𝙷𝚊𝚕𝚏-𝚋𝚕𝚘𝚘𝚍 𝙿𝚛𝚒𝚗𝚌𝚎 - 9

2.9K 443 17
                                    

-The Darklight Trio Scene-
REVISI

***

Zack terbangun, setelah dipikirkan cukup lama, dia tidak akan membiarkan Lily pergi begitu saja. Zack menarik jaketnya dan segera keluar dari asrama, meski sepi, suram, dan hanya remang-remang dia tetap memberanikan diri. Kalau Lily saja berani untuk mati hari ini, kenapa dia harus takut hanya pada gelapnya sebuah koridor.

Samar-samar dia juga mendengar suara-suara dari kelompok paduan suara milik kepala asramanya, langit mendung menambah suasana gelap. Zack mempercepat langkahnya, setengah berlari, menuju kemanapun nalurinya akan membawanya bertemu Lily.

Belum sampai dia bertemu, dia melihat seseorang yang membuat matanya terbelalak kaget. Kepala sekolah, terjatuh dari ketinggian menara astronomi. Lalu Dark Mark tercipta dari langit oleh salah satu dari kelompok mereka.

"Its the time, Lily," suara dingin itu menembus pendengarannya. Wezen, berbicara dengan Lily dan itu pelan sekali. Zack mencapai ujung dinding dan melihat ke arah belokan dimana kedua sahabatnya tengah berdiri, dan tongkat Wezen terarah pada gadis itu.

"Stop it, Crouch! Apa kau yakin kau bisa membunuh sahabatmu sendiri?" tanya Zack berang, dia mengangkat tongkatnya pada Wezen.

"Oh, hai Mather, mau melihat kejadiannya? Oh, ya, tentu saja aku sangat yakin," kata Wezen lalu menyeringai.

Sekarang tangan Zack bergetar saking marahnya, Wezen belum melakukan apa-apa tapi suara pecah-pecahan kaca terdengar nyaring sekali, juga teriakan-teriakan melengking sosok pelahap maut wanita yang mencari-cari dan menyebut nama Wezen.

"Argh, bibiku memang tidak bisa menjaga rahasia, dia berjalan ke sana kemari dan menyebut namaku, mengumumkan kalau sekarang aku adalah Death Eater," kata Wezen. Dia menurunkan tongkatnya dan menatap dua sahabatnya itu dalam.

Zack memandang bingung, begitu juga Lily. Kenapa Wezen malah menurunkan tongkatnya?

"Ya, aku tidak akan membunuhmu, brave friend, aku cuma mau menunjukkan sesuatu yang barangkali penting untuk kalian ketahui, sesuatu ini yang membuatku berubah pikiran," kata Wezen, ia mengangkat tongkatnya lagi sambil tersenyum, "Expecto Patronum ..."

Sebuah merpati perak keluar dari tongkat Wezen, terbang melayang-layang di area koridor itu, Lily takjub, Zack juga.

"Aku tau kalian punya patronus yang sama, mungkin Zack tau apa artinya itu?" tanya Wezen. Tapi Zack menggeleng, "Lily?"

"Aku tidak tau, Wezen," balasnya.

"Baiklah, mungkin kalian bisa mencari tau selama aku pergi, tidakkah ada pelukan perpisahan?" kata Wezen setelahnya dan Lily memeluk mereka berdua bersamaan.

Wezen segera berjalan pergi setelahnya tapi Zack menghentikannya, "Hei, Wezboy!" teriaknya sambil melemparkan sesuatu yang kecil berwarna keperakan pada anak laki-laki itu. Wezen tersenyum dan memamerkan benda perak itu dari kejauhan lalu menyimpannya dalam sakunya.

"Lily, Profesor Dumbledore!" kata Zack tiba-tiba dan dia langsung menarik Lily untuk pergi dari tempat itu, banyak murid sudah berkumpul mengelilingi mayat Profesor Dumbledore yang tergeletak tak bernyawa.

Lily memandangnya hampa, seakan sesuatu menghilang dari dirinya. Profesor Dumbledore yang selalu memberitahu dan meyakinkannya kalau dia memang gadis yang pemberani seperti Lily Evans, sekarang sudah pergi, Ron yang melihat kedatangan adik terakhirnya itu langsung menariknya ke dalam pelukan.

Iringan nada sendu membuat suasana semakin muram, ketika Lily mendongak, tanda kegelapan berulah di atas sana. Dia mengangkat tongkatnya dan setitik cahaya melubangi tanda itu, semuanya ikut melakukan. Tanda Kegelapan itu perlahan pergi meninggalkan langit yang masih mendung.

***

Pagi itu tepat sebelum mereka pergi ke King Cross untuk pulang, Lily dan Zack berbincang, bukan di menara astronomi, melainkan di aula depan, duduk di dekatnya air mancur.

"Aku masih tidak percaya dia ternyata tidak seburuk yang kupikirkan," kata Zack sambil memandang lurus ke depan, dia mengingat-ingat soal Wezen.

"Memang kamu pikir dia akan melakukannya?" tanya Lily, Zack menggeleng, matanya menyipit ketika matahari mulai naik dan suhu mulai panas, "itulah kenapa dia sangat menyayangi Ibunya, Zack. Adhara (Black) Crouch berperan besar dalam pemberian nama putranya dan Barty Crouch hanya memberikan nama marganya."

"Kamu kenal dia, Lily, bagaimana bisa?" tanya Zack dengan pandangan yang sulit dipahami, antara tidak suka, kaget, dan bingung.

"Oh, itu, kami sering berbincang di malam-malam sebelum dia memutuskan untuk menjauh," kata Lily membalas, Zack mengangguk dalam diam.

Kediaman mereka berlangsung cukup lama, Zack memandangi seseorang di sudut sana sedangkan Lily mengawasi lalu lalang anak-anak yang tidak seramai biasanya. Tapi tiba-tiba mereka merasakan sesuatu, Lily merasa ada perubahan pada burung merpati perak yang dia jadikan liontin pada kalungnya. Dia menarik benda itu hingga lepas dan melihat ke arah sayap kanannya.

Zack merasakan hal yang sama, pada merpati perak yang dia satukan dengan wristband yang sering dia kenakan di tangan kanannya.

-Hei, kalian, jangan bicarakan aku keras-keras! Nanti 'Dia' bisa tau-

"Astaga, anak ini memang berubah," kata Zack menggelengkan kepalanya, lalu mengalihkan pandangan dari merpati itu. Lily mengenakan kalungnya lagi, mereka tersenyum membacanya, bagaimana bisa Wezen meluangkan waktu untuk mengirim pesan kalau di Malfoy Manor ada Voldemort dan pelahap maut yang siap memergokinya.

"Oh, ya, Zack, Ibuku memintaku mengundangmu pada pesta pernikahan kakak tertuaku, Bill Weasley, aku tau ayahmu pasti sudah diberitau, tapi kukira akan sangat tidak sopan kalau kamu tidak kuberitau," kata Lily.

"Tunggu, aku mau berubah jadi Wezen," kata Zack membuat nada bicaranya dan ekspresi wajahnya datar, "Terlalu banyak kata 'tau' Lilianne."

Lily tertawa mendengarnya, Zack berbicara hal lain dalam suara yang dibuat-buat mirip dengan Wezen. Yang membuat Lily tidak bisa berhenti tertawa adalah Zack mencoba berdebat dengan dirinya sendiri.

Meski akhir tahun itu tidak berakhir baik, mereka masih bisa merasa bahagia seperti yang lain. Benar kata Fred, kalau semua orang butuh tertawa hari ini, karena hanya dengan itu masalah demi masalah bisa sedikit terlupakan.

Lilianne mungkin bahagia, masih diberikan kesempatan untuk hidup dan kebahagiaan persahabatan juga keluarga yang selalu memberinya kehangatan. Soal kekayaan, itu bukan apa-apa baginya, karena hanyalah sebuah benda sedangkan kebahagiaan adalah perasaan.

***

Akhir yang lain, intinya hampir sama tapi menurut aku beda aja.

When Malfoy In Love With a WeasleyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang