03

5.3K 251 0
                                        

             Pagi itu Areeyata bangun sebelum matahari.

Ia akan menyiapkan sarapan untuk papanya sekaligus menunjukkan kepadanya sudah seberapa jauh kelas memasaknya.

Dengan rambutnya yang dikuncir satu seperti biasa, Areeyata segera menyambar sebuah apron merah, dan mulai sibuk dengan kegiatannya.

Setelah sesaat Areeyata mengacak-acak dapur, gadis itu bergegas menyajikan hidangan yang dibuatnya di meja makan.

"Wahh, wangi sekali." tiba-tiba papanya muncul dari arah tangga.

"Papa, Inka buatkan papa sup buntut, semoga papa suka dengan hasil coba-coba Inka ya." gadis dengan nama masa kecil Inka itu, kini menyajikan sepiring untuk papanya.

"Biar papa saja, kamu juga makan ya, papa yakin ini pasti lezat."

          Melvin segera menyendok sesendok kuah sup buntut spesial dari putri kesayangannya.

"Papa sudah rapi sekali, papa ke kantor hari ini?" tanya Areeyata melihat penampilan necis sang papa.

Yang ditanya segera membenahi kerah jas nya.

"Papa ada meeting sama client."

Areeyata memangguk singkat.

"Ini luar biasa, terimakasih ya nak, sekarang papa berangkat ya."

Melvin mengulurkan tangan yang cepat-cepat diraih oleh putrinya.

"Hari ini kan libur, Inka mau kemana?" tanya papanya dibalas gelengan kecil dan senyum tipis oleh Areeyata.

"Belum tau pa, tapi sepertinya Inka akan beli beberapa buku." sahutnya setelah menerima sebuah kecupan kasih sayang di puncak kepalanya dari papa sekaligus mamanya itu.

"Hati-hati ya, atau kamu bawa mobil aja." ucap Melvin menyarankan.

"Lihat nanti saja ya pa." Areeyata mengambil langkah aman.

"Ya sudah telfon papa segera kalau terjadi sesuatu, papa berangkat ya."

Kini Areeyata hanya bisa melihat punggung lebar papanya yang mulai lepas dari pandangnya itu.

Masih duduk di meja makan, Areeyata menatap nanar kursi di sebelahnya yang baru saja menjadi singgasana papanya.

Tanpa aba-aba sebutir air bening berhasil meluncur di pipinya, cepat-cepat Areeyata menghapusnya kasar dan bergegas merapikan meja makan.

"Non biar bibi aja." seorang ART datang.

"Terimakasih bi, saya tinggal ke kamar dulu ya." ujar Areeyata dengan senyuman tipis yang menjadi ciri khasnya.

***

         Di tengah kesibukannya tenggelam antara deretan rak buku, gadis itu terus asik memilih buku hingga suara kicauan dari ponselnya berhasil menyisihkan waktunya untuk merogoh saddle bag hitam yang dicangklongnya.

Diusapnya layar dari benda balok tipis itu.


+6285******475 
~Filean Darren Dratama : 📷

Ini buku lo kan? Tenang gue udah amanin kok, alamat lo? Biar gue anterin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini buku lo kan? Tenang gue udah amanin kok, alamat lo? Biar gue anterin.

Pesan serta sebuah gambar yang dikirim melalui aplikasi chatting itu, membuat Areeyata cukup terperangah melihat buku berwarna cokelat miliknya.

Tanpa berfikir panjang, Areeyata segera menekan gambar ganggang telfon.

"Di Andegang bookstore saja, kamu gak buka-buka isi buku itu kan?" sambar Areeyata ketika detik pertama panggilannya diterima oleh lawannya.

"Oke ... oke ... gue belum buka lebih jauh kok."  suara itu cukup berjeda.

Tapi, apa katanya tadi? 'Belum buka lebih jauh?' Artinya dia sudah membukanya, lancang sekali.

"Saya tunggu di bookstore" panggilan itu berakhir begitu saja.

***

*Filean PoV

         "Oke ... oke ... gue belum buka lebih jauh kok."

Aneh aja nih cewek, lagian cuma buku beginian doang.

Lanjut Filean dalam hati karena cukup kagok mendengar lawan bicaranya yang langsung menyemprotkan ucapannya tanpa salam.

"Saya tunggu di bookstore."  sesingkat itu jawabannya.

Filean mengangkat alisnya tak percaya.

"Hallo ... hal hallo hallo, etdah ... mana gue tau tempatnya, apaan dah tu namanya tadi." Filean merengut di jok mobil nya.

Reeya : Jln. Permaian 72 sebelah kafe Talmud.

Pesan kembali masuk di jendela percakapan kontak gadis pendiam itu.

Filean Darren Dratama : ok, gue deket situ kok, 5 menit lagi.

Filean segera melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang.

Setibanya di tempat yang dimaksudkan oleh Areeyata, Filean keluar membawa ponselnya serta sebuah buku berwarna cokelat kayu.

Filean Darren Dratama : re, lo dimana? Gue udah di depan ni.

***

Udahan dulu ah, part 3 nya pendek aja 😂😂 Filean muncul lagi neeh tjyaah.

Thanks readers ku terjeyeng, di tunggu bintang + komennya yak.

Areeyata [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang