Bagian 8 : Persidangan (1)

46 3 0
                                    

Somewhere Near Hills of The Desserts
Phoenix, Arizona USA
(Satu minggu kemudian)

Edith MacKenzie mengendarai mobil wagonnya dengan wajah masam.

Sesekali ia sempatkan dirinya menoleh ke arah sosok lelaki yang duduk terdiam di sebelahnya lalu kembali menatap ke depan, ke arah jalan lengang bersalju di hadapan mereka.

Sosok itu tidak pernah tahu bagaimana MacKenzie telah bersusah payah melakukan penyisiran di setiap sudut kota Phoenix hanya untuk bisa menemukan dirinya.

Selama penugasan mereka di Amerika Serikat, MacKenzie tidak pernah sekalipun berjumpa dengannya.

Itulah mengapa ia sangat terkejut ketika sosok tersebut tiba-tiba menghubunginya, lalu menghilang begitu saja.

MacKenzie masih ingat betul kepanikan yang melanda dirinya saat hanya menemukan sisa darah segar di lokasi dimana seharusnya ia menjemputnya.

Ia hampir menjadi gila karena tidak dapat menemukan dirinya di rumah sakit manapun pada malam harinya hingga beberapa hari setelahnya.

Apalagi setelah ia mengetahui bahwa seseorang telah terbunuh karenanya.

Tanpa sepatah kata, MacKenzie terus mengemudikan wagonnya di atas jalan lengang Hill of the Desserts.

Ia tidak tahu apa yang dirasakannya sekarang. Semuanya begitu campur aduk dan membingungkan.

Setelah bertahun-tahun lamanya, perjumpaan mereka kali ini justru meninggalkan keheningan yang panjang.

Ia tidak mengerti mengapa sosok yang dikenalnya begitu kuat dan tangguh, kini nampak lemah tidak berdaya.

Melihatnya lagi dengan semua bekas luka diwajah dan tangannya, mengingatkan MacKenzie pada awal perjumpaan mereka dalam sebuah penugasan berbahaya di Cairo - Mesir, tahun 2011 silam.

"Bisakah kau tepikan mobilnya sebentar?"

Tanpa membantah, MacKenzie segera menepikan wagonnya ke pinggir jalan.

Ia biarkan sosok itu keluar dari mobil dan meninggalkan dirinya dengan wajah pucat.

Rasa sakit akibat luka tembak yang bersarang di tubuhnya pasti tidak tertahankan, hingga sosok tersebut terus menyentuh bagian itu dengan salah satu tangannya di sepanjang perjalanan mereka.

Mungkin benar apa yang dikatakan Dokter muda tadi. Seharusnya sosok tersebut tetap berada disana dan mendapat perawatan, bukan berada disini bersamanya.

Ketika salju mulai turun perlahan dan memenuhi kaca depan jendela mobil, MacKenzie akhirnya mematikan mesin mobilnya untuk menyusul sosok tadi.

Suhu di luar mobil pasti sangat dingin.

Ia khawatir sosok tersebut akan mati membeku karena kedinginan.

Namun di luar dugaan, sosok tersebut justru terlihat sedang duduk tenang di pinggir jalan dengan pandangan kosong menatap ke depan.

Sesekali MacKenzie melihat sosok tersebut memejamkan matanya karena menahan sakit.

Dengan langkah hati-hati, MacKenzie akhirnya melangkah mendekatinya lalu memandang wajahnya yang memucat.

Lost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang