20

2.2K 121 1
                                    

       "Undur aja, nyanyi dimajuin dulu, teaternya nanti aja." kata seorang gadis yang memegang sebuah clip board dengan air wajah frustasinya.

"Euuhhm, gue tau." satu gadis lain memetik jari jempol dengan telunjuknya.

Ia mengacung telunjuk tinggi-tinggi.

"Nggak perlu ngubah randon, Kak Areeyata, gue yakin dia bisa gantiin Kak Jenithan main piano, gue pernah liat dia punya piano di rumahnya." seru Shalum excited.

"Areeyata??" sahut gadis yang memegang clip board itu.

"Anak kelas mana?" tanyanya lagi.

"Anak kelas 2 Ipa 6 kan?, tapi gue gak yakin dia mau " sahut satu lainnya.

"Kenapa?" tanya gadis berclip board.

"Dia tuh terlalu dingin, kayanya sih gak bakal mau kalo buat tampil-tampil gini."

Saat mereka sibuk memikirkan cara membujuk Areeyata, Bu Andrea, wakil kepala sekolah muncul.

"Biar saya yang menyampaikan" nyaris semua anak yang berID card panitia menoleh ke sumber suara.

"Selamat pagi, bu." semuanya mengangguk sapa pada wanita paruh baya yang mulai berlalu itu.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

         "Selamat pagi Areeyata."

Terlihat gadis yang duduk di pojok auditorium dengan air wajah sama sekali tidak tertarik pada acara yang tengah berlangsung.

"Eeeh pagi, bu." Areeyata cukup kagok.

Pasalnya, wakasek itu bisa mengenal Areeyata yang bahkan teman seangkatannya tidak mengenalnya.

Tapi Areeyata berfikir positif mungkin karena ia dulu sempat mengikuti beberapa olimpiade nasional.

"Kenapa disini? Nunggu seseorang?" tanyanya.

Areeyata menggeleng sambil berusaha tersenyum sebisa mungkin namun sisi lain dari hatinya teriris untuk sekedar tersenyum kepada orang lain.

"Saya dengar kamu pandai main piano ya?" kata wanita itu duduk di sebelah Areeyata.

"Sekedar bisa bu." jawab Areeyata sambil menunduk.

"Saya minta bantuan kamu boleh, nak?"

Deggg.

Kata terakhir yang dikatakan Bu Andrea membuat sebutir air mata yang sejak tadi sudah mendesak ingin keluar, tiba-tiba meluncur mulus di pipinya.

Cepat namun hati-hati, Areeyata menghapusnya.

"Bantu apa bu?" tanya Areeyata menormalkan bicaranya.

"Panitia kegiatan hari ibu ini lagi kebingungan, soalnya pianis yang ditunjuk lagi sakit dan sekarang lagi di UGD, saya minta tolong sekali ya?" ujar bu Andrea.

Areeyata terdiam sejenak kemudian ia mengangguk ragu ketika baru sedetik sebelumnya Bu Andrea meraih punggung tangan Areeyata.

"Saya mulai bantu apa bu?" Areeyata bangun yang secara otomatis membuat tangan Bu Andrea juga terlepas.

"Euhm setelah band ini, kamu bisa iringi anak teater kan?" ucap nya.

"Kamu bisa latihan untuk lagu-lagu yang mereka juga bawakan, serta buat liat alurnya akan seperti apa." kata Bu Andrea.

"Saya langsung ke back stage ya bu." pamit Areeyata meraih tasnya dan menentengnya.

"Mari bu." Areeyata melewati wakaseknya.

Areeyata [END]✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang