Taruhan kedua : Hey, Lily. Cedric sudah dengar dari para Profesor, rupanya mereka berikan kelas tiga izin untuk yule ball malam natal nanti. Besok adalah hari yang bagus untuk memperkenalkan pasangan kalian, temui dia jam 17.30 dan beritahu siapa yang mengajak atau kau ajak. Tidak berhasil berarti hukuman.
Begitulah isi taruhan kedua yang Lily dapat dari Cedric kemarin. Kini Lily sedang berjalan sendirian menatapi anak-anak perempuan yang lebih suka bergerombol sekarang dan berbisik-bisik sambil tersenyum.
"Hai, Lily!" sapa beberapa anak yang bergerombol dan Lily membalasnya. Lily mengambil tempat di salah satu bangku aula depan, membaca buku Monsternya. Meski membaca, Lily masih bisa melihat anak laki-laki bergerombol di sudut dan menatapnya seakan memiliki sesuatu untuk dikatakan. Sungguh membuat Lily tidak bisa fokus.
"Ehm!" sekitar dua menit kemudian Lily baru sadar kalau ada seseorang di sampingnya. Lily menoleh ke arah anak laki-laki kelas empat itu, "Lily aku-sulit sekali," Dean menggaruk tengkuknya, mengalihkan pandangan ke teman-temannya yang memberi dukungan. Kemudian kembali kepada Lily.
"Lily, wilugotoubalime?" Lily dibuat kaget dengan bahasa yang Dean gunakan, ia sungguh tak bisa menangkap satupun yang anak laki-laki itu katakan.
"Eumm ... Dean, apa itu bukan bahasa Inggris?" Dean jadi salah tingkah, ia menarik nafasnya panjang lalu menghembuskannya dan memandang Lily lekat-lekat, "Lily, aku berpikir kalau kamu tidak akan menolak ajakanku, ke Yule Ball Party, tapi kurasa-
"Oh, yeah, pergi denganmu tidak akan jadi masalah," potong Lily. Dean Thomas terbelalak tak percaya, lalu melompat kegirangan. Memberikan respon baik pada teman-temannya tapi kemudian dia duduk lagi dan mengatakan sesuatu pada Lily.
"Kamu tidak bercanda kan?" raut wajah Lily berubah datar, pandangannya beralih ke buku Monster dan membuat keheningan di antara keduanya.
"Lily?" Dean coba membuka suara.
"I'm sorry Mr Dean Thomas, aku bercanda soal tadi," lalu Lily pergi meninggalkan aula depan. Meninggalkan raut wajah kecewa dari beberapa anak laki-laki tapi juga wajah kemenangan bagi sebagian orang.
"Ada apa denganmu, Lily?" tanya Hermione saat ia sampai di common roon Gryffindor beberapa jam kemudian setelah makan siang.
"Soal pesta itu, sebaiknya kelas tiga tidak perlu diizinkan. Membuat pusing saja," kata Lily. Ia duduk di samping Hermione.
Hermione tertawa kecil, "Ini kesempatanmu bukan? Menunjukkan siapa yang pantas pergi denganmu."
"Tapi semua orang menganggapku bercanda dalam hal ini," adunya. Hermione menatap Lily bingung.
"Maksudmu?"
"Empat orang hari ini, mereka mengatakan hal yang serupa, 'kamu tidak bercanda kan, Lily?' dan lain-lain sebagainya. Maksudku, apa mereka melihat ada raut kebercandaan dalam wajahku?!" tawa Hermione meledak setelah mendengar pengakuan Lily, ia tidak habis pikir dengan bagaimana cara Lily menanggapi ucapan-ucapan itu, "kenapa kamu tertawa, Hermione?!" wajah Lily tambah kesal.
"Susah sekali berbicara denganmu Georgie's little sister, mereka hanya memastikan bukan menganggapmu bercanda. Fred dan George harus menarik kembali ucapan mereka tentang dirimu yang tumbuh dewasa," Hermione tertawa lagi setelahnya tapi berhenti beberapa saat kemudian, "dan kamu bilang, empat orang dalam satu hari? Lily tidakkah kamu sadar, pesta ini bahkan belum diumumkan!" Lily tau, memang akan ada pertemuan seluruh anggota asrama Gryffindor kelas tiga ke atas sebentar lagi dengan Profesor McGonagall. Tapi kenapa dia baru sadar kalau sudah banyak orang yang mengajaknya bahkan di saat pestanya sendiri belum diumumkan?
KAMU SEDANG MEMBACA
When Malfoy In Love With a Weasley
Fanfiction[Draco Malfoy Fanfiction] Lilianne Weasley (Lily), perempuan kedua yang lahir di keluarga Weasley. Kembaran Ginny dan yang paling muda di antara mereka. Seorang Weasley yang sering dipandang rendah oleh penyihir terhormat mampu menarik perhatian dan...