Bagian 1 : Senandung Selamat Tinggal

171 5 6
                                    

Thousand Oaks, California USA
November 2018

Sebuah suara alarm panjang akhirnya membangunkan Alexander Raven Brentt dari tidurnya.

Kedua matanya mengerjap perlahan sebelum menatap jam digital yang terus berbunyi dari sisi tempat tidurnya.

Dengan malas, ia hentikan suara nyaring alarm jam tersebut dengan melemparnya ke lantai. Sudah beberapa hari ini ia pulang larut malam. Dan kini ia sudah harus terbangun lagi untuk menjalani rutinitasnya.

Perlahan Brent mulai bangkit dari tempat tidur.

Ia langkahkan kakinya diatas lantai parket hangat menuju kamar mandi.

Disana ia bisa melihat pantulan wajahnya dengan jelas dari kaca wastafel.

Seraut wajah berbeda dari miliknya yang harus ia kenakan selama enam bulan terakhir. Yaitu, wajah seorang bankir berusia tiga puluhan, dengan rambut pirang dan mata berwarna hijau terang.

Brentt tundukkan kepalanya sebentar lalu menatap lagi pantulan wajah di hadapannya.

Ia sudah muak dengan semua rutinitas ini.

Dengan hati-hati, Brentt meraih sikat gigi elektrik didekatnya. Ia tatap kedua mata hijaunya lagi sambil menggosok giginya dengan tenang.

Sepertinya ia lupa mengganti contact lens-nya semalam. Kedua matanya terlihat memerah dan mulai bengkak di sebelah kirinya.

Setelah berkumur-kumur, Brentt lepaskan contact lens hijau tersebut dari kedua matanya. Ia basuh wajahnya dengan air dingin lalu mengeringkannya dengan handuk kecil yang terletak di sisi kanan wastafel.

Ia sudah sangat terlambat pagi ini.

Dengan cekatan, ia langkahkan kakinya kembali menuju ruang closet lalu mengambil sebuah setelan kemeja dan jas dari dalam lemari pakaian.

Ada rapat penting yang harus ia hadiri pagi ini. Dan ia butuh sesuatu yang membuatnya tampak menawan agar ia bisa memainkan perannya dengan sempurna saat meeting nanti.

Setelah selesai mengenakan pakaian terbaiknya, Brentt kembali menatap dirinya didepan cermin. Kedua matanya masih tampak memerah, tapi ia tetap kenakan contact lens barunya sambil tersenyum.

"Mr. Joshua Conelly. You look perfect today"

Dengan percaya diri, Brentt membawa dirinya menuju pintu apartemen lalu menutupnya dengan rapat.

"Selamat pagi Josh!"

Sebuah sapaan ramah membuat Brentt menoleh sejenak. Di halaman apartemen ia bisa melihat seorang wanita paruh baya sedang membawa dua anjing rottweilernya jalan pagi.

Dengan ramah, Brentt tersenyum lalu melangkah menghampirinya.

"Selamat pagi Elena. Dimana Eins?"

Brentt mengenal dengan baik ketiga anjing yang dimilikinya. Namun, pagi ini wanita bernama Elena tersebut hanya membawa dua anjingnya untuk jalan pagi.

"Eins sedang sakit. Aku membawanya ke Vet kemarin. Mereka bilang, hasil pemeriksaan Eins akan keluar hari ini"

Brentt menunjukkan ekspresi prihatinnya saat Elena mulai mendekatinya dan menceritakan anjing tuanya yang sedang sakit.

Diantara tetangganya yang lain, Elena adalah yang paling ramah padanya. Brentt bahkan sudah beberapa kali diundang makan malam bersama keluarganya. Jadi menunjukkan sedikit rasa empati bukanlah hal yang sulit baginya.

Lost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang