Ketulusan

3.4K 274 68
                                    

Yoona meremas kertas ditangannya erat hingga tak berbentuk lagi. Ibunya baru saja mengirimkan surat namun yang tidak diketahui oleh Yoona bahwa itu adalah surat gugatan cerai dari Donghae untuknya.

Ini semua karena Seohyun...

Berulang kali Yoona menekankan kata itu dalam kepalanya. Kehancuran rumah tangganya bersama Donghae sudah pasti karena Seohyun. Wanita dengan segala keberuntungan yang tak dapat dimiliki oleh Yoona.

"Brengsek!" amuk Yoona membanting semua barang yang ada disekitarnya dengan brutal untuk mengekspresikan amarahnya saat ini.

Hidup sempurna yang ia idamkan selama ini mulai memperlihatkan kehancuran yang sebenarnya disebabkan oleh dirinya sendiri namun sekali lagi Yoona terlalu egois untuk mengakui itu semua.

Tidak ada kekalahan dalam hidup Yoona. Dia merasa berhak mendapatkan apapun yang ia mau sekalipun dengan cara yang tidak benar.

"Kau harus membayar semuanya, Hyun!"

----

"Kau mau pergi ya? Mau meninggalkan aku sendiri disini, tega?"

Seohyun mengerucutkan bibirnya lucu kala mendengar kabar bahwa suami tersayangnya harus mengurusi anak perusahaannya yang ada di Miami, itu tandanya dia akan ditinggal dalam jangka waktu yang lama.

Suara tangisan mulai terdengar dibibir tipis Seohyun membuat Marc yang sedang sibuk memilih baju yang akan dibawa olehnya dari dalam lemari dikarenakan Seohyun tidak mau melakukannya pun mengalihkan pandangan ke arah istrinya tersebut.

Marc mendekat, menangkup pipi Seohyun, "Aku harus Miami, sayang. Ada sedikit masalah disana dan aku harus menyelesaikannya."

"Tidak mau." rengek Seohyun menggeleng. Ia menepis tangan Marc dari pipinya lalu melompat duduk didalam lemari sambil memeluk baju-baju kerja milik Marc dengan erat. Berusaha menahan kepergian suaminya sebisa mungkin.

Marc gelabakan melihat tingkah Seohyun yang diluar dugaan. Pria tampan itu mengacak surai hitamnya frustasi menghadapi istrinya yang seratus delapan puluh derajat berubah, "Jangan duduk disana, kau bisa jatuh!" panik Marc mengulurkan tangan tapi ditepis kasar oleh Seohyun.

"Kau membentakku.." rengek Seohyun sesegukan lucu.

"Aku tidak membentakmu, Sayang."

"Tapi kau berteriak tadi."

"Ya Tuhan, Hyunnie." desah Marc semakin frustasi.

Sesegukan wanita yang tengah diperngaruhi hormon kehamilan itu semakin menjadi-jadi. Suara tangisan memenuhi ruang ganti membuat Marc menatap istrinya iba sebelum mengulurkan tangan mengangkat tubuh Seohyun yang kali ini tidak mendapatkan penolakan. Seohyun malah penuh kerelaan membuka tangan kemudian melompat dalam gendongan Marc yang membawanya keluar dari ruang ganti menuju tempat tidur dan duduk disana.

"Kau harus membawaku, aku tidak mau tinggal sendiri disini." keluh Seohyun.

"Kau baru pulih, sayang. Aku tidak mau nantinya terjadi sesuatu yang tidak diinginkan yang berdampak bagi baby Cho kita."

"Jadi aku tetap disini?"

Marc mengangguk.

"Tidak mau! Kalau begitu suruh yang lain saja yang kesana!" Seohyun menggeleng cepat memeluk Marc erat.

"Dengarkan aku  dulu."

Seohyun melonggarkan pelukan menatap Marc menunggu penjelasan dari suaminya itu dengan bibir melengkung lucu yang mampu membuat suaminya gemas.

"Aku benar-benar harus pergi besok, aku bisa saja membawamu tapi aku takut akan menganggu kondisi kesehatanmu yang belum pulih pasca kecelakaan kemarin. Tolong mengerti, sayang. Aku melakukan ini semua untuk keluarga kecil kita. Kalau misalnya aku dirumah terus tidak kerja nanti kakakmu akan marah dan menganggapku tidak mampu menafkahi adik juga keponakannya." jelas Marc merujuk kearah perut Seohyun.

Beautiful Disaster (Sudah Di BUKUKAN)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang