37

663 20 0
                                    

Sudah dua hari kholith tak kunjung membuka matanya , putri yang masih setia menunggu hingga ia juga melupakan kesehatannya .

" kak , kakak gak kangen sama putri?" putri duduk disebelah kholith  mengajaknya bicara dan menggenggam tangan suaminya

" putri kangen sama kakak , udah dua hari lho kakak gak liat putri" putri berusaha tak mengeluarkan tangisnya karena ia ingat perkataan kholith waktu itu

"anak kita juga kangen , dari tadi nendang mulu sampe perut putri sakit , putri pengen kakak cepet sadar hikss" akhirnya ia pun tak bisa membendung air matanya , ia sekarang diruangan dengan kholith saja , umi alma baru pulang , bang iqbal sedang mencari penyebab kholith kecelakaan .

Skip

"put bangun , ini udah sore" iqbal mengusap kepala putri , putri yang tengah tertidur disofa pun terganggu

"ah maaf bang , putri ketiduran" putri merubah posisinya menjadi duduk dan iqbal juga ikut duduk didekatnya

"abang tadi udah ke kantor polisi , katanya kholith kecelakaan akibat rem blong dan kata polisi itu perbuatan yang disengaja"

"maksudnya disengaja gimana?"
"maksudya itu , ada orang yang sengaja membuat rem mobil kholith menjadi tidak berfungsi , polisi juga menunjukkan bukti ini , apa kamu tau ini punya siapa?" iqbal menunjukkan kacamata hitam

"enggak bang , kak kholith juga gak punya kacamata kayak gitu , coba putri lihat" putri melihat disudut kacamata itu terdapat huruf R

"oh iya putri baru ingat , teman putri ada yang punya kaya gini , persis banget kak"
" bener?" putri menggangguk
" tapi putri gak mau nuduh temen putri dulu , karna yang punya kaca mata seperti ini juga banyak"

"hmm kalau gitu nanti abang cari buktinya lagi , tapi apa kamu sebelumnya pernah diancam seseorang?"

"pernah bang "
"siapa?"
"mbak cici"
"cici yang kerja sama abang?" putri menggangguk kembali

"dia bicara apa?"
"dia bilang kalau dia gak bisa dapetin kak kholith , putri juga gak bisa dapetin kak kholith"

"bisa jadi ini rencana dia , abang juga tau kalau cici suka sama kholith"
"tapi kamu gak usah khawatir , biar abang aja yang beresin semua , kamu jaga kesehatan ya , jangan lupa makan , kasihan ponakan abang nanti"

"iya bang "
"abang pergi dulu ya nanti keseni lagi sama umi" putri menggangguk

"siapa yang melakukan itu , tapi kacamata tadi mirip punya remond , emm tapi yang ngancem putri mbak cici , sebenernya ada hubungan apa antara dua orang itu" batin putri

Tiba tiba pintu ruangan terbuka  menampilkan anissa dan azam

"assalamualaikum sohib gue" anissa memeluk putri , azam hanya melihatnya
"waalaikumsalam "

"oh iya ini gue bawain buah " kata anissa
"yee gue juga kali bukan lo doang" timpal azam
"iya ya , ini buah dari kita , puas lo" anissa menatap tajam ke arah azam

"ehh udah , kalian tu tiap ketemu berantem mulu , entar jodoh lho "
"aammin" sahut azam dan ditatap oleh anissa
"heh siapa juga yang mau jodoh kayak orang itu" putri hanya tertawa

"eh gimana keadaan kholith put" tanya azam
"ya gitu lah , belum ada perubahan apa apa" mata putri sudah berkaca kaca
" lo yang sabar ya , pasti kak kholith sembuh kok" anissa mengusap punggung putri

"iya"
"ponakan gue apa kabar?"
"baik " anissa memegang perut putri
"put , perut lo kok gerak gerak sih , itu kenapa?" tanya anissa
"lo tu o'on ya , itu artinya bayi gue nendang"
"ohh "

"gue boleh pegang gak " tanya azam
"gak" jawab anissa dan putri bersama
"hehehe gue kan juga pengen ngerasain" putri menatap tajam azam
"makanya cari istri biar bisa rasain sendiri" timpal putri
"ngapain dicari orang udah ada didepan mata" azam mengedipkan sebelah matanya ke anissa
"lo mau juga masuk rumah sakit" kata anissa
" hehehe gak kok , bercanda doang elah " sahut azam

"lo sebentar lagi lahiran ?" tanya anissa
"iya nis"
"cemungut , gue tunggu tu anak lo lahir , nanti gue bawa pulang , kan gue gak punya boneka idup"
"lo kira anak gue apa , main lo bawa pulang " azam dan anissa tertawa melihat ekspresi putri yang kesal .

Skip malam hari

Putri terus menggenggam tangan kholith dan memperhatikan wajahnya , tanpa ia sadari umi alma sudah ada disampingnya

"nak" ami alma menepuk pundaknya
"eh umi , kapan umi datang?" putri mencium tangan umi alma
"baru saja , tadi umi udah salam tapi kamu gak jawab"
"maaf ya mi "
"iya gak papa kok , umi tau perasaan kamu , kamu jangan larut dalam kesedihan , itu gak baik nak"

"iya umi , oh iya ilma sama bang iqbal mana?"
"tadi ilma pengen beli minum , jadi abang nemenin pergi ke kantin rumah sakit "
"ohh , putri kangen sama ilma mi"

"kakakkkkkk" suara ilma dari ambang pintu yang tengah digandeng oleh bang iqbal , ilma menghampiri putri dan langsung memeluk putri

"kak , ilma kangen tau " ilma melepas pelukannya
"iya kakak juga kangen kok"
"perut kakak kok besar si , kakak makan terus ya?"
"hahah itu didalam nya ada dedek bayi il " saut iqbal

"hah , kok ada dedeknya , emang dedeknya bisa napas ya"
"bisa , ini namanya kakak hamil , sebentar lagi juga keluar kok dedeknya " jelas putri
" nanti kalau keluar , ilma mau ajak main dedek bayinya ya kak"
"iya , emang mau kamu ajak main apa"
"main bola"

"set dah , ni adek gue perempuan pa laki , kok suka bola" timpal iqbal
"iya , umi waktu ngandung ilma nyidam apa?" tanya putri
" hehehe waktu itu , umi pengen anak cowok lagi , lah malah keluar ilma , ya udah deh jadi kayak gitu" semua orang tertawa , putri pun melupakan kesedihannya sejenak .




"jangan lupa vote and follow ya , salam manis dari author"


My Cold PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang