Matahari semakin terik menandakan siang telah datang. Sesuai ucapan Cecillia pagi tadi, kini wanita itu sudah kembali lagi.
"Dia tidur lagi ternyata. Dasar!" Cecillia mengambil jarum di tasnya lalu menusuk lengan Cia dengan kuat. "Bangun!"
"Mari kita berhias. Akan aku rias kau sebagaimana layaknya seorang pelacur." Cecillia mengeluarkan kotak make up dan satu baju dress pendek. "Kau tau, aku benci kekalahan. Apapun akan aku lakukan untuk menghancurkan orang yang telah mengalahkan ku."
"Lepaskan aku! Apa yang akan kau lakukan!?" Lemas sudah suara Cia. Tidak ada sedikit asupan pun masuk kedalam perutnya dari semalam.
"Memberimu hadiah sebelum kematian. Bersenang-senang dengan dua pria mungkin akan jadi kado terindah untukmu. Hahaha! Bagaimana, suka?" Tanya Cecillia. Tangannya mulai aktif memoles wajah Cia walau kesulitan karena Cia memberontak dengan cara mengggelengkan kepalanya ke kanan dan ke kiri.
"Diam!" Cecillia mencengkram kedua pipi Cia dengan kuat. "Nick tidak akan menjadi memilikimu. Jadi kita impas!"
"Dia akan datang aww... dia akan menjemputku. Dia mencintaiku dan kandunganku!"
"Kau memang pelacur! Bagaimana jadinya kalau dia melihatmu bermain dengan dua pria sekaligus?" Cecillia Menatap Cia dengan tatapan membunuh. "Tapi, sayang. Aku menginginkan kematian."
"Kau psikopat, Cecillia!"
"Kalau iya kenapa? Kau tidak suka? Hahaha! Aku jauh lebih tidak suka! Aku hidup sendiri sudah dua tahun ini dan aku ingin Nick kembali tapi kau datang menghalangi! Aku benci itu!"
"Aku tidak menghalangi. Kalian sudah lama berpisah. Tuhan mentakdirkan kami bersama! Please, lepaskan aku!" Cia menarik tangannya kuat agar terlepas dari ikatan.
"Jangan berontak, tanganmu akan sakit nanti. Mari aku lepaskan dua pria bawahanku sudah menunggu di depan pintu untuk mencicipi tubuhmu."
Cecillia melepas ikatan tangan Cia lalu pergi keluar. Cia mulai mencoba berlari tapi nihil. Dua pria bayaran Cecillia sudah menghadang lebih dulu lalu mendorong tubuhnya kedinding.
"Lepas! Aku mau pergi!" Bentak Cia kuat. Tangannya gemetar takut. Isak tangis mulai terdengar perlahan-lahan. "Jangan mendekati aku."
"Mari kita bermain, manis. Nikmati saja hidupmu sebelum kematianmu." Pria berbaju hitam itu tertawa keras sembari melirik temannya. "Jay sebenarnya wajah secantik ini sayang jika harus mati dengan cepat. Tapi, yasudah, lah." Acuhnya.
Kreekk! Dalam sekali hentakan pakaian Cia sudah robek di bahu. Cia meringkuk takut. Duduk mencoba sebagian menutupi tubuhnya. "Hiks.. lepaskan aku."
"Berdiri!" Pria bernama Jay itu menarik paksa tubuh Cia. Memerintah temannya untuk memegangi tubuh Cia agar tidak berontak sementara dirinya sudah mengambil alih merasakan manisnya bibir merah Cia. "Luar biasa nikmat, hem...."
"Hiks.. aku mohon lepaskan aku. Aku mohon hiks...." Cia tergugu Menatao wajah menjijikkan dua pria didepannya. "Nick tolong aku. Please! Tolong ak---"
Brak!!!
Suara pintu tertendang begitu kuat. Seorang pria tengah berdiri disana mengambil perhatian dua pria yang sedang mengurung wanita malang sedang tergugu karena menangis didalam.
"Beraninya kalian!!" Bentaknya menggelegar.
"Siapa kau?! Kenapa mengganggu saja?"
"Nick...." Cia mengusap air matanya dengan cepat lalu segera berlari menuju pria bermuka merah padam karena emosi itu. Memeluknya dengan erat. "Bawa aku pergi dari sini aku mohon. Hiks!"
Nick tidak menjawab tapi tindakannya mengambil alih. Tangannya merogoh masuk ke dalam saku jas. Mengambil senjata api dari sana. Lalu menodongkannya pada dua pria yang akan melecehkan wanitanya tadi. Tidak butuh waktu lama Nick mengarahkan pistol pada mereka. Dan ...
Dor.. dor.. dor..
Belum sempat terjadinya perkelahian Nick sudah lebih dulu mengakhirinya dengan cara membunuh dengan pistol ditangan kanan sementara tangan kirinya memeluk tubuh wanitanya dalam pelukan.
Plak.. Nick mencampakkan pistol ditangannya dengan sembarang lalu memeluk erat tubuh Cia dengan erat. Wanita itu tidak ada reaksi ketika mendengar suara tembakan tadi. Justru ia sibuk dengan tangisannya dalam pelukan Nick.
"Maafkan aku. Aku baru bisa menemukanmu sekarang. Maafkan aku." Sesal Nick. Suaranya berat tanda khawatir berlebihan. "Kau tidak apa-apa, honey?"
Nick memeriksa tubuh Cia dari atas sampai bawah. Lalu, tangannya terulur menuju pipi kanan Cia yang memerah akibat cengkraman tangan Cecillia tadi.
"Cecillia, dia.. dia mengatakan akan membunuhku dan anak kita." Suara Cia tersendat-sendat. Ia kembali memeluk tubuh Nick dengan erat. "Aku takut...."
"Cecillia sudah aku bereskan. Tenanglah. Ada aku disini." Nick menenangkan---menggendong tubuh Cia lalu membawanya masuk kedalam mobil yang terparkir di luar. "Kita ke apartemen. Kondisimu tidak baik untuk dibawa pulang ke rumah."
Nick mengendarai mobil. Dalam waktu dua puluh menit, mobil sudah sampai tujuan. Nick turun dari mobil, membopong tubuh Cia untuk masuk ke dalam kamar. Menyiapkan air hangat untuknya lalu membiarkan wanitanya menyegarkan diri lebih dulu.
Sembari menunggu, Nick memilih menyiapkan makanan dan minum untuk Cia. Membawanya kedalam kamar. Nick tersenyum menyambut Cia ketika wanita itu keluar dari kamar mandi dengan wajah sembab karena menangis. Menangisi bibirnya yang sudah terjamah dua pria jahat tadi. Cia mendekati ranjang. Duduk di sebelah Nick dengan tatapan sendu.
"Aku selalu merepotkanmu, maaf." Ucap Cia tiba-tiba.
"Kenapa bicara begitu, hem? Aku tidak merasa direpotkan, honey. Biarkan aku merasakan apa itu pengorbanan dalam cinta." Nick mengelus pipi Cia. Mencium keningnya dengan lamat. "Bagaimana keadaannya, apa dia baik-baik saja?" Tanya Nick seraya mengelus perut Cia.
"Dia baik dan mengerti keadaan. Dia tidak merepotkanku." Cia menyambut suapan dari sendok Nick. Mengunyahnha perlahan-lahan. "Boleh aku tanya?"
"Tentu. Tanyakan saja. Ada apa?" Sambut Nick.
"Bagaimana keadaan Anzel?" Tanya Cia pelan.
"Dia baik-baik saja. Sudah ada pengurus yang mengurusnya. Kita akan berkumpul lagi setelah semuanya usai. Termasuk pernikahan kita dan aku membiarkan temanmu itu mengawasi keseharian Anzel ditumah bersama pengurusnya."
Cia kembali memakan suapan dari Nick hingga nasi itu tandas. Laku meminum susunya setelah itu vitamin kandungan yang sudah didapat dari dokter.
"Tuhan begitu berbaik hati hingga mentakdirkan aku hidup denganmu." Cia memeluk Nick. Menaruh kepalanya di dada bidangnya. "Setiap kesulitan selalu ada kemudahan setelahnya."
Nick mengelus puncak kepala Cia. "Bukankah aku menjijikkan katamu dulu?" Tanya Nick berseloroh.
"Itu dulu. Sekarang sudah beda. Kau sangat istimewa untukku. Pria pertama dan terakhirku."
"Tidurlah. Aku tau kau lelah dan bangunlah besok. Aku punya kejutan spesial untukmu."
Cia tersergah. Tersenyum merespon kata kejutan. "Apa itu?"
"Rahasia, honey."
TBC..
Makin gak jelas ini cerita😪
KAMU SEDANG MEMBACA
Hottest Daddy (selesai)
RomanceIni khusus 20+++ Seorang wanita yang mendapat beasiswa untuk kuliah di Amerika namun, tiba-tiba semuanya menjadi rumit setelah dirinya sampai di sana hingga akhirnya ia memilih mencari pekerjaan untuk membiayai sebagian kebutuhan kuliahnya. Dia Vale...