×Is it the Cursed Child?×

4.7K 196 17
                                    

Greathall menunjukkan paginya yang ramai, Laurel atau kalau orang yang tidak kenal dekat dengannya harus memanggil Volans, tengah duduk di meja sambil berbincang dengan dua temannya yang beda asrama. Megan dari Ravenclaw, dan Lily dari Gryffindor.

Ibunya pernah bilang, Ayahnya, dan Uncle Zacky juga pernah mengatakan kalau mereka adalah the Next Darklight trio, itu sebabnya sekarang pin merpati ada pada mereka. Terpasang di antara jubah-jubah asrama mereka.

Beberapa origami bangau berukuran sedang, terbang menuju beberapa anak dari mereka, hanya beberapa anak karena pasti tidak semua bisa berlangganan Darklight News setiap harinya. Bangau terbang itu membuka lipatannya dan berubah menjadi lembar panjang sebuah koran, Lily membuka lebar-lebar, mengambil pandangan Megan yang tengah membaca dan Laurel yang tengah menikmati sarapan paginya.

"Hei, Megan. Ayahmu naik jabatan lagi," kata Lily semangat lalu menggeser gambar Zack pada Megan. Putri Zack yang perempuan itu tersenyum.

"Dari kantor The Accidental Magic Reversal Squad dan The Muggle-Worthy Excuse Committee di Department of Magical Accidents and Catastrophes, Ayahmu sekarang beranjak ke Kepala Department of Internation Magical Coorperation. Waw, bukankah itu posisi yang dia inginkan sejak dulu?" Lily menoleh pada Megan. Dia tidak tampak antusias sama sekali. Anehnya.

"Yup. Ayahku memang menginginkan jabatan itu bahkan sejak dia masih seumuran Cast. Dia bercerita kalau dia pernah memakai tongkat sihir milik kakeknya Uncle Wezen yang juga pernah menjabat posisi itu dan mulai saat itu dia mengajariku bagaimana caranya terus bekerja keras meski aku tidak di Hufflepuff."

"Memang benar ya kalau bekerja keras itu apapun yang kita inginkan pasti bisa tercapai, Uncle Zacky buktinya," kata Lily memberikan komentarnya.

"Ayahku bukan orang yang suka bekerja keras. Mungkin. Tapi kurasa sekarang dia sudah mulai bisa mengubah sifatnya yang satu itu, bencinya kenapa sifatnya itu diturunkan kepadaku. Padahal aku sendiri menginginkan sifat Mum dan bukannya Dad," cerita Laurel dari wajahnya ada raut agak kesal tapi harus pasrah karena dia sendiri tidak tau kenapa malah dia yang menuruni sifat Ayahnya dan bukannya Lion.

"Haha. Aku tidak tau bagaimana perasaanmu Laurel, tapi itu penuturan yang tidak akan pernah berubah meski kamu mengeluhkannya," Megan memberinya nasihat. Laurel hanya mengangguk-angguk lalu menyingkirkan piring dan piala tempatnya makan tadi karena sekarang semua anak-anak mulai beranjak pergi, bukan menuju kelas mereka tapi pergi ke lapangan Quidditch. Kalau kata Zack, 'Potterhead yang udah baca buku dan filmnya pun tau kalo Lapangan Quidditch itu buat tanding bukan buat pacaran.' Wkwk.

Jam sebelas siang tepat. Laurel dan Megan duduk di tribun yang sama. Hari ini Hufflepuff lawan Gryffindor dan sejak tadi Megan rasanya khawatir juga ingin tertawa karena Castuilo melawan adiknya sendiri, Bratindra yang juga pemain Quidditch di bagian Chaser. Dia belum terbiasa melihat mereka berebut Quaffle karena biasanya kalau Cast main Brat memilih mundur tapi kali ini tidak.

"Berdoa saja untuk kedua kakakmu, Megan," kata Laurel berbisik.

Tujuh orang berjubah kuning memasuki lapangan dan mendapatkan sorakan kencang sekali. Megan dan Laurel terpaksa meringsut agar tidak rusak pendengaran mereka, sungguh tak terduga anak Hufflepuff sesemangat itu menyemangati tim mereka. Megan dan Laurel sampai geleng-geleng kepala. Tapi memang bukan hanya anak Hufflepuff melainkan ada juga dari ketiga asrama lain, alasannya apalagi kalau bukan si kapten sekaligus prefek yang dingin tapi selalu punya cara untuk membuat semua gadis tertarik pada wajah tampannya. Bratindra Zachary Mather.

Brat berjalan memimpin, terpaan sinar matahari menambah silau wajah tampannya. Laurel dan Megan hanya menggeleng-gelengkan kepala mereka, Brat itu pendiam tapi nakal pakai sekali. Bukan pembuat onar, tapi dia tipe anak yang suka membolos dan suka sekali membuat orang lain merasa kesulitan. Dengan kata kejamnya, Megan lebih senang menyebutnya sebagai seorang 'Psycho' menyeramkan sekali.

When Malfoy In Love With a WeasleyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang