Part 14

13.4K 1.4K 239
                                    



Jaemin baru saja keluar dari kamar mandi saat Renjun tampak berlari ke arahnya sembari mendekap mulutnya.

Jaemin ikut masuk ketika Renjun melewatinya dan masuk ke kamar mandi. Di wastafel Renjun mulai muntah2 membuat Jaemin cemas.

" Kenapa bisa begini Injunnie?" Jaemin memijat tengkuk Renjun yang terus2an muntah.

Setelah agak lama akhirnya Renjun berhenti dan terduduk di lantai di depan wastafel itu. Jaemin yang masih memakai jubah mandi itu pun ikut berjongkok dengan wajah khawatir.

" Kita ke dokter ya. Mungkin karna semalam kita berada di pantai terus kamu jadi masuk angin Injunnie." Ucap Jaemin sembari mengangkat tubuh Renjun yang lemas. Wajah Renjun pucat dan rambutnya mencuat berantakan karna baru saja bangun tidur.

Jaemin segera menidurkan tubuh lemas Renjun dan mengganjal kepalanya dengan bantal agak tinggi.

" Kita ke rumah sakit setelah aku memakai pakaian oke. Sabar ya." Jaemin berucap lembut sembari mengelus pipi Renjun. Renjun menatapnya tak berdaya.


" Jae. Tidak usah ke rumah sakit." Renjun bersuara ketika melihat Jaemin yang tergesa2 mengenakan pakaiannya.

" Tidak bisa. Kita harus ke rumah sakit." Jaemin menggeleng pelan.

" Sebenarnya kemarin juga seperti ini." Renjun berucap pelan tapi jelas terdengar di telinga Jaemin. Ia segera menoleh.

" Lalu kenapa tidak bilang padaku?" Jaemin tampak gusar.

" Aku fikir masuk angin." Cicit Renjun.

Tanpa mengeringkan rambutnya terlebih dahulu Jaemin mengenakan masker dan topinya. Lalu memakaikan hal serupa pada Renjun. Tidak lupa memakaikan jaketnya untuk menutupi piyama tidur Renjun.

" Aku belum cuci muka, mandi bahkan mengganti baju Nana." Renjun mulai kuat untuk protes. Tapi Jaemin tidak peduli. Malah mengangkat tubuh Renjun dalam gendongan bridal.

" Tidak Jae. Papah saja. Aku kuat." Renjun kembali menolak membuat Jaemin kesal. Tapi di turuti juga maunya Renjun itu.


****


" Apa anda wali nya?"

Jaemin mengangguk mengiyakan pertanyaan dokter itu.

" Bisa kita bicara sebentar? Ikut ke ruangan saya." Dokter itupun memberi kode untuk Jaemin mengikutinya. Jaemin memang sedari tadi penasaran karna beberapa kali Renjun pindah ruangan dan di tangani 3 dokter yang berbicara berbisik2. Ia segera masuk mengikuti dokter itu ke ruangannya yang tidak jauh dari tempat Renjun beristirahat sekarang sehabis di periksa.

Saat Jaemin masuk dan telah duduk di depan sang dokter, seorang perawat juga masuk memberikan sebuah amplop besar kepada sang dokter. Lalu keluar.

Dokter memeriksa amplop besar itu sebentar lalu kemudian menatap Jaemin.

" Ada apa dengan teman saya dok?" Jaemin bertanya tidak sabaran.

" Saya tidak tau harus memulai dari mana. Tapi apakah anda pernah mendengar istilah male pregnant?"

Pertanyaan dari sang dokter membuat Jaemin was2.

" Intinya saja dokter."

" Tuan Huang Renjun sekarang hamil."

Ucapan sang dokter bagai sambaran petir tepat di wajahnya. Jaemin melotot tidak percaya dan sangat syok.

"A-ap-apa dok? Renjun h-hamil?"

Dokter mengangguk.

" Ini kejadian yang sangat langka. Tapi bukan berarti hal ini tak bisa terjadi, pernah terjadi satu kasus yang sama seperti ini di negara lain."

" Dokter. Saya mohon jangan bercanda."

Dokter menghela nafas pelan dan menyerahkan amplop yang sedari tadi di pegangnya itu kepada Jaemin. Jaemin dengan ragu menerimanya. Jantungnya sangat sesak sekarang. Ia perlahan membuka kembali amplop itu dan melihat apa yang tertulis disana.

Seakan dunianya runtuh Jaemin melihat hasil tes kesehatan Renjun tersebut. Memang tertulis disana male pregnant.

Jaemin mendongak ke wajah sang dokter yang menatapnya penuh simpati.

" Apakah anda kekasihnya? Apakah anda pernah melakukan hubungan badan dengan pasien?" Pertanyaan dari dokter itu pun kembali memukulnya dengan telak. Lidahnya kelu tidak bisa menjawab. Ia dan Renjun belum berpacaran. Tapi mereka telah 2 kali melakukan hubungan badan dalam 2 bulan ini.

" Kandungannya berusia 7 minggu." Dokter itupun kembali menjelaskan ketika Jaemin tidak menjawab pertanyaannya. Dari ekspresi orang yang di depannya itu, sang dokter sudah bisa menebak sendiri jawaban pertanyaannya tadi.

" Dok. Apa yang harus saya lakukan?" Jaemin tampak takut sekarang, bahkan airmatanya telah meleleh di pipinya.

" Jika kalian mau, tentu saja kalian bisa merawatnya. Itu darah daging kalian bukan?"

" Dokter tidak kenal kami?" Suara Jaemin terdengar parau. Sang dokter mengamati wajah Jaemin. Lalu menggeleng.

" Tidak. Apakah anda publik figur?" Dokter separuh baya itu menebak. Jaemin mengangguk dengan airmata yang lebih deras.

" Kami member boygrup NCT Dream." Suara Jaemin melemah. Dokter itu kaget ketika mendengar nama grupnya.

" Bukankah itu boygrup yang sedanf naik daun? Boygrup yang anggotanya rata2 di bawah umur 20 tahun?"

Jaemin menatap dokter itu bingung. Bukankah tadi ia tak mengenalinya.

" Ah itu. Anak gadisku sangat menyukai kalian. Saat aku pulang bekerja dia terus saja mengoceh tentang kalian." Seperti tau arti tatapan bingung Jaemin itu akhirnya sang dokter menjelaskan.

" Benar. Ini sangat pelik." Dokter itupun kembali bersuara karna tau kondisi dari pasiennya itu.

" Saya harus apa dokter? Renjun pasti akan terpuruk saat tau hal ini." Jaemin terisak di tempatnya. Kali ini ia sangat menyesali kesalahannya. Dokter itupun bangkit dan memutari mejanya lalu merengkuh tubuh Jaemin, memberikannya pelukan yang menenangkan.

" Bicarakan ini bersama keluarga dan orang2 terdekat. Meskipun sulit, tapi tidak ada lagi yang bisa kita lakukan. Mengaborsinya? Apakah kalian tega?"

Jaemin semakin terisak di pelukan sang dokter.

" Setelah bangun nanti. Saya akan menolong untuk menjelaskan hal ini kepada tuan Renjun." Ucapnya lagi. Jaemin mendongak dan melepaskan pelukan dokter itu.

" Apakah Renjun bisa menerima keadaannya nanti?"

" Apakah kamu akan bertanggung jawab?"

Pertanyaan yang di balikkan dokter itu membuat Jaemin terdiam sesaat. Selama ini ia selalu tampak main2 dengan segala hal. Tidak pernah terlihat serius akan sesuatu. Tapi kali ini sangatlah berbeda.

Jaemin mengangguk mantap.

" Tentu saja aku akan bertanggung jawab dokter." Ucapnya.

" Nah. Hal itu sudah cukup untuk sedikut membantu pasien." Ucap dokter itu lagi. Jaemin tampak mengangguk dan mengusut airmatanya.

" Rumah sakit ini bisa menjaga data pasien kan dokter? Bukan apa2. Saya takut hal ini terendus oleh massa."

" Tentu saja." Dokter itu pun mengangguk meyakinkan. Jaemin merasa sedikit lega.

Ya. Jaemin akan mempertanggung jawabkan perlakuannnya itu. Toh dia juga sebenarnya mencintai Renjun.

" Aku akan menanggung hidup kita jika kamu mau Injunie" lirih Jaemin sembari menatap amplop yang ada di tangannya itu.

TBC...

 Need Your Love | Jaemren ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang