Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ᴛ ʜ ɪ ʀ ᴛ ʏ :
its just a beginning ❤➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Ah, seluruh mahasiswa dari semua jurusan wajib menghadiri kelas tambahan hari ini sebelum liburan musim dingin sepenuhnya sampai bulan januari...
Malasnya...
Renjun melangkah dengan santai melalui lorong-lorong kampus demi mencapai tempat lokernya. Dan disepanjang langkahnya itu pula ia merasakan lirikan dan bisikan dari beberapa mahasiswa. Dahinya berkerut bingung.
Terlebih ketika sudut matanya menangkap keberadaan para lelaki yang dulu pernah mengejar-ngejar dirinya untuk dipukuli.
Siapa lagi kalau bukan para pria gay waktu itu?
Ada apa? Pikirnya penasaran.
Salah satu pemuda itu mendekatinya, membuat Renjun bergeser dan menatap tak suka padanya. Seringaian pemuda itu membuatnya bergidik jijik.
Meskipun ia mulai menerima kelompok mereka, tetap saja yang seperti ini membuatnya risih. Sebelah tangan pemuda itu meraih helaian Renjun untuk dielusnya, namun Renjun bergerak menjauh.
"Jauhkan tanganmu!"
"Renjun... Huang Renjun," Pemuda lainnya bergerak mendekat pula. "Kau bilang kau adalah homophobia. Tapi lihatlah dirimu, berusaha merusak hubungan Jeno-Jaemin dengan hadir diantara keduanya."
Deg.
Renjun menatap ke sekitarnya dan semua orang mulai berbisik tentangnya. Tentang keburukannya.
Entah ia yang menelan ludah sendiri atau pun ia yang berpura-pura menjadi straight demi menutupi jati dirinya. Semua saling berspekulasi menurut pikiran mereka masing-masing.
"Apa kau tidak pernah berpikir mungkin saja mereka memanfaatkanmu? Tubuhmu misalnya?"
Renjun mengernyit tak suka. Namun tak dipungkiri kepalanya mulai menciptakan pemikiran-pemikiran negatif. Tak mungkin 'kan? Mereka menyukainya 'kan?
Tidak. Ia tak akan termakan begitu saja.
"Itu bukan urusanmu."
Renjun mendorong dada pemuda itu pergi. Tatapan sedatar dulu, bahkan terasa lebih dingin. Ia memilih untuk berjalan cepat kearah lokernya dan mengabaikan pandangan seluruh mata yang terkesan meremehkannya.
"Kau hanyalah slut mereka, Huang Renjun!"
"Jangan bermimpi!"
"HAHAHAHAAAHHA"
Renjun merasakan amarah dikepalanya serta hantaman keras tak kasat mata di dadanya. Apakah ia bisa melewati semua ini? Apakah ia benar-benar bisa menghadapi seluruh hinaan dan cemoohan itu? Rasa-rasanya ia tak sanggup.