Bagian 4 : Mengejar Bayangan (3)

56 3 0
                                    

St. Joseph's Hospital and Medical Center
Phoenix, Arizona USA

"Terimakasih sudah mengunjungi kami, Mr. Conelly. Seandainya saja Brenda bisa terbangun untuk menyambut anda sekarang.."

Brentt memberikan senyumnya kepada sosok perempuan paruh baya yang berada didekatnya.

Tidak jauh dari tempat mereka berdiri, terbaring seorang perempuan berusia tigapuluhan dengan mata terpejam.

Beberapa alat medis terlihat terhubung dengannya dan menunjukkan status kondisinya yang tidak stabil.

Luka tembak di dada kanan yang diperolehnya malam itu telah merusak organ paru-parunya hingga membuatnya mengalami pneumo-hemothorax akut.

"Perjalanan air ambulance sepertinya telah membuatnya kelelahan, hingga ia belum juga terbangun dari comatose-nya sampai dengan hari ini.."

Brentt menyimak dengan baik kalimat perempuan disebelahnya. Kedua matanya terus memandang ke arah sosok yang sedang mereka bicarakan.

Dibalik senyumannya, Brentt menyimpan kegetiran dalam hatinya.

Jarak ratusan mil yang ditempuhnya beberapa jam tadi dengan harapan yang menjulang, akhirnya pupus juga.

Lagi-lagi sosok itu bukanlah seseorang yang dicarinya.

Brenda White adalah korban terakhir yang dikunjunginya dari peristiwa penembakan yang terjadi di Borderline Bar & Grill November lalu.

Sejak peristiwa penembakan malam itu, Brentt menjawab rasa penasaran yang membelenggu dirinya dengan mengunjungi satu persatu korban penembakan yang tercatat di beberapa rumah sakit Thousand Oaks.

Alasan dirinya mendatangi mereka bukan karena ia seorang Filantropis, melainkan karena tidak ada cara lain baginya untuk menghentikan kegilaan yang berkecamuk dalam hati dan pikirannya dengan memastikan keberadaan sosok tersebut.

Ia tidak ingin mimpi buruk ini terus menghantuinya seumur hidup.

"Anda baik sekali Mr. Conelly. Saya tidak mengira anda rela menempuh jarak sejauh ini dari California hanya untuk mengunjungi Brenda"

Brentt terdiam sejenak sebelum mengalihkan pandangannya ke arah sosok disebelahnya.

"Peristiwa kemarin telah meninggalkan trauma mendalam bagi siapapun, Mrs. White. Termasuk diri saya sendiri. Dan, cara terbaik untuk menyembuhkan ketakutan dan kecemasan tersebut adalah dengan saling menguatkan satu sama lain"

Kalimat menenangkan yang dilontarkan Brentt akhirnya membuat perempuan tersebut berlinang air mata.

Meskipun ia tahu anak semata wayangnya tidak akan selamat, ucapan tulus yang baru saja disampaikan Brentt padanya, telah menyentuh sisi terdalam dirinya.

Ia tidak mengira, bisa menjumpai sosok lelaki sopan yang rela menyempatkan waktunya mengunjungi mereka dari California, hanya untuk sekedar menyampaikan rasa empati dan menguatkan dirinya.

Sambil mengusap airmata, perempuan itu berusaha menatap wajah Brentt dengan senyum.

"Terimakasih banyak atas kunjungan anda, Mr. Conelly. Kami sangat menghargai dukungan anda untuk Brenda"

Lost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang