuang muka dan mengambil alih bukunya.
"Sorry." ucapnya kemudian berjalan tergesa.
"Gue salah ya??" ucap Filean tak mengerti
***
"Areeyata." seorang guru menghentikan langkah gontai Areeyata.
"Saya, pak." Areeyata mendekat.
"Saya benar-benar kagum dengan cara mengajar kamu,"
"Terbukti, meski belum sebulan, setidaknya Shalum sudah menunjukkan kemajuan,"
"Tapi saya rasa itu terhitung cepat, kamu memang paling bisa diandalkan." ucap Pak Yeris.
"Mungkin karena memang sebenarnya Shalum mampu pak, jadi dia mudah menyerap materinya." jawab Areeyata.
"Selamat pagi Pak Yeris, Areeyata." sapa seorang wanita yang tak lain adalah wakil kepala sekolah di sekolah ini.
Tak heran jika Areeyata mengenalnya, tapi yang menyentak Areeyata karena wanita itu baru saja menyapanya.
Sebegitu dibincangkannya kah ia?
Hingga wakil kepala sekolah saja mengenalnya, sedangkan Areeyata sendiri bukanlah anak yang aktif di berbagai kegiatan.
"Saya yakin 3 bulan sebelum ujian sangat cukup untuk membantu nilai Shalum sampai di peringkat 5 besar, bahkan 3 besar." optimis pria berkemeja biru muda itu.
"Saya juga berharap demikian pak." kata Areeyata mengangguk.
"Ya sudah, saya hanya ingin menyampaikan ini, kalau kamu berkenan, kamu bisa bergabung saja dengan anggota bimbingan, Areeyata."
"Lumayan untuk tambah uang jajan." tawar Pak Yeris.
Lagi-lagi Areeyata hanya tersenyum kecil.
"Kalau begitu saya permisi, pak." pamit Areeyata.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Kak Ar!!" lengkingan itu berhasil membuat pengang telinga Areeyata.
"Kak, kakak harus tau ini, ini hasil ulangan fisika ku minggu lalu." pamernya atas selembar kertas berisi jawaban dengan angka 85 tertera dengan tinta biru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Areeyata [END]✅
Novela Juvenil"17 tahun tanpa mama, saya sudah bahagia." Areeyata. "Kak Areeyata ya?? Aku mau nanti tutor bimbingannya Kak Areey." Shalum. "Ini buku lo kan? Tenang gue gak buka resep pinter lo kok." Filean. Start : 04/07/2019 End : 10/01/2020 {My 1st work}