ᴛ ʜ ɪ ʀ ᴛ ʏ S ɪ x

11.8K 1.5K 347
                                    

ᴛ ʜ ɪ ʀ ᴛ ʏ S ɪ x :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ᴛ ʜ ɪ ʀ ᴛ ʏ S ɪ x :

let's break up...
➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖









Jeno telah mencoba berkali-kali untuk menghubungi Jaemin, namun sepertinya kekasihnya itu mematikan ponselnya. Ia yakin Jaemin pergi hanya dengan membawa dompet dan ponsel, mengingat betapa terburu-burunya dia. Ia bahkan pergi tanpa mengenakan jaket padahal malam terasa semakin dingin. Meskipun yang ia dapatkan hanyalah ocehan operator, Jeno tidak berhenti untuk berusaha.

Disampingnya, Renjun; dengan pelipis yang bersandar pada pundak pemuda surai raven itu, memeluk lengan besarnya dengan kedua tangan yang sibuk mengirim pesan pada si surai kapas; menanyakan keberadaannya dan meluapkan rasa kekhawatirannya.

Bahkan ia memberanikan diri menanyakan keberadaan pemuda itu pada teman-teman kelasnya melalui bantuan Hyuck, Chenle dan Jisung.







"Kira-kira dimana dia?" Tanpa sadar Renjun menghembuskan nafas lelah. Ia bangun dari posisi bersandarnya, menatap ke dalam mata yang lebih muda. "Kau kekasihnya, Jeno-ya, cobalah ingat beberapa tempat."

"Aku memikirkan satu tempat," Raut wajah pemuda itu tampak mendung. Ada keraguan di dalam nada suaranya. "Tapi tempat itu adalah opsi terakhir ketika kita benar-benar tidak bisa menemukannya"

"Tapi Jisung bilang padaku bahwa teman-teman terdekat Jaemin pun tidak mengetahui keberadaannyaㅡ w-wait, Jisung membalas lagi," Renjun membaca chat obrolan di ponselnya dengan teliti mengingat Jisung mengetik sangat banyak kata disana. "Jeno-ya,"

"Ada kabar?"

"Beberapa teman field hockey-nya melihatnya naik bus nomor 0343ㅡ Jeno-ya! Ia menuju terminal utama! Dia akan ke Daegu!"

"Kurasa dia benar-benar pergi kesana..." Ekspresi kekhawatiran Jeno semakin terlihat. Dahinya berkerut dalam. "Dia pulang ke rumahnya, Renjunie..."







Melihat bagaimana pucatnya wajah pemuda itu, Renjun bisa menyimpulkan bahwa itu masalah serius. Ia seringkali mendengar dari Jeno tentang keluarga Jaemin. Bagaimana ayahnya dan keluarganya yang lain merupakan para homophobic yang sudah lama sekali ingin mendepak Jaemin keluar dari pohon keluarga mereka.

Apa hal buruk benar-benar terjadi disana sampai Jaemin harus pulang dengan terburu-buru tanpa memberitahu mereka?

Sekarang Renjun mulai benar-benar khawatir.

"Kita harus kesana, Jeno-ya! Kita harus menyusulnya!"







Jeno meraih tangan Renjun untuk digenggam. Jemarinya mengusap-usap tiap ruas milik pemuda yang lebih mungil. Kerutan dikeningnya masih terlihat samar disana, namun ketika menyadari keberadaan Jaemin, Jeno sedikit merasa lebih lega; setidaknya dia tahu kemana nantinya ia harus pergi.

[☑]『 ᴘʟᴇɪꜱɪᴜʀ 』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang