40. The last meeting

4.6K 432 51
                                    

Bacanya coba sambil dengerin instrumen game BTS World yang Jin - Wish.


.

Hidup sebagai Kim Namjoon sangatlah tidak menyenangkan. Dipandang sebagai orang yang sempurna, dia seperti dituntut harus bertingkah laku sesuai dengan keinginan orang lain. Banyak omongan dan saran yang malah terdengar seperti kritikan telah membajiri hidupnya. Setiap langkahnya selalu diperhatikan dan dinilai. Kalau disukai, dia akan langsung dielu-elukan. Tapi kalau tidak, dia akan langsung dihujat sana-sini. Meski dengan begitu Namjoon bisa menjadikannya acuan untuk berubah menjadi yang lebih baik, namun di beberapa kesempatan dia benci menjadi pusat perhatian.

Setelah berita mengenai kecelakaan Kim Seokjin tersebar, sontak semua orang jadi mempertanyakan keadaan Namjoon yang notabene adalah professor yang paling akrab dengan mahasiswanya itu.

Ada yang menyayangkan kenapa Namjoon masih suka terlihat di kampus, alih-alih meliburkan kelas untuk menjaga mahasiswanya yang dirawat di rumah sakit. Tapi ada juga yang bersimpati akan kecelakaan itu dan berharap Seokjin pun Namjoon cepat sembuh dari kesedihan.

Namjoon adalah orang yang paling sedih di antara orang sedih di dunia ini. 

Keadaan Seokjin paska kecelakaan membuat Namjoon terpukul. Seokjin tidak ingat sama sekali tentang dirinya. Bahkan secuil informasinya saja tidak ada yang tertinggal di kepalanya. Namjoon sangat kacau sampai mengangkat kepala lama-lama rasanya tidak kuat. Inginnya menangis seharian dan menyalahkan diri kenapa tidak bisa menjaga Seokjin pada saat itu.

Namjoon bukannya penggila kerja, tapi dia hanya tidak tahu bagaimana harus menyikapi situasi Seokjin yang kini tidak ingat apa-apa. Rasanya percuma datang ke rumah sakit dan menampakkan diri kalau yang ditemui saja sudah seperti orang asing. Cukup sudah hatinya terluka melihat keadaan tubuh Seokjin yang masih punya beberapa bekas luka dan lebam. 

Setelah percakapan singkat antara dirinya dan Seokjin pada malam itu, Namjoon lantas memutuskan untuk tidak datang lagi berkunjung. Aneh memang. Seharusnya dia senang Seokjin sama sekali tidak terkejut melihat kedatangannya meski itu yang pertama kalinya mereka bertatap begitu dekat setelah kecelakaan. Itu artinya Seokjin tidak melupakan keberadaannya, hanya lupa bagaimana rupa dan perawakannya.

Tetap saja, Namjoon tak ingin mengunjunginya lagi. Biarlah Seokjin yang berusaha mengingatnya. Dia tak mau ingatan itu tercampur dengan presensinya yang sudah menjadi asing. Tinggal waktu yang bisa membantu Seokjin mengingat segalanya.

Pengecut?

Tentu saja.

Jimin sampai memakinya ketika dia datang ke kantor tanpa memberitahu. Pria baik hati itu menangis sesungukan sembari menceritakan bagaimana keadaan Seokjin yang sudah berubah menjadi mayat hidup. Raganya ada, tapi tidak dengan jiwanya. Membuat pilu siapapun yang melihat.

"Anda tahu, Pak? Seokjin hyung bahkan meneteskan air mata berkali-kali tanpa dia sadari. Dia menangis tapi tidak tahu apa yang dia tangisi. Dia tidak lagi bicara banyak seperti sebelumnya. Dia bangun dan duduk di depan jendela seperti pesakitan yang pasrah menunggu ajal. Saya tak mengerti kenapa anda tak lagi mengunjunginya, Pak."

Jimin sesungukkan di balik pintu kantor. Dia menutup matanya yang basah dengan lengannya dan terisak di balik ucapannya. Suaranya campur aduk, antara prihatin penuh iba sembari memprotesi dengan penuh amarah. Namjoon sampai tak bisa berkata-kata. Dia duduk membatu di kursi putarnya, menatap gamang Jimin yang masih menangis. Dia tak tahu mau memberi respon seperti apa karena ini sudah jadi salahnya. Seokjin tidak akan berubah menjadi seperti itu kalau bukan karena dirinya.

"Seokjin hyung ingin bertemu, Pak."

Satu kalimat yang terlontar itu mampu membuat jantung Namjoon berdegup kuat sampai terasa sesak di dada. Rasa tak nyaman mulai menjalar sampai tangannya berkeringat. Dia bahkan tak fokus lagi mendengar penuturan Jimin tentang keadaan Seokjin lainnya. Kepalanya terus memutar kalimat itu. Dia jadi kalut, sekaligus cemas apa yang akan dia katakan.

[END] His Smile  |  NamjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang