𝙷𝚊𝚕𝚏-𝚋𝚕𝚘𝚘𝚍 𝙿𝚛𝚒𝚗𝚌𝚎 - 1

4.5K 511 37
                                    

-The Unbreakable Vow-

***

Lily berlari menuruni tangga saat mendengar seseorang mengetuk pintu. Cepat sekali meski ia sempat memandang Daily Prophet di meja dengan halaman utama yang menampilkan foto Harry Potter :
HARRY POTTER: THE CHOSEN ONE?
Young Wizard Destined to Kill You-Know-Who?

"Lily jangan asal terima tamu, siapkan tongkatmu!" kata Ginny menasehati. Lily segera menarik tongkatnya, membuka pintu.

"Tell me, Lilianne Weasley memberitahu Zack dan Wezen nama tengahnya tahun lalu, coba sebutkan," kata Lily mengarahkan tongkat itu pada dua anak laki-laki yang berdiri di sana.

"Megan," balas keduanya bersamaan. Lily menurunkan tongkatnya dan memeluk mereka satu per satu.

"Death Eater melakukan serangan di London, Muggle-muggle tak bersalah jadi korbannya. Aku dan Dad lihat sendiri kemarin, tapi kami berhasil menyelamatkan beberapa. Tidak semuanya," cerita Zack saat mereka bertiga tengah minum coklat panas di dapur. Ia menyeruput coklat itu dan memandang Lily. Wezen sejak tadi masih diam, menunduk memandangi coklat panas yang ia genggam dengan tangannya dan Lily tengah memandangi anak laki-laki itu.

"Lilianne?!" kesal Zack karena tidak diperhatikan. Lily segera memandangnya.

"I'm sorry Zack, tapi kurasa sesuatu terjadi pada Wezen," Wezen yang mendengar namanya langsung menoleh.

"Aku baik, tentu saja," kata Wezen. Lalu sekarang dia melihat ke arah Daily Prophet dekat mereka.
"Malfoy Sentenced to Azkaban."

"Wezen, apa kamu tidak suka di sini?" tanya Lily hati-hati. Perasaannya sungguh tidak enak saat melihat Wezen sejak tadi hanya diam, muka-tembok yang biasanya berkomentar itu seperti hilang begitu saja.

"Mana benar, Lilianne. Wezen pasti sangat suka, dia hanya kepikiran soal penyerangan tadi kurasa. Dia cerita terus soal itu waktu perjalanan kemari tadi," Lily memandang Zack tak percaya, Wezen cerita soal itu terus pada Zack saat perjalanan kemari? Dan memangnya bagaimana mereka berdua bisa bersamaan ke The Burrow tanpa terluka sedikitpun?

"Oh, ya. Kami belum bilang kalau kami membuat Unbreakable Vow," katanya memberitahu. Mata Lily melebar mendengarnya, sumpah tak terlanggar itukan berbahaya.

"Kalian tidak boleh-

"Tenang, Lilianne. Kami cuma buat perjanjian kalau kami akan damai selama salah satu dari kami tidak coba-coba berpacaran denganmu," balas Wezen. Lily semakin kaget dibuatnya.

"Perjanjian macam apa itu?!" kesalnya. Zack tersenyum, melakukan tos dengan Wezen meski wajah anak Slytherin itu tak berekspresi, "mengatasnamakan seseorang tanpa persetujuannya. Aku tidak setuju!"

"Kami cuma main-main Lily, lagipula kami juga lelah bertengkar terus," kata Zack. Wezen mengangguk, dia meminum coklat panasnya dan duduk menyandarkan diri di kursi.

"Aku seeker tahun ini," katanya sambil memandang ke arah jam dinding unik keluarga Weasley.

"Apa?!" kaget Lily lagi. Dua anak ini tidak henti-hentinya membuatnya terkejut dengan berita-berita yang mereka bawa.

"Dan aku ikut klub paduan suara Profesor Flitwick!" lanjut Zack dengan bangga. Tapi Lily tau Zack cuma bercanda, suara Zack tidak mungkin lolos kalau ikut seleksinya.

"Bohong! Kamu bilang kamu tidak lolos tahun lalu," kata Lily. Zack nyengir, dia tertawa kemudian menyandarkan punggungnya pada kursi.

"Ramai sekali pagi-pagi begini," kata Ginny saat menuruni tangga melingkar. Ia memandang kaget ke arah Zack dan Wezen tapi kemudian tersenyum, "Lily, aku pinjam catatan ramuanmu, sudah kuambil sendiri, bolehkan?" Lily mengangguki. Ginny naik ke atas lagi.

When Malfoy In Love With a WeasleyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang