ᴛ ᴡ ᴇ ɴ ᴛ ʏ ᴛ ᴡ ᴏ

17.4K 2.1K 817
                                        

ᴛ ᴡ ᴇ ɴ ᴛ ʏ ᴛ ᴡ ᴏ :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ᴛ ᴡ ᴇ ɴ ᴛ ʏ ᴛ ᴡ ᴏ :

what a stupid date!
❤➖➖➖➖➖➖➖➖➖







Dapur mini ala Jaemin tampaknya kacau malam itu. Karena pesanan Renjun yang menginginkan hotpot, ia jadi harus repot-repot membongkar bahan-bahan makanannya yang ia simpan diam-diam di kamar mereka. Jaemin memang lebih suka memasak sendiri dibandingkan harus membeli diluar.

Ia adalah seorang lelaki yang sangat menghargai uang. Ia belajar apapun yang sekiranya akan membantunya saat ia sudah berumah tangga nanti.

Jaemin tak bisa mengandalkan Jeno soal urusan rumah karena pemuda itu lebih suka bermain game ketimbang membantu Jaemin menyiapkan makanan mereka.

Namun jangan anggap Jaemin itu sosok istri. Tidak, tidak mungkin. Damn, ia bahkan bisa menjadi switch dalam hal yang lebih intim dengan Jeno.

Memasak memang salah satu hobinya dan tak aneh baginya jika seorang lelaki memasak atau pun merapikan rumah. Justru itu adalah sebuah keharusan. Cara seseorang untuk bertahan hidup, begitu katanya.

Sebenarnya, menyimpan kompor elektrik itu dilarang, karena asrama sebenarnya memiliki dapur sendiri. Namun Jaemin terlalu jijik karena disana begitu ... hmm kacau? Sangat berantakan dan tak layak digunakan. Terlalu banyak pengguna sehingga seseorang dengan hobi memasak tidak akan pernah menikmati saat-saat ia membuat hidangan.







"Jeno-ya, bisakah kau memanggilkan Renjun? Makanan sudah siap."

Jeno mempause game-nya. Ia menajamkan pendengarannya dan tak mendengar adanya suara dari arah kamar atas.

"Kurasa Renjun sudah terlanjur tertidur, babe."






"Coba cek." Yang lebih muda menunjuk arah tangga dengan dagunya.

Jeno mengerang malas namun tetap membuat dirinya berdiri. Hendak melangkah pergi sebelum Jaemin kembali menambahkan.

"Kalau misalkan dia tidur di meja belajar lagi, tolong pindahkan dia ya?"





"Hm, oke oke." Jeno pun melanjutkan langkahnya menaiki tangga.







Renjun itu sebenarnya tidak berisik, namun kamarnya juga tak sesepi ini. Bahkan ketika Renjun sedang belajar, ia akan menyalahkan musik. Namun malam ini kamarnya benar-benar sepi.

Sepulang kuliah tadi Renjun memang kehujanan. Jadi tak mengherankan kalau pun pemuda mungil itu sudah terlelap.






"Renㅡ" bisikan Jeno terhenti ketika retinanya menangkap sosok itu sudah membenamkan wajahnya ke dalam lipatan tangannya.

[☑]『 ᴘʟᴇɪꜱɪᴜʀ 』Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang