Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ᴛ ᴡ ᴇ ɴ ᴛ ʏɴ ɪ ɴ ᴇ :
the acceptance ❤➖➖➖➖➖➖➖➖➖
"Renjun?"
"P-Paman..."
Ia tak bisa mempercayai hal ini. Takdir seolah mengejeknya dengan memberinya berkali-kali permasalahan.
Seseorang yang tak pernah siap ia temui, kini justru berada di depannya dengan seorang bocah berusia sekitar tiga tahun. Gadis cilik cantik yang matanya sebulat milik pria paruh baya di depannya.
Mulutnya masih terbuka, menunjukkan dengan jelas kekagetannya akan pertemuan ini. Sudah berapa tahun Renjun tak bertemu sosoknya? Sosok yang sebenarnya sangat dekat dengannya sebelum semua kejadian itu terungkap.
Mata rubahnya kemudian bergulir dan jatuh pada sesosok gadis kecil tadi, yang wajahnya percampuran western dan asia. Siapa?
"Renjunie, kemarilah. Kita sudah lama tidak bertemu."
Sosok itu memanggilnya dengan nada yang akrab ㅡseolah tak pernah terjadi apapun sebelumnya, masih penuh wibawa namun dengan pembawaannya yang ceria. Ayahnya selalu mengatakan bahwa pria paruh baya itu layaknya vitamin yang akan membuat semua orang tertular kebahagiaannya.
"Kemarilah..."
Renjun memilih untuk menurutinya, duduk disamping pria itu dan mendapat elusan di rambutnya dengan penuh kelembutan ㅡyang baru ia sadari kalau ia merindukan sentuhan ini.
"Ya Tuhan, paman sangat merindukanmu, Junnie."
Lama ia mengeluh tentang hubungan asmaranya tanpa menyadari bahwa masih banyak permasalahan di masa lalu yang bahkan belum ia selesaikan.
Termasuk permasalahan keluarganya.
"Bagaimana kabarmu?" Pria itu menatapnya, namun kemudian perhatiannya teralihkan ketika gadis cilik disampingnya tanpa sengaja menjatuhkan garpunya ke lantai. "Eden, please eat slowly, baby..."
Pria paruh baya itu, Park Chanyeol, sama sekali tak berubah. Usia sama sekali tak menghilangkan wajah sempurnanya. Dengan dahi yang dipamerkan seperti itu, kemeja mahal dan sebuah kacamata yang bertengger dihidungnya, ia sama sekali tak terlihat seperti berusia kepala empat.
"Maaf, ini sangat berantakan."
Renjun hanya tersenyum maklum, masih mengamati bagaimana pria jangkung itu mengusap sisa es di bibir bocah cilik di sampingnya menggunakan tisue basah, kemudian kembali membiarkan bocah itu menikmati es krimnya.