Babysitter

148K 4K 121
                                    

    Cia terduduk di atas sofa ruang tamu di rumah Nick. Cia terperangah. Rumah yang ia pijak saat ini begitu megah. Ya Tuhan. Apakah rumah Liana se-megah ini? Batinnya.

    "Mommy? Ayo kita ke kamar aku." Ajak Anzelia menarik tangan Cia untuk mengikuti. "Mommy tau? Kamar aku bagus, loh. Daddy yang merenovasinya," kata Anzelia dengan wajah semangatnya.

    Nick melihat wajah putrinya yang sebahagia itu hanya bisa tersenyum tipis. Tidak pernah Anzelia menyukai seorang wanita sampai seperti ini. Apalagi sampai memanggilnya Mommy. Nick berpikir. Apa sebenarnya kelebihan wanita itu dimata putriku? Cantik? Disini juga banyak yang cantik. Hem. Nick memilih masuk ke dalam ruangan kerjanya. Biarlah Cia bersama Anzel. Babysitter.

    Di dalam kamar bernuansa biru itu, Cia duduk bersama Anzel. Menurut Cia menjaga Anzel tidaklah sulit. Anzel anak yang baik dan penurut. Hanya saja, gadis kecil itu sedikit cerewet, berceloteh tiada lelah.

    "Anzel sudah makan?" Tanya Cia. Gadis itu mengangguk. "Tapi---Anzel lapar lagi, Mom," katanya dengan bibir tersenyum lebar.

    Cia mengangguk mengerti. "Dimana dapur? Biar Momm--mommy ambilkan nasi," dengan berat hati Cia menyebut kata Mommy. Bibirnya tetap tersenyum menatao ke arah Anzel.

    "Mommy keluar saja. Nanti pasti ada beberapa pelayan. Mommy minta saja pada mereka." Jelas Anzelia. Tangannya mengambil boneka biru di atas tempat tidurnya.

    "Baiklah. Biar Mommy ambil. Kamu disini saja."

    Cia keluar. Baru beberapa langkah akhirnya, Cia berjumpa dengan pelayan. "Permisi? Bisa ambilkan makan untuk Anzel?" Pinta Cia dengan sopan.

     Pelayan wanita paruh baya itu menatap Cia dengan tatapan asing. Merasa ditatap seperti itu, Cia mengerti. "Aku Valencia. Babysitternya Anzel."

    "Oh, iya. Baiklah. Anda tunggu saja di kamar Anzel. Nanti, akan saya antar," ucap pelayan bernama Ayke itu. Namanya tertera dibaju putihnya.

    Cia kembali ke kamar. Duduk di sebelah Anzel. Mengelus rambut gadis kecil itu dengan lembut. "Mau Mommy ikat?" Tawar Cia.

    "Mau Mommy. Teman-teman Anzel juga sering diikat rambutnya sama Mommy mereka." Angguk Anzelia dengan semangat. Cia terenyuh. Gadis ini begitu menginginkan sosok ibu, pikirnya. Lalu, kenapa Nick tidak menikah saja lagi? Kasihan putrinya.

    Dengan rapi, Cia menyisir rambut Anzel sembari menunggu makanan Anzel datang. Cia mengikat satu rambut Anzel tinggi-tinggi. Wajahnya yang bulat, hidungnya yang mancung serta matanya yang bewarna kebiruan membuat siapa saja yang memandang menjadi simpati. Cantik.

    "Kamu cantik sayang." Puji Cia takjub. "Jadilah anak yang baik. Muach." Cia mengecup dahi Anzel dengan sayang. Cia menyukainya.

    "Permisi, Tuan. Saya mau mengantar makanan Nona Anzel," ucap Ayke dengan kepala menunduk karena entah sejak kapan, Nick berdiri didepan pintu menyaksikan apa yang dilakukan Cia dan Anzel, putrinya.

    Nick hanya berdehem kecil ketika Cia menoleh menatapnya. Lalu, ia langsung pergi tanpa pamit.

    "Apa Daddy mu selalu seperti itu?" Cia merasa heran. "Datar dan dingin sekali. Untungnya dia tidak membalas ku karena menabraknya saat itu. Eh, dia yang menabrak bukan aku." Gerutu Cia pelan.

    "Daddy memang seperti itu. Tapi, dia baik, loh, Mommy. Dia saayaaaang banget sama Anzel," ucap Anzel sumringah. Ia mulai membuka mulutnya saat Cia menyodorkan nasi mengulanginya. "Wah---pasti teman-teman Anzel akan iri pada Anzel karena memiliki Mommy yang baik dan cantik seperti ini." Anzel tersenyum riang.

    "Anzel? Habiskan makanan di mulut baru bicara." Nasihat Cia. Anzel menunduk. "Maaf, Mommy." Cicitnya pelan. Cia merasa bersalah. Dielusnya kembali rambut Anzel dengan lembut. "Tidak apa, sayang. Mommy ngga marah, kok. Sini aak lagi." Cia menyodorkan kembali sendok demi sendok hingga nasi di piring itu tandas. Lalu, Cia memberi minum dengan pelan.

    "Mommy? Anzel mau mandi. Mandiin, ya?" Pinta Anzel menyun. Terlihat sangat imut.

   "Baiklah. Ayo!" Seru Cia tertawa. Lucu melihat wajah Anzel.

***

    Malamnya setelah Anzel tidur. Cia pamit kepada Nick untuk kembali ke asrama. Masalahnya, pakaiannya masih berada disana semua. Lagi pula, ia merasa tidak enak hati pada Liana.

    "Mr ... aku izin kembali. Anzel sudah tidur," ucap Cia pelan.

    Nick yang sedang duduk sembari menyeruput kopi hanya tersenyum miring. Lalu, ia berdiri mendekati Cia.

   Cantik!

   "Kenapa? Bukankah sudah aku katakan kau akan tinggal disini?" Nick menaikkan alisnya sebelah. Wajah tampan nan tegasnya membuat Cia tidak berani menatapnya.

    "Besok aku harus kuliah. Lagipula, pakaianku semua ada disana." Lagi dan lagi Cia gugup. Nick semakin mendekat ke arah nya. "Maaf ...." Cia mundur satu langkah.

    Hem ... gadis ini berbeda.

    "Baiklah. Tapi ingat. Besok jam lima pagi kamu harus sudah sampai disini. Aku tidak mau jika Anzel bangun kami belum sampai!"

     "Terima kasih." Cia tersenyum.

     Shit! Gadis ini sangat cantik dan manis! Sial. Keturunan apa sebenarnya dia!?

     "Supir akan mengantarmu!" Nick kembali duduk dengan acuh. Tanpa menatap cia yang sudah mengundurkan diri.

    Permainan akan dimulai, Cia! Nick tersenyum lalu, kembali menyeruput kopinya. Malam yang indah.





TBC..

749 kata😂😅

Dikit, ya.

Cantek yakan😂😅

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Cantek yakan😂😅

Hottest Daddy (selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang