New York City, USA
End of November 2016Brentt menatap seraut wajah sendu yang sedang menghadap jendela besar di sudut apartemennya. Sudah tigapuluh menit berlalu, namun sosok itu belum juga beranjak dari sisi jendela.
Pemandangan kota New York siang itu sangat muram. Awan gelap sudah mulai bergelayut sejak pagi dan menumpahkan gerimis sesaat sosok itu tiba di ambang pintu apartemen siang ini.
Brentt menghentikan langkahnya sejenak.
Kedua mata birunya menatap siluet sosok semampai itu dengan sepenuh hati.
Ia sudah tidak bisa membohongi dirinya lagi.
Perasaan yang memenuhi dirinya selama dua tahun belakangan ini semakin lama semakin nyata terhadapnya.
Brentt bahkan sudah mulai lupa dengan tujuan awalnya datang ke kota metropolis ini.
Semua prioritas dirinya seketika berubah.
Untuk pertama kalinya ia merasa lebih hidup. Semua petualangan yang melelahkan dan menggerogoti dirinya selama ini bukanlah sesuatu yang memacu adrenalinnya lagi.
Sosok itu menawarkan sesuatu yang selama ini tidak pernah sekalipun dicicipinya.
Kedamaian.
Sosok itu adalah tempat pelarian bagi jiwanya yang kering.
Terlepas dari semua penyangkalan yang dulu dirasakannya, Brentt akhirnya mengakui bahwa dirinya ternyata telah tenggelam terlalu jauh dalam pesonanya. Ia bahkan terlanjur membangun harapan tinggi untuk bisa hidup bersamanya.
Ia menjiwai sepenuh hati penyamarannya kali ini. Meninggalkan jati dirinya dan menyandang identitas palsu yang seharusnya ia tinggalkan demi bisa terus bersamanya.
"Allie, menjauhlah dari jendela. Kau sudah berada lama disana.."
Sambil tersenyum, Brentt menyapa sosok cantik itu dengan tatapan lembut.
Tapi sosok berambut ikal itu masih terlihat sibuk dengan dirinya sendiri. Tidak ada satupun ekspresi lain yang nampak di wajahnya kecuali sebuah tatapan kosong ke langit mendung yang nampak di luar jendela.
Brentt akhirnya mulai memberanikan dirinya mendekat. Namun sosok cantik itu seketika menoleh.
"Adakah hal yang kau sembunyikan dariku, Ben?"
Brentt tertegun sesaat. Ia amati wajah sendu itu dengan pertanyaan. Sejak sosok itu tiba, Brentt belum sekalipun menemukan senyum manis hadir di wajahnya.
"Apa maksudmu?"
"Jangan beri aku tatapan itu. Kau tahu betul apa yang sedang kubicarakan"
Brentt terdiam. Suara lembut yang biasa menyentuh jiwanya kini terdengar datar dan terkesan mengintimidasi.
"Allie-"
"Sampai kapan kau akan bersandiwara seperti ini didepanku?"
Senyuman hangat yang semula nampak di wajah Brentt sedikit semi sedikit mulai memudar, bersamaan dengan perubahan ekspresi wajah sosok cantik dihadapannya yang berubah dingin.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost
ActionObsesi perburuan seorang Agen Rahasia untuk menemukan kembali sosok istimewa yang pernah menjadi target operasinya. Namun ia tidak sendirian dalam perburuan tersebut.