Bagian 18 : Perjalanan (3)

40 3 0
                                    

Blackford, Scotland UK

Brentt menghentikan wagon hitamnya di depan sebuah Motel kecil di pinggir jalan.

Ia akhirnya menyerah setelah melalui tiga jam perjalanan yang panjang dari Ullswater. Hujan salju yang tidak kunjung berhenti membuatnya harus extra berhati-hati mengemudikan mobilnya hingga mengakibatkan dirinya semakin kelelahan.

Untuk beberapa saat lamanya, Brentt memejamkan matanya sambil menyandarkan punggungnya ke sandaran kursi pengemudi.

Waktu sudah menunjukkan pukul 1 pagi saat itu, dan Brentt tidak bisa menyangkal bahwa dirinya memang butuh sebuah tempat beristirahat yang nyaman dan hangat sebelum melanjutkan perjalanannya lagi.

Tanpa ragu, Brentt akhirnya meninggalkan mobilnya menuju pintu lobby Motel yang tertutup rapat.

Sama seperti Motel di kota kecil lainnya, Motel yang disinggahinya kali ini juga sangat sederhana. Tidak ada hal istimewa yang nampak di dalamnya, kecuali hiasan pohon natal penuh lampu warna warni yang diletakkan di sudut ruangan lobby yang sempit.

Brentt perlahan membuka tudung jaketnya. Ia hampiri sebuah meja resepsionis yang berada tidak jauh darinya lalu mendapati seorang lelaki muda sedang tertidur pulas dikursinya.

Brentt terdiam sejenak. Ia amati meja resepsionis yang nyaris kosong didepannya lalu menemukan sebuah bel yang tersembunyi di balik tumpukan buku tamu usang.

Dengan hati-hati ia menekan bel tersebut untuk membangunkan lelaki tadi. Namun, setelah berulang kali ia melakukannya, lelaki itu tidak juga terbangun.

Sambil memasang wajah lelah dan kesal, Brentt akhirnya memukul meja resepsionis dihadapannya untuk membangunkannya.

Dan seperti yang sudah bisa diduga, lelaki itu terbangun dari tidurnya dengan ekspresi kaget. Dengan kikuk, ia bangkit dari kursinya lalu menyapa Brentt dengan kalimat terbata-bata.

"A-ada yang bisa saya bantu, S-sir?"

"Apakah tersedia kamar dengan pemanas dan air hangat?"

"T-tentu. Kami menyediakan cabin room, lengkap dengan pemanas dan air panas, Sir"

Lelaki muda itu mulai memperhatikan penampilan Brentt lekat-lekat. Mulai dari jaket lusuh yang dikenakannya hingga beberapa memar kebiruan yang nampak pada wajah tegasnya.

Untuk sejenak lelaki muda itu merasa takut.

Sepanjang ia berjaga malam di motel ini, ia belum pernah sekalipun mendapati tamu dengan penampilan kacau seperti Brentt.

"Dimana letak kamarnya?"

Ucapan Brentt seketika menghentikan lamunan lelaki muda tersebut. Dengan wajah kikuk, lelaki muda itu akhirnya menghampiri Brentt lalu mengajaknya keluar lobby motel.

"Mari, saya antar anda ke kamar"

Brentt ikuti langkah lelaki muda itu menyusuri halaman parkir dan deretan panjang kamar penginapan yang terbentang dari lobby motel.

Brentt sempatkan dirinya mengamati beberapa kamar penginapan yang dilewatinya. Semuanya nampak terisi.

Untuk sebuah kota kecil yang diapit oleh kota besar seperti Perth dan Stirling, Blackford memang kota persinggahan yang ideal untuk melepas lelah bagi pelancong sepertinya.

Lost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang