Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
S ᴇ ᴠ ᴇ ɴ :
Not so like him ❤➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
"Nah," Jaemin meletakkan berbagai macam hidangan diatas meja. Baunya yang menggoda membuat Renjun diam-diam menelan ludahnya.
Sial.
Kenapa semua terlihat enak? Apa dia sebegitu laparnya?
Saat ini, mereka tengah duduk di ruang tengah dengan Renjun yang berada di samping Jeno sementara Jaemin di depannya. Sengaja mereka berada di posisi itu karena takut jika Renjun kabur kembali ke kamarnya; walau sebenarnya Renjun sudah menyerah karena pasangan keras kepala itu.
"Kau harus makan yang banyak, oke." Jaemin berucap sembari mengambilkan bagian Renjun, sementara yang diajak bicara hanya memutar kedua bola matanya.
"Tak ada yang bisa merawatmu disini jika kau sakit." tambah Jeno kemudian.
"Tch," Bibir ranum Renjun masih cemberut. Ia menyilangkan kedua lengannya, berusaha berakting seolah-olah ia tak tertarik pada hidangan di depannya. "Aku tidak mau makan dari seorang sinㅡ" Tiba-tiba Jeno sudah meraih pergelangan tangannya dan meletakkan sepasang sumpit ditangannya.
"Tolong hargai usaha keras kekasihku, Huang." ucapnya dengan nada rendah dan mata yang memberikan tatapan tajam ㅡyang entah bagaimana ampuh membungkam Renjun. Ada nada kecewa dan sedikit amarah di dalam suaranya, yang berhasil menampar Renjun secara tak kasat mata.
Apa dia terlalu berlebihan?
Pemuda itu pun mengeratkan pegangannya pada sumpitnya, menatap makanan di depannya dengan dahi berkerut.
"Selamat makan!"
Seolah tak pernah mendengarkan ucapan kasar Renjun tadi, Jaemin segera melahap makanannya, kemudian disusul oleh Jeno sedetik kemudian. Netra Renjun mengamati keduanya lalu makanan di depannya. Helaan nafas keluar dari ranumnya sebelum akhirnya tangannya meraih hidangan di depannya.
Senyum Jaemin kian melebar melihatnya.
"Kau harus mencoba ini. My favorite," Jeno meletakkan tumisan beserta daging diatas piring kecilnya.
Ia menatap pemuda itu barang sebentar kemudian menyicipinya. Retinanya sedikit melebar ketika menyadari rasa yang dihasilkan benar-benar pas dilidahnya. Renjun memang bisa memasak, namun rasanya tak sesempurna ini.
"Bagaimana?"
"Lumayan."
"Kau bercanda?" Mata Jeno melebar tak percaya. "Ini enak sekali, tahu!" Renjun hanya menggedikkan bahu tak acuh sementara Jaemin terkekeh sembari menikmati makanan yang sama. "Aku tebak kau takkan bisa memasak sehebat Nana. Kau harus belajar darinya. Gadis sekarang suka lelaki yang bisa masak."