𝙷𝚊𝚕𝚏-𝚋𝚕𝚘𝚘𝚍 𝙿𝚛𝚒𝚗𝚌𝚎 - 5

3.2K 475 34
                                    

Jalanan bersalju dia lewati sendirian, Lily tidak tau mau bercerita dengan siapa. Zack dia terlalu terobsesi dengan Outstanding di seluruh mata pelajaran yang dia ikuti. Lily tidak bisa mengganggunya.

Di jalanan bersalju itu, dia melihat dua orang. Satu Katie Bell dan temannya yang anak Hufflepuff, suara mereka samar-samar terdengar awalnya. Mereka berdebat dan tidak sadar kalau Lily lewat.

"Katie. You don't know what it
could be!"

Lily tidak tau apa yang mereka perdebatkan dan dia tidak peduli juga. Itu masalah mereka bukan masalahnya. Tapi melangkah belum jauh, Lily mendengar teriakan. Katie Bell, di agak jauh belakangnya melayang beberapa kaki di udara dengan teriakan-teriakan dan wajah sepucat mayat. Lalu beberapa detik kemudian dia terjatuh ke tanah.

"Get back! All o' yeh!" Hagrid datang, Lily hanya memastikan, dia pikir Draco yang melakukannya. Terlintas begitu saja. Lily segera meninggalkan tempat, berlari menuju kastil.

Tapi dia tidak tau kalau apa yang dilakukannya akan mengundang kesalahan opini. Lily pergi ke kamarnya, cepat-cepat melepas sarung tangan dan jaketnya. Entah kenapa, baru kali ini dia merasa pikirannya dipenuhi hal yang memusingkan dan membuatnya frustasi.

Lily tidak mau menjauhi Draco ataupun Wezen, tapi dia juga tidak mau mati sia-sia tanpa perjuangan. Dia di Gryffindor, di tempat dimana orang-orang pemberani berkumpul. Lily mengangguk memantapkan tekadnya untuk menjadi pemberani, berani seperti Lily Evans.

Lily melangkah keluar meninggalkan kamar tapi tumpukan buku yang berjatuhan membuatnya ingat sesuatu. Lily menepuk dahinya, dia berbalik memandangi buku-buku di atas kopernya yang berjatuhan, "Ya ampun. Aku bahkan belum mengerjakan satupun dari mereka!" dia segera kembali dan mengambil buku-buku itu. Membawanya ke ruang rekreasi, di depan perapian untuk dikerjakan.

***

"... Wezen bukanlah putra seorang Schroeder, dia putra Barty Crouch jr yang menyamar menjadi Alastor palsu yang kamu curigai di tahun ketigamu, Lily, Voldemort memberinya tugas yang penting, dua anak-anak yang masih terlalu muda untuk menjadikan diri mereka seorang musuh kebaikan, Crouch dan Malfoy diberi tugas masing-masing untuk membunuh satu orang yang ada di dalam kastil, kamu tau jawaban yang satunya. Yaitu aku dan ... "

"Sahabat Wezen sendiri," balas Lily. Dumbledore memanggilnya tadi dan dia langsung kemari setelah semua pelajaran usai.

"Ya. Kamu orangnya Lily. Voldemort sudah belajar dari kesalahan-kesalahan yang dibuatnya dan dia tidak mau semua kesalahan itu terulang lagi. Keinginan terbesarnya hanya satu Lily, membunuh Harry Potter dan menjadi penyihir paling hebat, paling ditakuti di dunia sihir. Dia tidak mau ada Lily Evans lain yang menghalanginya dan membuat kekuatannya menghilang begitu saja, dia tidak mau itu terjadi," lanjut Dumbledore.

"Jadi, Voldemort mengira aku akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan Lily Evans?" tanya Lily. Dumbledore tersenyum, dari balik kacamatanya dia menatap Lily.

"Hampir sama. Tapi kukira bukan Harry yang akan kamu selamatkan, melainkan mereka berdua. Putra Malfoy dan Putra Crouch," kata Dumbledore, Lily mendengar suara perapian membakar kayu-kayu itu.

"Jadi aku akan mati demi orang lain seperti yang Lily Evans lakukan?"

"Kemungkinan besar."

Lily jadi memikirkan, bagaimana kalau dia meninggalkan kehidupan ini. Dia bertemu Lily dan James Potter tapi dia berpisah dengan seluruh keluarga Weasleynya, berpisah dengan Draco, Wezen, Zack dan anak-anak Hogwarts yang lain. Lily berada di pihak kebaikan, tapi siapa sih yang mau dan selalu siap untuk mati kalau dia sendiri belum berhasil membuat keluarganya bahagia.

When Malfoy In Love With a WeasleyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang