Tangan Seokjin terentang setinggi-tingginya, meregangkan bahu dan lengannya yang hampir kaku, sembari mengerang keenakan di atas kursi putarnya. Kemudian dia menguap lebar-lebar sampai air matanya muncul di ujung mata saat melirik jam digital di atas meja kerjanya.
Terhitung sudah hampir enam jam dirinya hanya duduk di kursinya tanpa ada keinginan untuk berdiri. Ketika dia lapar pun ada sang asisten yang mau membawakan beberapa makan siang cepat saji kesukaannya. Dan ketika dia butuh sesuatu yang tidak ada di mejanya, dia hanya perlu menyeret kakinya di lantai dan kursinya akan dengan senang hati membawanya ke tempat tujuan. Lemari buku, misalnya.
Senyumnya merekah samar begitu melihat satu pigura foto kecil yang terpajang manis di sebelah monitor. Tangannya meraih pigura itu ke depan wajahnya. Ditatap dua orang yang sedang tersenyum manis ke arah kamera.
Sesaat kenangan itu muncul ke permukaan...
Saat itu Seokjin masih berada di tahun ketiga kuliahnya. Dia dan Namjoon pergi bersama ke Ilsan, kampung halaman Namjoon, untuk berlibur selama beberapa hari. Entah kenapa saat itu Seokjin senang sekali memotret apapun, termasuk Namjoon. Semua momen yang tertangkap matanya pasti dia potret dengan kameranya. Namjoon tentu saja tidak masalah. Apapun yang Seokjin lakukan, dia sama sekali tidak melarang.
Di sela-sela kegiatannya memotret pemandangan di atas bukit, tiba-tiba Namjoon mengambil kamera Seokjin. Tangan panjang Seokjin tidak terlalu bisa meraih kamera dari tangan Namjoon yang ternyata lebih panjang dari miliknya. Terkutuklah kaki dan tangan Namjoon yang kelewat panjang itu.
"Ayo foto bareng!"
Awalnya Seokjin menolak karena dia sedang tidak dalam keadaan yang baik. Wajahnya sudah mulai berminyak dan kena debu jalanan, rambutnya lepek karena keringat, dan ada beberapa jerawat kecil yang muncul di wajahnya akibat terlalu stress selama ujian kemarin. Seokjin tak mau semua aibnya terlihat di kamera dan membuat fotonya jelek.
Tapi akhirnya dia menyerah karena Namjoon terus-terusan membujuknya dengan suara yang dibuat lucu. Bahkan dia sampai harus memuji-muji Seokjin dulu dengan kata-kata manis yang malah membuatnya jadi terdengar menjijikkan daripada menyenangkan.
"Dasar usil," komentar Seokjin lirih yang ternyata dapat didengar Namjoon. Pria itu terkekeh rendah sambil mengatur kamera Seokjin sebelum di arahkan ke wajah mereka berdua.
"Tuhkan jelek! Jerawatku kelihatan." Seokjin mengeluh terus setiap kali fotonya berganti. Dari belasan foto yang diambil, hanya dua foto yang tidak dikomentari olehnya. Dia kecewa, tapi tidak dengan Namjoon yang terus menerus tersenyum. "Lucu ya melihat wajahku jelek?" sindir Seokjin kesal.
"Bukan begitu. Aku hanya senang melihatmu tersenyum, Jin. Kau harus tahu kalau sumber kebahagiaanku hanya dengan melihatmu tersenyum, tidak peduli ada jerawat atau bekas luka di wajahmu. Selama kau memberikan senyumanmu, itu sudah cukup membuatku bahagia."
Bohong kalau Seokjin tidak malu mendengarnya. "Y-yuk kesana. Kayaknya ada yang jual eskrim. A-aku haus." Belum sempat disetujui Namjoon, Seokjin sudah jalan mendahului pacarnya dengan langkah besar-besar yang terlihat canggung.
Namjoon dengan cepat menyusul Seokjin dan berjalan di sampingnya. Tiba-tiba dia mengenggam tangan Seokjin dan menautkan jari-jarinya di sela-sela jari Seokjin.
"Aku mau hidup terus seperti ini bersamamu, Jin."
Seokjin menoleh sembari menatap Namjoon dengan tatapan bingung. "Kenapa tiba-tiba?"
Namjoon pun menggeleng. "Tidak ada. Hanya terpikir saja." Pandangannya lantas menerawang ke pemikiran terdalamnya meski matanya menatap jalanan di depannya.
"Beberapa kali aku memikirkan tentang hidup bersamamu ketika melihatmu tersenyum. Di dalam hati aku berkata 'sepertinya aku bisa berumur panjang kalau terus-terusan melihat senyum ini'. Akan menyenangkan bisa melihatmu terus setiap waktu, Jin. Aku harap kita bisa bersama sampai tua, ya."

KAMU SEDANG MEMBACA
[END] His Smile | Namjin
Fanfiction⚠️⚠️⚠️ NAMJIN IS A COUPLE IN THIS STORY!!!! IF YOU ARE A HOMOPHOBIC, LEAVE THIS AND GO AWAY!!!! (forgive me for any mistakes, bcs this is my first time writing BL's story^^) alpakakoala, 2019