33. After breakfast

2.7K 419 25
                                    

Lot of explanation than conversation. Bacanya dicicil jangan di skip. Soalnya kalau cuma baca percakapan, kalian bakal kehilangan inti cerita yg sebenarnya.
        
        
             
                
                     
Hubungan Namjoon dan Seokjin semakin lengket setiap hari. Apalagi semenjak Namjoon tahu dimana letak rumah sewaan Seokjin. Dia jadi lebih sering berkunjung untuk menjemput pria itu ke kampus, mengajaknya pergi, atau hanya sekedar datang untuk melepas rindu yang berakhir menginap di sana. Untungnya Jimin sudah mulai dekat dengan Yoongi, jadi ketika Namjoon datang menginap Jimin akan pergi ke studio Yoongi dan menginap disana. Katanya tidak mau menganggu orang yang pacaran.

Kehidupan pasangan ini benar-benar sangat menyenangkan. Meski ada beberapa pertengkaran kecil yang terjadi, tapi mereka yakin itu adalah bumbu percintaan yang bisa membuat hubungan mereka semakin langgeng dan lengket. Pun yang mereka permasalahkan tidak jauh-jauh dari makanan apa yang mau dimakan atau tempat berlibur apa yang mau dikunjungi.

Tempat tinggal Seokjin sudah seperti rumah kedua untuk Namjoon. Hampir setiap hari dia akan datang. Jimin sampai hapal jam berapa Namjoon akan datang dan benar saja, lima menit setelah prediksi itu akan terdengar suara bel pintu. Padahal pria itu bisa saja masuk ke dalam tanpa harus menekan bel karena sandinya sudah diberikan pada Namjoon. Tapi dia masih suka usil menekan bel dan menunggu Seokjin membukakannya.

"Biar aku yang buka," ucap Seokjin sembari menaruh pisau dapurnya di atas talenan kayu lalu berjalan menghampiri intercom. Satu senyum terkembang begitu melihat wajah prianya tersenyum sangat lebar ke kamera intercom.

Sesaat setelah Seokjin membukakan pintu, dia langsung disambut satu kecupan kilat di bibir. Pria itu sampai terkejut dan mengerjap linglung. Padahal dia sudah biasa diberi kecupan kilat seperti ini, tapi rasanya tetap sama. Mendebarkan dan selalu mengejutkan. Namjoon tersenyum kotak kemudian mengangkat kedua tangannya yang penuh dengan plastik putih berisi belanjaan. Lalu dengan cepat dia menjatuhkan kedua tangannya lagi.

"Apa aku harus di depan pintu seharian?" tanya Namjoon yang langsung menyadarkan lamunan Seokjin. Pria itu pun memiringkan badannya ke samping, membuat ruang untuk dilalui Namjoon.

"Daging lagi?" tanya Seokjin mengekori Namjoon yang melangkah masuk ke dalam dapur. 

Namjoon meletakkan plastiknya ke atas kabin dapur, kemudian ke lemari pendingin untuk mengambil sekaleng soda dari sana. "Aku tidak mau kau kelaparan, Jin." Dia lalu meneguk sodanya dengan cepat sampai bersisa setengah.

Seokjin menyambar plastiknya dan mengeluarkan isinya yang ternyata lebih banyak dari yang sebelumnya pernah mereka beli. Padahal baru minggu kemarin mereka berdua belanja bersama. Yang dibeli pun sudah terbilang cukup banyak. Bisa untuk mengisi perut Jimin sebanyak lima kali dalam sehari. 

Seokjin menghela napas panjang lalu menggeleng heran ke arah pacarnya.

"Kenapa?" tanya Namjoon polos.

"Taehyung bilang Bapak tidak bisa mengatur keuangan dan benar adanya. Saya khawatir tunggakan belanja Anda bisa mencapai batas limit."

Namjoon malah tertawa kecil. "Bukan hal yang sia-sia menghabiskan uang untuk makanan. Apalagi untuk yang tercinta."

Oke, Namjoon dan segala kebucinannya. 

"Apa aku harus pergi ke studio Kak Yoongi sekarang?" tanya Jimin yang ternyata terlupakan keberadaannya. 

Seokjin bahkan lupa kalau sejak tadi Jimin menemaninya memasak. Dia duduk menumpu dagunya dengan lengan di atas meja, menonton drama picisan percintaan dua orang yang tak pernah lupa menggoda satu sama lain. 

[END] His Smile  |  NamjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang