Phillips membanting pintu kendaraan dinasnya dengan keras sebelum menyandarkan kepalanya ke jok kursi penumpang.
"Bloody Bastards!!"
Makian keras Phillips seketika membuat sosok Ajudan muda yang baru saja duduk di kursi pengemudi didepannya terkejut.
Selama bekerja dengan Phillips, ia belum pernah sekalipun menyaksikan Phillips menunjukkan emosinya.
Namun malam ini, Phillips terlihat marah sekali. Ekspresi wajah miliknya yang selalu nampak tenang dalam kondisi apapun, kini terganti dengan ekspresi geram.
Sosok Ajudan itu bahkan tidak berani menstater mesin kendaraan yang mereka tumpangi untuk meninggalkan halaman parkir Rumah Sakit. Ia akan menunggu sampai Phillips memberi perintah kepadanya.
Namun setelah beberapa menit berlalu dan tidak ada sedikitpun kalimat terucap dari Phillips, Ajudan itu akhirnya memberanikan dirinya menoleh ke belakang, ke arah kursi penumpang dimana Phillips masih terduduk dengan wajah kesal.
"Sir, adakah tempat lain yang anda ingin kunjungi?"
Bukannya menjawab, Phillips justru meraih ponselnya lalu menekan sederet nomor kontak yang tertera disana.
Tidak lama setelah terdengar nada sambung, Phillips segera membuka pintu kendaraannya lalu menyapa seseorang yang dihubunginya.
"Hello Garret, maaf menelponmu selarut ini. Bagaimana hasil identifikasi tim forensik atas dua korban yang kau temukan di pelabuhan timur? Apakah hasilnya sudah keluar?"
Phillips menanti dengan cemas jawaban dari petugas senior Forensik Kepolisian Skotlandia yang dikenal baik olehnya - Donald Garret.
Ia hanya butuh sedikit bukti untuk memastikan bahwa apa yang berkecamuk dalam benaknya selama beberapa hari terakhir hanyalah sebuah dugaan belaka.
"Hello, Sam. Yup, hasilnya sudah keluar kemarin. Maaf aku belum memberitahumu mengenai hal ini. Ternyata hasil DNA test-nya positif"
Untuk beberapa saat, Phillips terdiam.
"Maksudmu?"
"Yeah, salah satu jasad rusak yang ditemukan kemarin telah teridentifikasi sebagai Alexander Raven Brentt. Sedangkan jasad satunya lagi dikenali sebagai anggota RMP, Isaiah Ronan-"
"Tunggu, itu tidak mungkin-"
Tanpa sadar Phillips memotong kalimat yang didengarnya dengan cepat.
"Kenapa tidak mungkin? Saat identifikasi korban berlangsung di lokasi, salah satu anggotamu datang dan langsung mengenali jasad lainnya sebagai Isaiah Ronan!"
Phillips memejamkan matanya sejenak. Sebisa mungkin ia mencoba mengendalikan dirinya agar emosi yang dirasakannya tidak meluap.
Sebetulnya, protesnya tadi bukanlah untuk menyanggah hasil identifikasi Isaiah Ronan, melainkan hasil test DNA Brentt.
Tapi ia tidak mungkin meneruskan pertanyaan itu pada sosok yang sedang berbicara dengannya sekarang, karena ia sudah menduga bahwa hasil test DNA tersebut sejak awal memang telah dimanipulasi oleh pihak tertentu.
"Y-ya..tentu saja"
"Sam, ini adalah hal yang serius. Kau harus melakukan penyelidikan di kesatuanmu. Norman Gayle memang dikenal sebagai penadah barang curian dan juga agen narkotika, tapi bukan berarti mereka harus menghabisinya seperti ini.."
Phillips perlahan menyandarkan punggungnya ke sisi pintu kendaraan dibelakangnya.
Perasaannya begitu campur aduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost
ActionObsesi perburuan seorang Agen Rahasia untuk menemukan kembali sosok istimewa yang pernah menjadi target operasinya. Namun ia tidak sendirian dalam perburuan tersebut.