Part 19

12.3K 1.3K 239
                                    






" Sayang bertahanlah!"




Jaemin langsung mengangkat tubuh Renjun dan membawanya keluar menuju basement.




" Ah shit! Dimana kuncinya?!" Jaemin sekarang berteriak frustasi mengaduk2 tasnya. Sekian lama berkutat akhirnya ia menemukan kunci mobilnya dan segera membaringkan Renjun di kursi belakang. Ia segera masuk ke balik kemudi dan langsung menginjak pedal ketika mobil baru pertama kali di starter, padahal hari ini ia belum memanaskan mobilnya sama sekali.

Jaemin memacu mobilnya di jalanan kota Seoul untuk menuju dokter pribadinya yang khusus menangani Renjun.

" Bertahan Renjunnie! Jebal!" Ia berseru kalap. Jaemin benar2 ketakutan dan merasa amat bersalah karna meninggalkan Renjun sendiri.

" Kamu menderita karna aku Renjunnie. Mianhe, neomu mianhe." Sekarang Jaemin tidak kuasa menahan airmata yang selama ini di pendamnya. Batinnya benar2 tersiksa. Renjun pingsan di depan tangga masih memakai baju mereka ketika perform sore tadi. Dan sekarang jam menunjukkan pukul 10kst. Jaemin berteriak memukul setirnya tidak kuat menghitung berapa jam perkiraan Renjun pingsan.

" Aku tidak becus Renjunnie." Jaemin terisak2.


Dokter yang menangani Renjun telah tampak di depan UGD untuk menyambut kedatangannya dengan brangkar dan beberapa orang perawat. Jaemin memakirkan mobilnya tepat dk depan mereka dan langsung turun. Tanpa mau di bantu Jaemin mengangkat tubuh lemah Renjun dan membaringkannya di brankar dan mengikuti brankar Renjun yang dibawa masuk ke dalam.

" Bawa Keruangan praktik saya. Jangan disini." Jaemin mendengar dokter itu berbicara kepada perawat2nya yang hendak memposisikan brankar itu di salah satu sudut UGD. Perawat itu pun mengangguk mengerti dan mendorong brankar itu menuju ruangan sang dokter yang telah bertitle profesor itu.

" Kalian keluarlah. Panggilkan perawat Song dan perawat Kang untuk segera kesini." Dokter yang bermarga Park itu pun memerintahkan 3 perawat itu yang langsung di angguki tanpa protes.

Setelah ketiga perawat itu pergi.

" Jelaskan cepat, apa yang terjadi?" Dokter itu sekarang melirik Jaemin yang matanya sembab itu.

" Dia sebelumnya mengalami kram di perutnya saat sebelum kami perform. Dan setelah perform dia pulang sekitar jam 5. Aku harus ke agensi. Dan a-aku rasa ia pingsan tak lama setelah ia pulang sampai sekarang. Aku menemukannya pingsan di dekat tangga dan langsung membawanya kesini."

Dokter itu pun mengangguk paham. Dari tadi tangannya cekatan memeriksa keadaan Renjun.

" Kau harus lebih menjaganya. Male pregnant sangatlah rentan Jaemin-ssi. Sudah ku katakan itu padamu berulang kali."

Jaemin hanya bisa tertunduk.

" Keadaannya sekarang tidak begitu membahayakan. Tapi Renjun memang harus di rawat karna ia sekarang begitu lemah. Dia bahkan belum siuman. Setelah berjam2." Dokter menanggalkan stetoskopnya dan menatap Jaemin. Jaemin mendongakkan kepalanya.

" Aku tidak tau langkah apa yang akan kau ambil setelah ini. Tapi ku harap itu adalah langkah terbaik, demi Renjun dan anakmu." Dokter itu kembali berkata.

Jaemin mengangguk mengerti, ia mengerti maksud dokternya itu agar dirinya segera bertindak untuk keselamatan Renjun dan anaknya. Sedari tadi ia juga telah memikirkan apa yang akan ia lakukan.

" Kalau begitu aku minta tolong kepada Profesor untuk menjaga calon istriku karna aku harus menyelesaikan sesuatu. Beritahu aku ruang rawatnya nanti." Jaemin berujar yang langsung di angguki Sang dokter. Jaemin segera keluar dari ruangan itu bertepatan dengan datangnya 2 perawat.

 Need Your Love | Jaemren ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang