Rindu

98.2K 3.1K 9
                                    

    Seminggu berlalu sejak kejadian itu,  Nick menjelaskan pada Anzelia, putrinya bahwa Cia sedang ada tugas dari kampusnya. Nick bersyukur karena Anzelia mau mengerti walau setiap hari gadis kecil itu selalu menanyakan kapan Cia pulang.

      Tak hanya Anzel. Nick pun merasakan hal aneh. Padahal, dirinya baru beberapa hari saja bertemu dengan Cia. Tapi, entah kenapa, Nick merasakan rindu. Apakah gadis itu benar-benar tidak akan kembali? Apakah dia tidak merasa kasihan pada Anzelia? Sungguh, Nick merasa kasihan ketika putrinya itu tampak murung seminggu ini.

     Nick yang sedang berkutat di depan laptop di kantor tak bisa berpikir jernih. Sesekali ia menelepon pelayan di rumah untuk sekedar menanyakan kabar Anzel.

      "Huh! Kenapa aku merindukan gadis itu!?" Nick menyandarkan punggungnya di kursi dengan tangan memijat pelipisnya yang terasa pusing.

Tok.. tok.. tok..

      "Masuk!"

      "Mr? Ini berkas yang anda tandatangani."

      Nick mengangguk. Lalu, ia meraih pulpen di atas meja dan langsung menandatangani berkas yang dibawa oleh Veronica.

      "Sudah. Kamu boleh pergi!" Ucap Nick setelah memberikan kembali berkas yang sudah tertanda tangani.
 
      Merasa bosan, Nick akhirnya beranjak dari duduknya. Sepertinya ia harus pulang untuk mengajak Putri kecilnya untuk jalan-jalan sebentar. Terlalu sibuk bekerja membuatnya lalai untuk membahagiakan Anzelia.

      Dalam waktu tiga puluh menit, Nick sampai di mansion miliknya. Nick masuk dengan tergesa menuju kamar Anzelia. Namun, Anzelia tidak ada.

     "Anzel? Anzelia!?" Teriak Nick memanggil.

     Nick mengelilingi isi rumahnya. Dan terakhir ia keluar ke taman belakang rumah. Terlihat Anzelia sedang duduk di atas ayunan sendirian. Gadis itu tampak murung.

     "Anzel?" Nick datang mendekat di sisi Anzel. Mengayun tali ayunan itu dengan pelan. "Kenapa sendirian?" Tanya Nick lembut.

     "Anzel kangen Mommy Cia. Kemana dia? Kapan dia pulang?" Anzelia tampak sendu.

     Nick menghela napas. Nick berjongkok didepan Anzel. Lalu, ia mengecup keningnya dengan lembut.

    "Kamu sayang sama Mommy Cia?" Tanya  Nick seraya tersenyum. Anzel mengangguk, "tentu saja. Anzel sayang!" Nick mengangguk. "Kalau begitu ayo kita bujuk Mommy mu untuk kembali pulang."
 
    "Bukanlah kata Daddy, Mommy sedang ada tugas?" Tanya Anzel dengan polos. Tak disangka ingatan gadis kecil ini sangat kuat.

    "Sudah kembali. Tapi, Daddy sedang  marahan sama Mommy. Mommy kamu tidak mau maafin Daddy. Jadi, Daddy butuh bantuanmu. Kamu mau?"

     "Mau! Asalkan Mommy kembali!"

***

    Nick dan Anzelia sudah sampai di asrama. Nick turun lebih dulu dari mobil lalu Anzel mengikuti. "Lakukan seperti Daddy perintahkan. Jika Mommy tidak mau jangan paksakan. Tapi, tunjukkan kalau kamu memang benar-benar merindukannya," kata Nick sebelum masuk ke kamar milik Cia.

    Tok.. tok.. tok..

     "Siapa!?" Teriak Cia dari dalam.

     "Mommy!?" Anzel tersenyum sementara Cia tersentak karena terkejut. Cia membalas pelukan Anzel karena dia sama rindunya dengan gadis itu. "Anzel rindu Mommy! Kenapa Mommy tidak pulang?"

    "Mommy juga rindu sayang. Tapi, Mommy memang tidak bisa pulang." Cia menunduk. Nick yang berada didepan pintu tidak Cia hiraukan.

    "Kenapa?" Tanya Anzel. "Apa Mommy marah sama Anzel? Apa anzel nakal?" Tanya Anzel lagi dengan mata berkaca-kaca.

    "Bukan begitu, Anzel. Hanya saja, Mommy memang tidak bisa." Jawab Cia pelan. "Hem Anzel mau minum apa?"

     "Anzel tidak mau minum. Tapi, Anzel maunya, Mommy!" Kukuhnya dengan tegas.

     Bagus! Nick tersenyum dalam diam. Nick terus memandang Cia yang sibuk memberi pengertian. Akhirnya rindu itu hilang setelah bertemu. Dimata Nick, Cia tampak semakin cantik dan sexy! Apakah wanita ini memakai mistis untuk memikatku? Gumam Nick dalam hati.

    "Anzel? Biarkan saja kalau Mommy belum mau. Mungkin Mommy masih marah sama Daddy," nick angkat bicara setelah beberapa menit.

    "Cia ada siap--- oh sepertinya ada acara bujuk-membujuk?" Liana terkikik yang baru keluar dari kamar mandi.

   "Yasudah, Mommy. Anzel balik dulu, Anzel sayang Mommy, Muach!" Anzel. Mencium pipi Cia. "Bye! Mommy jangan lama-lama marahnya. Nanti kalau Anzel terlalu rindu, Anzel bisa sakit," kata Anzel di depan pintu sebelum pergi.

     Cia terdiam.

     "Kalau rindu balik aja lagi. Lagian, kau juga belum dapat kerja. Hem---menurut aku sih bukan anaknya saja yang kangen tapi, Daddy juga."

     Cia menghela napas. Lalu, ia Menatap Liana. "Aku masih kesel Sama Nick," Ucap Cia lemah.

     "Kesel? Berati udah tidak marah kan?" Goda Liana dengan seringai Senyum bibirnya.

     "Jangan mulai Liana!" Cia melirik malas. "Sepertinya aku butuh waktu untuk menentukan pilihan akan bekerja lagi disana atau tidak."

     "Terserah kau saja. Bdw aku mau pergi, ya," ucap Liana hang sedang menyisir rambutnya.

     "Kemana?"

     "Jalan sama gebetan, haha! Kau cari juga dong, oh iya, aku tau, kau kan sudah jatuh hati pada Mr Nick. Hanya saja, kau malu mengatakannya. Apalagi, dia adalah orang pertama yang mendengar desahan mu, hahaha!" Liana terbahak.

Puuk!

    Cia melempar Liana dengan botol plastik air mineral tepat di pundak Liana. Kesal sekali rasanya. Liana mengingatkannya pada kejadian di mobil. Marah memang, tapi, tak urung juga Cia membantah kalau yang dilakukan Nick memang nikmat. Selama seminggu ini Cia sedikit merindukan sosok datar pria itu walau rindu itu banyak Cia tujukan pada anaknya, Anzelia.

     "Hahaha! Sakit, Cia. Kau ini galak juga ternyata. Tidak kusangka." Liana terbahak. "Mau ikut?" Tawarnya. "Eh tapi, jangan. Teman-teman ku nakal sementara kau masih polos," ucapnya lagi, sementara Cia belum sempat menjawab tolakan dari ajakan tersebut.

     "Memangnya kalian mau kemana? Dan melakukan apa?" Tanya Cia dengan wajah polos dan penasarannya.

      "Sama seperti yang kau lakukan di mobil bersama Mr. Nick." Liana mengerlingkan matanya di depan pintu. "Bye! Jaga diri baik-baik!" teriak Liana yang sudah menjauh.

      Dasar wanita itu!

      Cia menggerutu. Lalu, Cia memilih merebahkan tubuhnya diatas karpet biru yang ia duduki saat ini. Cia terpejam.

TBC..

883 kata tapi, capeknya mau mAmpos ngetiknya

Hottest Daddy (selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang