Brentt perlahan sedikit menjauh dari sisi tempat tidur.
Ia perhatikan perawat yang sedang berdiri tidak jauh darinya dengan banyak pertanyaan di kepalanya.
"Bolehkah saya tahu kapan jadwal berkunjung 'Wali' yang anda sebutkan tadi? Siapa tahu saya bisa menemuinya"
Perawat itu menoleh ke arah Brentt.
Keraguan sedikit tersirat dalam sorot matanya.
"Maaf Sir, saya tidak tahu tentang hal tersebut. Selama saya merawat Ms. Garth, saya belum pernah sekalipun bertemu dengannya. Mungkin anda bisa menanyakannya ke Pusat Informasi RS?"
Brentt terdiam sejenak sambil terus menatap perawat didepannya. Ia sebetulnya tidak punya waktu cukup untuk tetap tinggal disini dan menemui sosok Wali tersebut. Namun, lagi-lagi sebagian dirinya memintanya tetap tinggal untuk mengawasi keadaan.
Sebelum Brentt sempat ingin bertanya lebih jauh, perawat tersebut telah lebih dulu berjalan menuju pintu lalu tersenyum padanya.
"Sir, waktu kunjungan pasien sudah habis. Saya harap anda bisa membiarkan Ms. Garth beristirahat"
Hal ini mengecewakan Brentt yang masih ingin tinggal. Tapi ia tidak bisa membantah. Bagaimanapun juga apa yang dikatakan perawat tersebut memang benar. Ia sudah terlalu lama berada disini.
Dengan wajah sedikit muram, Brentt akhirnya melangkah mendekat ke sisi tempat tidur. Ia genggam tangan sosok tersebut dengan erat lalu memberikan sebuah kecupan tipis di dahinya.
"Aku harus pergi. Jangan khawatir, aku akan terus mengawasimu, Allie"
Setelah berbisik lirih ke telinga sosok tersebut, Brentt membawa dirinya keluar dari ruang rawat. Ia menunggu dengan sabar perawat yang tadi berbicara dengannya di koridor Trauma Ward.
Tidak lama setelah perawat tersebut menutup pintu, Brentt segera menghampirinya dengan tersenyum ramah.
"Maaf, apakah ada nomor kontak yang bisa saya hubungi untuk menanyakan kondisi Lilian? Kebetulan saya akan melakukan business trip dalam waktu yang lama"
Perawat tersebut terdiam sejenak sambil memandang sosok gagah di hadapannya. Entah kenapa, hatinya menjadi iba setelah melihat ekspresi penuh pengharapan dari kedua mata berwarna hijau tersebut.
Tanpa ragu, perawat tersebut akhirnya mengambil ponsel Brentt yang terulur padanya, lalu mengetik sederet nomor miliknya.
"Ini nomor saya. Anda bisa menghubungi saya untuk menanyakan kondisi Ms. Garth"
"Terimakasih Nurse.. Martinez. Saya sangat menghargai bantuan anda"
"Sama-sama"
"Oiya perkenalkan nama saya Joshua Conelly"
Setelah menerima ponselnya kembali, Brentt mulai mengulurkan tangannya pada perawat dihadapannya.
"Baiklah, saya harus pergi. Saya akan menghubungi anda dalam waktu dekat, Nurse Martinez. Bye"
Sambil tersenyum sopan, Brentt akhirnya meninggalkan koridor Trauma Ward dengan langkah cepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lost
AksiObsesi perburuan seorang Agen Rahasia untuk menemukan kembali sosok istimewa yang pernah menjadi target operasinya. Namun ia tidak sendirian dalam perburuan tersebut.