Takut

72.8K 2.1K 6
                                    

Seminggu berlalu...
Hari libur sudah tiba dimana para mahasiswa tidak akan masuk selama dua bulan lamanya. Hubungan Nick dan Cia baik-baik saja. Tidak ada masalah.

Tapi, pagi ini kepala Cia teramat pusing. Tubuhnya lemas untuk berjalan saja rasanya sangat malas. Wajahnya Pun seketika pucat.

Cia meraih ponselnya untuk menghubungi Liana, temannya. Sepertinya ia harus periksa kerumah sakit, kemungkinan penyakit lambungnya kambuh.

Dalam waktu tidak lama, Liana sampai dirumah Nick. Membantu menemani Cia kerumah sakit. Ada yang tidak beres dengan kondisi tubuh Cia.

"Apa kau mual Cia?" Tanya Liana yang kini berada didalam mobil dengan sopir yang membawa.

"Tidak aku hanya pusing dan lemas." Kecurigaan Liana sedikit menghilang. Wajahnya mengendur dari ketegangan sebelumnya.

Cia turun dibantu Liana disebelahnya.

"Aku rasa ini terjadi karena malam tadi aku tidak makan," ucap Cia.

Liana hanya tersenyum tipis menanggapi. Tampak dirinya sedang berpikir.

Sambil terus berjalan. Akhirnya sampai pada ruangan pemeriksaan. Liana masuk untuk menemani Cia. Wajahnya berharap semoga tidak terjadi apapun pada temannya itu.

"Apa anda keluarganya?" Tanya Dokter.

"Iya, saya Kakaknya!" Jawab liana dengan cepat. Berbohong agar tidak bertele-tele.

"Adik anda sedang mengandung. Usianya kehamilannya dua minggu," ucap sang Dokter yang sukses membuat Cia semakin pucat mendengarnya. "Kondisinya tolong dijaga. Jangan biarkan dia lelah ataupun banyak pikiran."

Liana melirik sejenak. "Terima kasih, Dok."

Liana bingung. Cia terdiam sejak keluar dari ruangan tadi.

"Cia?" Tegur Liana.

"Aku harus ke kantornya, Liana. Ini waktu libur. Dia berjanji akan menemui orang tuaku. Aku harus menemuinya sekarang juga."

Liana menyergah. "Aku ikut!"

Cia terburu-buru turun dari mobil yang mereka naiki. Lalu, menyuruh sopir untuk kembali pulang saja. Pintu utama kantor sudah terlihat. Cia segera berjalan dengan semangat.

"Cia tunggu!" Liana terdiam setelahnya. Cia sudah melihat lebih dulu. Dalam keadaan seperti ini wanita itu pasti jauh lebih sensitif.

"Kita balik saja. Ke asrama!" Cia menghapus air matanya. Menarik tangan Liana lalu menyetop taxi .

Sungguh, inj adalah keadaan yang membingungkan bagi Liana. Akhirnya, Liana hanya bisa mengusap-usap punggung Cia yang berguncang karena tangis.

"Berhenti menangis, Cia. Kita bisa meminta penjelasan nanti padanya. Kau masih sensitif saat-saat seperti ini."

Cia menoleh. "Kau lihat, wanita itu memeluk tapi respon yang pria itu berikan hanya diam. Dia tidak menolak! Aku memang bodoh!"

"Setidaknya pikirkan kandunganmu. Jangan bebani pikiranmu. Aku bisa tanyakan yang sebenarnya nanti padanya."

Cia memegang tangan Liana. Menatao temannya itu dengan tatapan lemah. "Jangan. Biarkan dia mencariku sendiri kalau dia memang peduli" larang Cia.

"Oke, baiklah."

Wanita yang selalu terlihat bar-bar itu kini tiba-tiba saja melembut. Hatinya sedikit sakit melihat teman yang sudah seperti saudaranya itu terlihat tidak bersemangat, air matanya berlinang-linang. Liana yakin yang menjadi objek utama adalah kehamilannya ditambah lagi dengan pemandangan dikantor tadi hingga membuat Cia berpikiran yang macam-macam tentang hubungannya.

Hottest Daddy (selesai) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang