Part 29

11K 1.1K 81
                                    



" Sayang kamu siapkan?" Jaemin menggenggam erat jemari Renjun yang kini terbaring di ranjang rumah sakit, Renjun tampak sangat pucat.

" A-aku agak takut Na." Lirihnya. Jaemin tersenyum sembari mengelus surai basah Renjun.

" Gwenchana. Semuanya akan baik2 saja sayang. Aku disini, disisimu." Ucap Jaemin lembut. Renjun menatap wajah tegas suaminya itu. Masih tidak menyangka bahwa rekan kerjanya itu akan berakhir menjadi ayah anaknya. Renjun masih menyangka semua itu hanya mimpi.

" Tuan. Sebentar lagi dokter anestesi akan berkunjung sebelum operasi di laksanakan. Apakah tuan Renjun sudah siap?"

Jaemin menoleh kepada seseorang yang baru saja masuk ke ruangan Renjun. Jaemin mengangguk sekilas kepada orang suruhan Chenle yang mengurus segala keperluannya di negeri orang ini.

" Ah ne Ahjussi. Renjun baru saja selesai mandi." Ucap Jaemin, tangannya menggenggam jemari dingin Renjun.

" Baiklah tuan. Saya akan berjaga diluar dan akan kembali bersama tim dokter yang akan mengoperasi tuan Renjun nanti." Jaemin mengangguk lagi seraya mengucapkan terimakasih.

" Appa sudah tidak sabar menggendongmu, Bill." Ujar Jaemin sembari membawa tangan Renjun ke perut istrinya itu. Di usapnya perut buncit Renjun dengan lembut.

Sejenak Jaemin tercenung memikirkan nasibnya. Secara internasional umurnya belumlah mencapai angka 20, tapi sekarang ia harus mengemban tanggung jawab besar dalam hidupnya. Sama sekali tak pernah di sangkanya hidupnya akan sepelik ini. Selama ini ia terlihat cuek dan tenang menghadapi apapun, tapi di detik2 seperti ini rasa takut dan cemas menggerogoti perasaannya.

Di tatapnya mata Renjun yang juga menatapnya dalam diam. Jaemin sangat takut kehilangan orang yang 5 bulan yang lalu resmi di nikahinya itu. Ia takut karna Persentase keberhasilan operasinya adalah fifty fifty, karna ini adalah kejadian yang langka dan tentu saja sangat beresiko. Meskipun Dokter Robert, kenalan profesor Park itu selalu mengatakan akan memberikan yang terbaik, tapi tetap saja rasa waswas selalu menghantuinya. Yang bisa Jaemin lakukan hanya lah berdoa sebanyak2nya agar semuanya berjalan dengan lancar.

" Aku yang akan di operasi kenapa wajahmu yang tegang Nana?" Ucapan Renjun mengembalikan Jaemin ke dunia nyata.

" Wajarkan aku cemas menunggu anakku?" Ucapnya sembari mengangkat salah satu alis tebalnya itu.

" Kau tampan Na. Aku harap anak kita akan setampan kamu nantinya." Ucap Renjun tulus. Jaemin sesaat terpana, jarang sekali Renjun mau berkomentar tentang rupa wajahnya. Dan juga sangat jarang Renjun mau berucap dengan kata2 manis seperti itu kepada siapapun termasuk dirinya.

Dengan senyumannya yang lebih manis lagi Jaemin menyambut ucapan manis dari Renjun itu.

" Tentu. Karna dia darah dagingku." Jawab Jaemin.

" Terimakasih karna telah memberikan segalanya untukku. Aku juga ingin membalasnya untukmu, tapi entah kenapa aku tidak bisa." Lirih Renjun.

Demi mendengar kata2 itu mendadak rasa sedih menghujam ulu hatinya, matanya memanas. Tentu saja ia harus mempertanggung jawabkan kelakuannya itu. Jaemin berfikir apa yang Renjun lalui lebih berat dari apa yang ia lalui. Memikirkan bagaimana penderitaan Renjun selama kehamilannya dan bagaimana tertekannya batin Renjun ketika orangtuanya benar2 memutuskan hubungan dengannya. Jaemin seringkali memergoki Renjun yang menangis diam2 di kamar mandi atau dimana pun asal tidak diketahui olehnya, meskipun sebenarnya ia tau, tapi di biarkannya pemuda manis itu menumpahkan segala sesak di dadanya dengan menangis itu. Kadangkala di pagi hari ia mendapati mata istrinya itu membengkak karna semalaman menangis. Yang ia lakukan hanya memeluk Renjun dengan erat tanpa mengatakan apa2, lebih memilih menguatkan Renjun dengan bahasa tubuhnya di bandingkan dengan lisannya.


 Need Your Love | Jaemren ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang