20. Open up

3K 492 60
                                    

Kim Namjoon
         
       
         
          
Taehyung pernah bilang padaku kalau menjalin suatu hubungan serius dengan manusia itu adalah hal yang paling sulit untuk dilakukan. Selain berusaha menjaga perasaan si lawan bicara, tapi juga harus berusaha memaklumi keadaan sekitarnya.

Apalagi saat membangun hubungan serius. Barisan para mantan yang 'katanya' sudah terlupakan, bisa saja tiba-tiba datang tanpa peringatan. Lalu mengacaukan si pemilik barisan mantan itu sampai bingung harus melakukan apa.

Bersyukur lah aku tak punya mantan. Seokjin itu yang pertama untukku. Dan akan menjadi yang terakhir. Aku ingin dirinya tak peduli bagaimana pun hambatan dan tantangan saat dalam proses mendapatkannya.

Tapi, aku tak yakin dengan Seokjin.

Apalagi saat kulihat dia berdiri berhadapan dengan seorang pria yang tak kukenal di lobi fakultas. Aku baru saja ingin keluar pergi membeli churros kesukaan Seokjin, tapi malah harus balik badan karena takut mengganggu. Padahal aku bisa saja datang dan merangkul Seokjin dengan posesif sambil memberikan tatapan paling menakutkan pada pria itu.

Tapi, aku tak melakukannya. Bodohnya, aku malah pergi dan menganggap tidak melihat apapun padahal jelas-jelas itu Kim Seokjin.

Aku sebenarnya tidak bisa bersikap baik-baik saja. Kim Seokjin terlalu kuat mengikatku.

Tidak.

Bukan dia yang mengikat. Tapi aku yang menyerahkan talinya dan membiarkan Seokjin membuat simpulnya sendiri agar aku tidak bisa kabur kemana-mana.

Cinta memang membuat bodoh.

Katakan lah aku aktor paling hebat di antara barisan para aktor peraih piala penghargaan di luar sana, karena aku sudah dengan mahirnya memberikan senyum lesung pipiku ketika bicara dengan anak itu. Jemariku juga tanpa hentinya membersihkan sudut bibirnya yang terkena bubuk kayu manis yang ditabur di sekeliling churros. Dan Seokjin sama sekali tidak terganggu dengan perhatianku itu.

Dibalik cerewetnya, aku bisa melihat sesekali ada jeda panjang setelah ucapannya dengan mata menerawang jauh entah kemana. Badannya ada di dekatku, tapi nyawanya tidak ada di ruangan ini. Mulutnya bergerak mengunyah, tapi dia tidak merasakan bagaimana manisnya kue itu. Benar-benar bukan Kim Seokjin.

Aku jadi penasaran sendiri melihat tingkahnya ini.

Pria itu siapa? Kenapa dia sampai membuat Seokjin tidak fokus seperti ini? Apa dia punya cerita masa lalu pada Seokjin yang sama sekali tak kuketahui? Atau malah, bisa jadi pria itu yang membuat Seokjin tidak bisa lagi membuka hatinya dengan mudah?

Aku menunggu momen dimana Seokjin akan menceritakan semuanya padaku hari ini. Tapi bahkan sampai dia mengatakan kata pamit, tak ada pun satu kalimat yang mengarah ke kejadian tadi pagi yang terlontar dari mulutnya.

Buru-buru aku melontarkan kalimatku--yang terdengar seperti sebuah kode--sesaat sebelum dia membuka pintu kantorku.

"Semoga harimu menyenangkan, Jin."

Anak itu memutar setengah badannya ke belakang, menatapku yang mengulum senyum padanya dengan ekspresi setengah bingung setengah terkesiap. Kemudian dia mengangkat kedua sudut bibirnya, tersenyum dan mengangguk kecil.

Setelah kepergiannya, aku langsung mengutuk diri dan menyalahkan tingkahku yang sok keren itu. Padahal niatnya tidak mau mengatakan itu. Tapi malah terdengar seperti:

"Tadi pagi aku melihatmu dengan seorang pria. Dia siapa ya? Ayo cerita!"

Duh, bodohnya. Bodoh, bodoh, bodoh.

Pasti sekarang dia sedang menganggapku orang aneh. Mendadak mengatakan itu dengan wajah tampan dibuat-buat dan dengan suara sok berwibawa. Idih. Menggelikan sekali.

[END] His Smile  |  NamjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang