Hari demi hari, lalu memasuki bulan baru dan mengakhirinya sembari menikmati pergantian musim yang hangat menjadi dingin. Tak terasa sudah banyak jam yang terlewati bersama-sama. Saling mendukung satu sama lain, pun mencintai tanpa tahu dimana batasnya. Setiap saat selalu begitu tanpa ada kata rasa bosan yang terlontar. Sekuat mungkin mendewasakan diri menghadapi segala situasi yang bisa saja berpotensi merusak hubungan.
Banyak orang yang menyebut mereka adalah pasangan yang membosankan. Jarang menunjukkan sentuhan di muka umum layaknya dua sejoli yang dimabuk asmara. Hanya sebatas berjalan berdampingan tanpa berpegangan tangan, meski sudah berada di luar area kampus.
Mereka hanya tidak tahu saja apa yang Namjoon dan Seokjin lakukan jika sedang berada di apartemen atau di kantor. Jangankan berpegangan tangan, saling mencium dan melontarkan ucapan sayang penuh cinta pun sulit dihitung berapa jumlahnya saking banyaknya. Anehnya, mereka tidak pernah bosan mendengarnya. Rasanya selalu menggelitik sampai membuat muka, telinga dan leher memerah. Apalagi jika sedang berciuman.
Banyak yang menyebut Seokjin adalah penggoda ulung karena berpacaran dengan pria dewasa yang punya jarak umur hampir lima belas tahun. Tidak ada yang percaya sampai muncul desas-desus tidak mengenakkan yang mengatakan Seokjin menjual dirinya demi nilai dan beasiswa. Tentu saja tidak benar, tapi publik tidak akan mempercayai protes ini, bukan?
Di awal mereka berpacaran, tidak ada yang percaya pria pendiam dan tak banyak tingkah seperti Seokjin bisa menggaet pria seperti pak Kim Namjoon. Mustahil sekali, mengingat Seokjin sangat menghindari percakapan empat mata dengan professor muda itu. Apalagi di awal perkuliahan Seokjin tampak menutup diri dari para teman-teman sekelas. Pantaslah para mahasiswa lain berpikir kalau Seokjin punya maksud lain dengan mendekati pak Namjoon, satu-satunya manusia yang mau dia ladeni.
"Lalu apa yang kau lakukan dengan fitnah itu, Jin?"
Namjoon menyingkirkan sedikit demi sedikit poni panjang Seokjin dengan telunjuknya sembari menatap sayang mata Seokjin yang sedang menatap jemarinya yang bermain-main. Mereka sedang berada di posisi yang paling menyenangkan; Namjoon menjadikan dirinya sebagai 'bantal besar' dengan Seokjin berada di antara kakinya dan menyandar di dada bidangnya. Kaki panjang Namjoon mengurung badan besar Seokjin yang anehnya malah menjadi sangat kecil ketika sedang dikukung seperti ini.
"Aku tidak melakukan apa-apa." Seokjin berubah murung mengingat kembali dirinya yang tidak berbuat apa-apa ketika hampir semua orang menjauhinya saat berita pacaran itu mencuat keluar.
"Kenapa tidak? Aku malah akan memukul mereka tepat di wajah."
Satu tatapan protes dilayangkan untuk Namjoon yang bicara dengan percaya diri, seakan-akan dia mau melakukan itu jika jadi dirinya. Namjoon terkekeh melihat wajah pacarnya lalu mengecup kilat pelipisnya.
"Dengan kata-kata. Tidak dengan tangan. Orang hebat tidak 'memukul' dengan tangan."
Ekspresi Seokjin melembut, senang dengan penuturan Namjoon. Dia pun tersenyum lebar dan berkata, "Aku hampir kecewa, tahu! Tidak kusangka orang seperti Kim Namjoon senang memukul. Syukurlah kalau tidak."
"Aku suka memukul," ucap Namjoon cepat membuat ekspresi Seokjin berubah datar lagi. "Kau." Dia tersenyum miring dengan tatapan kotor yang pernah ada.
Seokjin buru-buru menjauhkan badannya dan menyingkirkan lengan Namjoon dari bahunya sambil memberikan tatapan jijik. "Menyingkir! Dasar mesum!"
Bukannya tersinggung, Namjoon malah suka dengan ekspresi kesal Seokjin yang dia bilang lucu. Dia terkekeh yang malah membuat Seokjin menatapnya dengan mata menyipit dan dahi berkerut. Membuat gemas Namjoon yang kembali menarik Seokjin untuk mendekat dan memeluknya dengan gemas. Bahu Seokjin yang terbilang lebar jadi mengecil karena lengan Namjoon yang melilit erat.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] His Smile | Namjin
Fanfic⚠️⚠️⚠️ NAMJIN IS A COUPLE IN THIS STORY!!!! IF YOU ARE A HOMOPHOBIC, LEAVE THIS AND GO AWAY!!!! (forgive me for any mistakes, bcs this is my first time writing BL's story^^) alpakakoala, 2019