Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
ᴛ ʜ ɪ ʀ ᴛ ʏ S ᴇ ᴠ ᴇ ɴ:
we won't be separated ➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖➖
"Jenㅡ" Renjun menepuk pundak Jeno yang berjongkok sembari termenung di depan rumah Jaemin yang tampak kosong.
Mereka sudah berada disana selama tiga puluh menit lebih, dan selama itu pula Jeno terus memanggil-manggil dan mengetuk pintunya tanpa henti sampai Renjun akhirnya menghentikan tindakan brutalnya dan menawarkan diri untuk menanyakan keberadaan keluarga Na pada tetangga-tetangganya.
"Ada seorang bibi yang mengatakan kalau empat hari yang lalu ada ambulans kesini dan membawa seseorang," Kepala Jeno langsung refleks menoleh kearahnya. "Dia tidak tahu pasti itu siapa tapi sejak itu rumah mereka kosong. Mereka melihat nenek Jaemin juga memasuki mobil ambulans ituㅡ"
"Kita ke rumah sakit dekat sini sekarang!" Jeno beranjak berdiri; bahkan sebelum Renjun menyelesaikan ucapannya. Ia tak mau buang-buang waktu dan semakin kehilangan jejak Jaemin. Pemuda bersurai raven itu membenarkan letak ransel milik Renjun di pundaknya kemudian memimpin perjalanan.
"Kau baik-baik saja 'kan?"
Jeno menoleh ke belakang, memberikan senyuman kecil sebagai jawaban dari pertanyaan Renjun. Namun kerutan di dahi pemuda mungil itu tak juga menghilang, sehingga pemuda yang lebih tinggi menghentikan langkahnya; menarik lengan Renjun hingga wajah keduanya menyisakan jarak beberapa inch saja.
Jemari Jeno menyingkirkan poni Renjun yang sedikit berkeringat; menandakan bahwa mereka tak menghentikan pencarian selama sedetik pun. Membuat pemuda yang lebih tinggi sedikit menyesal karena telah membawa Renjun ke dalam permasalahan ini.
He doesn't deserve it.
"You okay tho, baby?"
Jeno menangkup kedua pipi tembam Renjun hingga bibirnya mengerucut; yang justru kemudian tangannya disingkirkan oleh yang lebih tua.
"Kenapa kau memberikan pertanyaan yang sama, tsk." Yang lebih tua berdecak. "Bukan hanya kau yang mengkhawatirkan Nana, aku juga. Jadi jangan meremehkan staminaku!"
Banyak sekali yang ingin dikatakan Jeno, termasuk niatnya untuk meminta Renjun kembali ke Seoul; mengingat biaya yang mereka habiskan selama mencari rumah Jaemin cukup banyak ㅡwell, Jeno melupakan alamatnya. Tapi melihat sikapnya yang sangat keukeuh dan keras kepala, Jeno yakin Renjun hanya akan melakukan penolakan yang lebih brutal lagi.
"Jangan mengeluh, ok. Kita harus menghemat uang yang artinya kita akan berjalan kaki sepanjang delapan kiloㅡ"