Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ᴛ ᴡ ᴇ ʟ ᴠ ᴇ :
it'd be okay, right? ❤➖➖➖➖➖➖➖➖➖
Renjun bernafas lega ketika keluar dari kamar mandi. Ia memejamkan matanya sebentar, merasakan sisa-sisa high-nya di dalam tadi. Dalam hati, ia cukup menyesal melakukan hal menjijikkan seperti ini, namun ia tak memiliki pilihan lain selain memuaskan dirinya sendiri. Kenapa juga pasangan gay itu sangat horny? Di jam 2 malam? Gila.
"Kau terbangun? Tidak biasanya."
Deg.
Suara itu membuat Renjun tersentak di tempatnya.
Dengan gerakan patah-patah, ia mengalihkan pandangannya pada sosok pemuda tinggi yang samar-samar terlihat.
Disana seseorang yang suaranya sudah sangat dikenalnya tengah menatapnya dari arah kulkas.
Cahaya dari lemari es itu membuat siluet proporsi tubuh jangkung yang sempurna. Sebuah gelas berisikan air putih berada di genggaman tangannya, menjelaskan apa yang sedang dilakukannya disana.
Shit! Lee Jeno?!
Mulut Renjun terkatup rapat, tak tahu harus menjawab apa karena dirinya dilanda panik saat ini. Segala pikiran negatif berlomba memukul otaknya. Sementara itu, Jeno, yang hanya mengenakan bathrope mengernyitkan dahinya bingung.
Pemuda bersurai raven itu berjalan mendekat, membuat kinerja jantung Renjun semakin cepat. Kedua tangannya terkepal erat di sisi-sisi tubuhnya.
Apa dia mendengarnya?!
Renjun lekas membalikkan badannya ketika Jeno semakin dekat dengannya. Iris matanya bergerak panik mengikuti rasa gugup yang sedang memenuhinya. Sial. Sial! Otaknya tak bisa memikirkan apapun saat ini.
Apa yang harus dia lakukan? Kabur?
Ia hendak menaiki tangga saat ia tiba-tiba merasakan terpaan hangat nafas Jeno dipermukaan tengkuknya. Berada dalam jarak yang sangat berbahaya.
Damn! Apa yang dia lakukan?!
"Aku tahu apa yang kau lakukan di dalam sana, Huang Renjun..." bisik pemuda bersurai raven itu dengan suara rendahnya, membuat bulu kuduk Renjun merasakan sensasi yang tak biasa.
Shit!
Renjun berbalik cepat, yang kemudian disesalinya karena jarak wajah mereka hanya beberapa inch saja.
Shit!
"AKU TIDAK MELAKUKAN APAPUN ITU YANG ADA DI PIKIRANMU!!" ucapnya penuh penekanan; sampai ia lupa caranya bernafas, sebelum akhirnya berlari cepat menaiki tangga menuju kamarnya, enggan menoleh ke belakang lagi.