End II

115K 2.2K 57
                                    

Berminggu-minggu berlalu...
Kini usia Jesylin sudah genap tiga bulan. Cia pun sudah bisa berkegiatan kuliah seperti biasa dan dengan menyisihkan air susunya di dalam botol untuk Jesylin minyak ketika dirinya tidak dirumah.

Cia menatap wajah anaknya itu di atas ayunan bayi. Sedih karena mau tidak mau harus di tinggalkan. Wajah Jesylin benar-benar duplikat dirinya. Hanya kulit yang putih dan warna bola mata bewarna biru saja yang ikut dari Nick. Lain dari itu tidak ada.

"Ayya, aku hanya ada dua jam pelajaran saja hari ini, kalau butuh apa-apa bisa minta bantuan bibi Ayke," ucap Cia ramah pada babysitter sewaannya.

"Baik Nyonya." Ayya mengangguk.

Cia langsung pergi dengan menaiki mobil agar Nick tidak perlu menjemputnya nanti. Sudah sebulan belajar mengendarai mobil dan akhirnya Cia sangat mahir.

Cia turun dari mobil lalu melamhaikan tangan pada Liana yang diantar oleh seseorang yang Cia ketahui adalah pria yang pernah Liana benci. Benci dan cinta beda tipis, cia paham itu.

"Sudah cukup pada satu pria?" Sindir Cia.

"Sudah saatnya berubah, hahaha." Liana tertawa. "Jesylin bawa dong sekali-sekali."

"Nanti saja tunggu umurnya sudah menginjak setengah tahun. Lagipula bagaimana aku bisa belajar kalau dia ikut?"

"Kau benar." Liana setuju. "Keluargamu semakin hari semakin harmonis, ya. Nick bekerja, kau kuliah. sore saatnya kalian berkumpul keluarga. Ah.. jadi pingin."

"Kenapa tidak ajak kekasihmu itu untuk menikah?" Tanya Cia.

Liana tersenyum tipis. "Masih ragu."

Cia memukul bahu Liana kencang. "Masih ragu tapi ajak aja tidur bareng tidak ragu. Huh!"

"Itu berbeda, Cia." Sungut Liana sambil mengelus bahunya.

Lantas keduanya tertawa setelahnya.

*

Disisi lain, Nick terburu mengerjakan pekerjaannya karena banyak yang harus ia perhitungakan dalam mempresentasikan laba keuntungan dari setiapnkegiatan perusahaan.

Di dalam ruangan kerjanya penuh foto-foto Cia, Anzel dan Jesylin. Nick tidak pernah menyangka bisa memiliki keluarga yang bahagia seperti ini. Sejauh ia hidup, inilah kehidupan yang sebenarnya untuknya . Bahagia dalam keluarga yang utuh.

Setelah usai, Nick keluar dari ruangannya untuk mencari bawahannya.

"Pak, ini jadwal tiket yang anda minta."

"Terima kasih, kau boleh pergi."

Berjam-jam berlalu akhirnya jam sudah berada di pukul empat sore. Nick segera pulang untuk bertemu dengan istri dan anak-anaknya. Baru setengah hari tidak berjumpa rasanya sudah sangat rindu.

Senyum mengembang di wajah Nick menyaksikan Anzel yang sedang bermain dengan Jesylin ditemani Cia, istri tercinta.

"Wanginya putri-putri Daddy...." Nick mencium kedua pipi putrinya.

"Iya dong, Dad. Mommy yang mandikan," ucap Anzel.

Nick melirik Cia yang sedang tersenyum. Lalu, mendekat dan mencium keningnya. "Anak-anak dimandikan. Aku?"

"Kau sudah tua, Nick." Cia memukul pipi Nick pelan.

"Tapi wajahku tidak setua umurku," balas Nick.

Cia mengamati wajah Nick. "Benarkah?" Cia memegang rambut sisi kiri Nick lalu menarik satu helai yang sejak semalam terlihat matanya. "Lalu ini apa?" Cia menunjukkan satu helai rambut putih.

Hottest Daddy (selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang