ᴛ ᴡ ᴇ ɴ ᴛ ʏ S ᴇ ᴠ ᴇ ɴ

13.9K 1.8K 504
                                    

ᴛ ᴡ ᴇ ɴ ᴛ ʏ S ᴇ ᴠ ᴇ ɴ :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ᴛ ᴡ ᴇ ɴ ᴛ ʏ S ᴇ ᴠ ᴇ ɴ :

is it oneside love? (2)
❤➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖










Jaemin memfokuskan pandangannya pada satu titik berwarna kuning pucat yang berjarak seratus meter darinya.

Penglihatannya cukup baik sehingga ketika ia melepaskan anak panahnya, benda itu melesat secara horizontal ke arah titik kuning, titik yang berada di paling tengah, yang menunjukkan bahwa ia mendapat nilai yang sempurna.

Namun di percobaan selanjutnya, Jaemin merasa tangannya sedikit bergetar dan akhirnya hanya mendapatkan poin tujuh atau delapan.




"Apa tanganmu masih tremor, Nana?"

Jaemin menoleh, tersenyum kearah sang nenek yang sudah menyiapkan berbagai camilan disana.

Melihat neneknya yang duduk disana sembari mengamatinya, mengingatkan Jaemin akan sosok lain yang begitu ia sayangi dan hormati. Seseorang yang selalu mendukungnya ketika orang lain berbalik badan darinya.






"Hm," Jaemin mengusap lengannya. "Aku selalu mendapat skor bagus di awal tapi selalu gagal diakhir, nek."

Wanita yang rambutnya sudah mulai berubah warna itu hanya bisa menghembuskan nafas.

Dulu, psikolog yang menanggani Jaemin berkata jika itu adalah efek kehilangannya akan sosok yang selalu berada disampingnya.

Kakeknya merupakan orang yang sangat spesial di hidupnya, sehingga ketika ia kehilangan sosok tersebut, hal apa yang paling sering dilakukan Jaemin bersama kakeknya akan berubah menjadi sebuah ketakutan.






"Tidak apa-apa, sayang. Kau akan melaluinya dan kembali bermain seperti dulu."

Neneknya kemudian menepuk-nepuk tempat kosong disampingnya, meminta si cucu untuk beristirahat dulu karena matahari sudah semakin membakar kulit.

"Ayo cepat, duduklah. Jeno tidak akan menyukai kulitmu yang terbakar matahari."





Mendengar ocehan tersebut, Jaemin mengerucutkan bibirnya.

"Dia masih akan menyukaiku!"

Neneknya menyenandungkan tawa geli ketika mendapat balasan lucu dari cucunya. Tangannya yang berkeriput mengusak-usak surai pinkish cucunya dengan gemas.

Meskipun belum bertemu dengan Jeno, hanya melihat dari foto-foto mereka saja Nenek Song sudah bisa melihat betapa bahagianya Jaemin.





"Kapan kau akan membawanya bertemu nenekmu ini, huh?"

"Nanti," Jaemin tersenyum lucu, memeluk lengan neneknya dengan manja. "Nanti ketika kami bisa mendapatkan hati seseorang yang sangat spesial."

[☑]『 ᴘʟᴇɪꜱɪᴜʀ 』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang