Menghilangnya salah satu peserta top model sekaligus tokoh utama setelah malam puncak kemarin sukses besar membuat Aiden dan produser acara tersebut kelimpungan mencari dimana Seohyun berada, berbagai pikiran buruk mulai merasuki pikiran mereka. Aiden bahkan menyalahkan supir dan penjaga yang mengawal ketiga gadis cantik pada malam itu. Pihak top model bahkan telah bertanya pada sang pemilik club namun ia tidak tau apa-apa tentang hilangnya Seohyun. Mereka menyerah dan ingin melaporkan hal ini kepada polisi namun mereka mengurung niat itu setidaknya sampai minggu depan karena mereka belum mau repot dicecar jutaan pertanyan dari netizen dan fans diluar sana tentang keteledoran mereka hingga membuat Seohyun diculik..
"Jujur saja, aku mencurigai satu orang tapi aku tidak yakin juga.." kata Daniel membuka suara. Aiden yang duduk tepat disampingnya menoleh.
"Apa maksudmu.."
"Aku yakin yang menculik Marsha bukan orang biasa, selain club itu untuk orang kaya raya, kurasa penjagaan kita sudah cukup ketat tapi tetap orang yang berhasil membawa Marsha pergi tanpa ketahuan sudah pasti mendapatkan dukungan dari pemilik club.."
Pemilik club! Hanya ada satu nama yang terlintas dipikiran Aiden saat ini. Daniel pun sama, cuma ada dua pria yang dekat dengan sang pemilik red light baik dulu hingga kini. Aiden mengepalkan tangan geram. Jika dugaan ya benar, ia tidak akan tinggal diam kali ini.
"Kau benar, kita harus menemuinya.."
***
Oh god yang benar saja, seumur hidup seorang Seo Joo Hyun ia tidak pernah melayani siapapun, dirinya bahkan memiliki puluhan pelayan sama banyak dengan yang ada dimansion terkutuk yang telah menjadikannya budak untuk seorang arogan seperti Marc. Ini lebih terdengar seperti dongeng beauty and the beast dimana belle yang harus hidup tersiksa dan terjebak bersama si buruk rupa yang kejam dan sombong.
Lihatlah apa yang dibawa Seohyun dikedua tangannya. Nampan berisikan makanan dan minuman untuk beasty yang sedang ada dikamarnya. Seohyun mengutuk pria iti dalam hati berulang kali, berharap agar pria itu jatuh dan lupa ingatan hingga Seohyun bisa pergi dengan mudah dari tempat ini secepat mungkin. Seohyun menarik nafas panjang ketika telah berada didepan pintu ruangan Marc. Masih hangat dalam ingatan bagaimana Seohyun menyetujui syarat yang diberikan oleh Marc padanya dan membuatnya tidak mempunyai pilihan lain lagi selain bilang 'ya'
"Cuma seminggu, Seo, kau harus bisa bersabar menghadapinya.." batinnya.
Seohyun mengetuk pintu kamar dua kali sebelum membuka dan masuk kedalam. Kedua mata bulatnya menemukan Marc yang sedang duduk diatas ranjangnya dengan laptop menyala diatas pahanya. Seohyun mendekat, meletakkan nampan berisikan makan siang dan segelas air putih diatas nakas samping ranjang lalu membalikkan badannya untuk keluar tapi baru dua langka, suara berat Marc terdengar menyuruhnya berhenti.
"Ada apa.." tanya Seohyun melembut.
"Duduk disana.." tunjuk Marc pada sisi ranjangnya yang kosong, memerintah Seohyun untuk duduk disana. Tanpa bantahan lagi Seohyun diam menuruti keinginan Marc. Ia harus bersikap manis agar tidak membuat Marc, lelaki arogan itu marah meski dalam hati ia cukup muak dengan sikap semena-mena yang dilakukan oleh Marc terhadapnya.
Yang dilakukan oleh Marc selanjutnya adalah memandang tajam wajah cantik yang terlihat tenang tidak berekspresi sama sekali, sangat beda dengan wanita yang beberapa jam yang lalu meronta-ronta ingin dilepaskan olehnya.
"Kenapa diam.." tanya Marc membuka suara. Seohyun mengeryit mendengar penuturan kata Marc. Apa yang salah jika dia diam, tadi saat dia berteriak pun tetap terlihat salah dimata Marc.
"Aku hanya mengikuti apa yang kau mau agar aku bisa secepatnya keluar dari nerakamu ini.." batin Seohyun berteriak
"Aku hanya ingin berdamai.." ucapnya pelan membuat sebelah kening Marc terangkat saking terkesima melihat perubahan gadis dihadapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Disaster (Sudah Di BUKUKAN)
FanfictionBagaimana rasanya jika kesetiaan Dan persahabatan dibalas dengan pengkhianatan...