Sudah tiga hari berlalu.. tapi, Cia selalu saja tidak ingin lepas dari Nick. Bahkan, wanita itu merengek untuk ikut ke kantor agar bisa berdekatan hingga Nick menjadi tidak fokus bekerja karena kelakuannya.
Hari ini, pasangan suami istri itu sedang menikmati berendam di kolam renang bersama. Sengaja Nick liburkan seluruh pekerjanha agar bebas bersama satu harian dan Anzel pun sedang ada kegiatan hingga harus pulang sore.
"Kau sudah merencanakannya?" Tanya Cia sambil menaruh wajahnya di dada Nick. Menghirup aroma tubuh suaminya yang sangat ia sukai.
"Tentu saja. Mungkin ini adalah hal yang tepat untuk memanjakan istriku yang sangat manja ini," ucap Nick.
Cia tersenyum lebar, tangannya ikut andil untuk meraba-raba otot perut suaminya. "Boleh aku tanya?"
"Hem, tanyakan saja."
"Sudah lama sekali. Tapi, aku penasaran, kemana Cecillia perginya?"
"Dia sudah aku kirimkan kirim keluar dari negara ini. Sangat jauh dan sudah aku pastikan dia tidak akan bisa kembali." Jelas Nick.
"Kau jahat sekali, Nick." Cia cemberut manja, semakin mendekap tubuh suaminya.
"Demi dirimu aku bisa menjadi apa saja. Bahkan walau harus menjadi seorang penjahat," kata-kata Nick mampu membuat Cia sangat ... senang. Ya, walau itu terdengar sedikit menakutkan.
"Tapi aku ingin kau tetap menjadi baik. Seseorang yang ramah, tegas dan berwibawa." Cia mendongakkan wajahnya.
"Menurutmu, apa aku belum berubah?" Nick balas menatap wajah Cia.
"Sudah.. tapi, aku lihat banyak pekerjamu yang masih takut padamu."
"Hahaha. Kau lucu, honey. Wajar mereka takut, aku ini adalah bos mereka."
"Oh.." wajah Cia kembali cemberut.
Nick membalik badan menjadi berhadapan dengan istrinya. Tangan Nick mengelus-elus perut buncit itu agar Cia merubah kembali suasana Hatinya.
Nick mendekatkan wajahnya, mencium bibir Cia dengan lembut. Suasana dalam kolam renang menjadi semakin intim kala Nick semakin memperdalam ciumannya.
"Pernah bermain di dalam air, Cia?" Tanya Nick setelah melepas lumatan bibirnya.
"Bermain air?" Tanya Cia pura-pura tidak paham. Sengaja untuk memancing suaminya bertindak lebih lanjut.
"Pura-pura polos, hem." Nick mendekatkan bibirnya di telinga Cia. Menciumi dan menjilat disana seraya berbisik, "maksud aku bercinta, honey."
Cia tersenyum dan mengangguk pelan. Tangannya meraba ikut ke bagian bawah tubuh Nick. Meraba-raba miliknya yang keras.
"Ibu hamilku sangat nakal." Nick membalas mengelus kewanitaan Cia dari luar dalaman. "Klitoris besarmu menegang, honey."
"Kenapa kau suka aahh.. sekali bermainhhh disanah. Ahhh...," ucap Cia disertai desahan kecilnya.
"Karena aku suka melihat bibirmu terbuka menikmati ketika bagian ini aku mainkan, honey. Semakin lama kau semakin cantik saja." Nick mengecup kedua dada Cia setelah istrinya dengan suka rela membuka bra-nya.
Cia bersandar pada sudut kolam. Bibirnya terbuka tanda sangat menikmati permainan tangan suaminya dibagian sensitif miliknya. Cia memegang kejantanan Nick, menariknya dengan pelan agar menyatu dengan miliknya.
"Tidak sabar?" Nick menghentikan hisapan di dada Cia.
"Iyaa.. cepat masukkan, honey." Suara manja Cia lagi-lagi membuat Nick tersenyum.
"Putri Daddy, lihat Mommy kamu semakin hari semakin nakal dan manja," ucap Nick mengajak anak yang masih berada dalam kandungan itu.
Setelah diperiksa sudah jelas terlihat bahwa anak keduanya berjenis kelamin perempuan.
"Kau yang mengajariku. Sshh! Jangan begitu, Nick. Kau menyiksaku dengan menggesek begitu!" Cia mencubit perut keras Nick dengan kesal.
Bless! "Arrrghhh! Kenapa lubang ini selalu nikmat, honey?"
"Ahhhh!" Cia segera mengangkat kakinya sebelah menjadi bertengger dipinggang Nick. "Uuhhh! Bagaimana bisa aku jauh darimu, Nick."
"Bukan kau tapi aku. Aku tidak bisa jauh darimu. Ahhhh!"
Suara persatuan kedua kelamin itu teredam di dalam air. Hanya terdengar kecipak air yang tidak tenang karena pergerakan keduanya. Semakin lama semakin panas hingga membuat Cia klimaks untuk yang kesekian kalinya dan pertama untuk Nick. Keduanya kembali memilih saking mendekap dengan kelamin yang masih menyatu, menikmati kehangatan di dalam air.
"Kau selalu saja membuatku habis suara," lirih suara Cia terdengar dalam pelukan.
"Tapi kau puas bukan?" Goda Nick.
"Ihh! Jangan begitu, aku malu!" Timpuk Cia pelan.
"Kalau mendesah keras tidak malu?" Nick semakin berani.
"Nick!" Tegur Cia.
"Maaf.. aku hanya bercanda, honey. Lihatlah, pipimu memerah."
Cia memegang wajahnya. "Kau berbohong?"
"Much! Apa aku pernah berbohong?" Tanya Nick setelah memberi kecupan dibibir Cia.
Cia menggelengkan kepalanya membenarkan bahwa Nick memang tidak pernah berbohong. "Aku tidak sabar menunggu bayi kita lahir."
"Aku juga. Menurutmu dia akan mirip dengan siapa?"
"Pasti denganmu, Nick." Jawab Cia
"Tapi aku ingin anak kita mirip denganmu." Nick mengelus perut besar Cia.
"Kenapa?"
"Karena kalau dia mirip denganku pasti dia akan angkuh sepertiku. Beda denganmu." Cia menatap manik mata Nick. "Kau yang merubahku. Kalau anak kita mirip denganmu. Dia akan cantik, baik dan pastinya menggemaskan."
"Kau merayuku?" Selidik Cia.
"Tidak, Cia. Aku serius."
"Hempph! Aku semakin mencintaimu saja kalau sudah begini. rasanya sudah tidak terhitung berapa banyak cinta itu."
Nick mengangkat tubuh telanjang Cia menjadi duduk dipinggiran kolam. Menatap wajahnya sebelum memberi kecupan hangat di perutnya.
"Aku juga mencintaimu, Cia. Mendengarmu mengucapkan hal itu saja membuatku sangat bahagia.
Aku tidak pernah sebahagia ini dalam hidup. "
Nick ikut duduk di samping Cia. Memeluk tubuh telanjangnya dengan erat. Mengecupi wajahnya dari dahi hingga bibir. Terkadang, Cia risih dengan tingkah laku Nick yang demikian.
"Besok kau memasuki bulan ke delapan. Kau bisa mengambil cuti kuliah," ucap Nick.
"Nanti saja, kalau hari yang di tunggu memang sudah dekat. Aku juga harus banyak bergerak agar persalinan lancar." Jelas Cia. "Aku ingin persalinan yang normal."
"Tapi itu akan sakit."
"Itu memang kewajiban seorang ibu, Nick. Tuhan telah memberi kekuatan kepada wanita untuk menahan rasa sakit itu." Cia menyandarkan dirinya di bahu. Lalu, kepalanya mendongak Menatap wajah Nick.
TBC...
KAMU SEDANG MEMBACA
Hottest Daddy (selesai)
Roman d'amourIni khusus 20+++ Seorang wanita yang mendapat beasiswa untuk kuliah di Amerika namun, tiba-tiba semuanya menjadi rumit setelah dirinya sampai di sana hingga akhirnya ia memilih mencari pekerjaan untuk membiayai sebagian kebutuhan kuliahnya. Dia Vale...