"Hubungan kita sampai sini saja, Seohyun.."
"Tapi kenapa, Oppa.."
"Aku tidak bisa bersamamu, maaf.."
"Tidak!! Setidaknya beri aku alasannya.."
"Maaf tapi aku tidak bisa.."
Wajah cantik Seohyun berkeringat dingin. Gadis manis itu bahkan terlihat gelisah dalam tidurnya dan berulang kali menolehkan Kepalanya kekiri kekanan tidak nyaman sebelum tubuhnya terlonjak bangun dari mimpi buruknya.
Nafas Seohyun memburu, ia terduduk diatas ranjang berseprei putih sembari mengusap wajahnya yang berkeringat akibat mimpi buruk yang ia peroleh. Seohyun menoleh kesamping, ke tempat Marc tidur dan melihat pria itu masih teelrlap dan tidak terlihat sedikitpun tanda-tanda terganggu. Seohyun meringis lalu beranjak turun dari ranjang dan melangkah keluar dari dalam kamar menuju dapur. Seperti biasa, perutnya tidak bisa diajak kerja sama saat tengah malam..
Langkah kaki jenjang Seohyun menuntunnya sampai kedapur dan menemukan tiga orang, satu orang lelaki dan dua orang wanita tengah bercerita panjang lebar. Seohyun memutuskan untuk diam dibalik pintu memperhatikan ketiga orang yang ia ketahui dari Marc adalah satu keluarga yang telah lama bekerja bersamanya, bahkan anak mereka yang baru saja lulus sekolah Marc pekerjakan dikantor miliknya sebagai seorang staff.
"Bagaimana pekerjaanmu dikantor tadi, Ana.." tanya sang ayah pada Putri tunggalnya.
"Baik, dad, pada awalnya memang susah tapi berkat tuan besar aku tidak khawatir, semua karyawan disana memperlakukanku dengan baik.." cerita Ana dengan senyum manisnya, memperlihatkan deretan giginya yang rapi.
"Syukurlah, ingat, jangan mengecewakan tuan besar, dia sudah begitu baik pada kita selama ini, Yeriana.." timpal ibunya dibalas anggukan mantap Yeriana.
Seohyun tersenyum melihat keluarga kecil yang terlihat bahagia itu. Terbesit dalam hati kecilnya untuk pulang dan memeluk ayahnya diseoul. Sungguh, Yerim begitu merindukan ayahnya saat ini. Ayah yang selalu disibukkan dengan segala pekerjaan demi kebutuhan anak-anaknya. Jika boleh jujur, semenjak ibunya meninggal, tak terhitung berapa kali ayahnya mengingkari janji untuk sekedar jalan-jalan dan bisa terhitung dengan jari juga berapa kalo ayahnya duduk dan makan bersama dengannya sampai Clara datang bersama Yoona dalam kehidupan mereka.
"Nona muda.." panggil Claire sedikit terkejut melihat kehadiran Seohyun disana.
Seohyun terlonjak, ia tadi sempat melamun sebelum dikejutkan dengan suara bibi Claire yang memanggil namanya. Seohyun tersenyum canggung menghampiri keluarga kecil yang terlihat canggung didatangi olehnya.
"Ana, lanjutkan sarapanmu dikamar saja.." titah ibunya langsung disetujui oleh ayahnya yang ikut beranjak, bersiap-siap akan pergi dari sana jika Seohyun tidak menghentikannya.
"Berhenti, Ana!! Kembali dan lanjutkan saja, aku tidak keberatan.." cegah Seohyun menghalangi jalan Ana yang akan masuk ke kamarnya.
"Tapi, Nona.."
"Unnie!! Panggil aku seperti itu mulai sekarang." titah Seohyun berhasil membuat Ana mengernyit binggung karena tidak mengerti.
"Unnie is what?" tanya dengan logat englishnya yang kental. Gadis bertubuh mungil yang terlihat begitu menggemaskan dimata Seohyun.
"Unnie itu panggilan dari adik perempuan untuk kakak perempuan dalam bahasa korea, Ana.."
"Hah, tapi kan Ana bukan adik Nona muda, Ana hanya anak seorang kepala pelayan disini.." balas Ana. Seohyun menggeleng tegas.
"Unnie tidak suka dengan panggilan Nona muda darimu, akan lebih baik jika mulai sekarang kau memanggilku dengan sebutan Unnie, apa kau mengerti?" pinta Seohyun dibalas anggukan mantap oleh Yeriana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Disaster (Sudah Di BUKUKAN)
FanfictionBagaimana rasanya jika kesetiaan Dan persahabatan dibalas dengan pengkhianatan...