This is the tip of the cliff. Jika kalian tidak tahan membaca kalimat deskripsi yang terlalu panjang, dimohon untuk menyicil membacanya. Tutup dulu, istirahatkan matanya dengan tidur, lalu lanjutkan besok pagi. Kenapa aku bilang seperti ini, karena chapter ini menjadi alasan kenapa Seokjin terlihat pasif dalam hubungan mereka. Jadi aku mau kalian benar-benar memperhatikan chapter ini dan berikan pendapat kalian untuk yang ini. Terima kasih :)
.
Waktu pun berlalu begitu cepat sampai tak terasa sudah memasuki tahun kedua kuliah Seokjin. Artinya sudah hampir satu setengah tahun umur hubungannya dengan Namjoon.
Dalam waktu selama itu mereka sudah berbagi banyak hal, seperti cerita, kesukaan, hobi, dan juga rahasia. Namun ibarat gunung es, rahasia yang Namjoon dengar dari Seokjin hanyalah ujung gunungnya saja. Bagian bawahnya terdiri dari rahasia-rahasia besar yang sekiranya bisa membuat Namjoon sedih dan merasa bersalah padanya.
Namjoon tak pernah tahu apa yang telah Seokjin lalui selama berpacaran dengannya.
Gosip, fitnah, teror, dan ancaman pernah diterima olehnya selama dekat dengan Namjoon. Pelakunya tak lain dan tak bukan adalah mahasiswi yang sudah lama mengincar professornya itu. Apalagi saat mereka tahu kalau Namjoon dekat dengan Seokjin. Semakin banyak orang yang berusaha menjauhkan Seokjin dari Namjoon, bagaimanapun caranya.
Gosip yang mengatakan kalau Seokjin mendekati Namjoon demi nilai, perlahan berubah menjadi fitnah yang katanya Seokjin memberikan tubuhnya agar diberikan kemudahan selama belajar di kelas Namjoon. Itu karena kelas Namjoon termasuk kelas yang rumit untuk mendapatkan nilai bagus. Namjoon termasuk orang yang kritis dan objektif ketika memberikan penilaian. Jadi jarang mahasiswa yang bisa memuaskan Namjoon dengan tugas dan jawaban mereka di kelas.
"Katanya pernah ada yang mendekati pak Kim dengan cara membawakan makanan dan juga menunggunya di depan kantor. Dia juga beberapa kali meneror pak Kim dengan mengiriminya pesan setiap hari. Padahal mahasiswi itu tidak berada di kelasnya pada semester itu." Jimin membacakan hasil pencarian gosip yang dia dengar selama beberapa minggu terakhir dekat dengan mahasiswa organisasi kampus.
"Mungkin dia hanya ada keperluan untuk beasiswa? Kau tahu kan kalau ingin dapat beasiswa bisa dengan membuat kritikal esai tentang literasi Korea lama."
Jimin langsung berdecak mengolok pemikiran polos nan positif sahabatnya itu. "Hyung perlu lihat bagaimana orangnya. Kau pasti akan menarik pemikiran positifmu itu, hyung."
Seokjin pun mengalah dengan mengangguk-anggukkan kepala. Sepertinya orang yang sempat mengganggu Namjoon itu adalah orang yang tidak benar-benar mendekatinya demi beasiswa. Tapi demi bisa mendapat popularitas karena bisa berhubungan secara personal dengan pak Kim Namjoon, sang professor terkenal yang tampan dan pintar itu.
"Tapi, apa bedanya denganku, Jim?" Seokjin menunjuk dirinya dengan telunjuk.
"Ada apa dengan hyung?"
"Aku juga awalnya mendekatinya karena nilai, bukan? Aku juga bermalam dan 'bermain' dengannya. Bukannya aku tidak jauh berbeda dengan mahasiswi itu?"
"Bukan seperti itu, hyung." Jimin pun mengacak rambutnya frustasi. Dia tidak mengerti kenapa seniornya ini masih sering memikirkan kalau dirinya tak pantas untuk Namjoon bahkan setelah satu setengah tahun berpacaran. "Kau itu berbeda, hyung. Pak Kim memilihmu, bukan kau yang datang padanya. Dia menyukaimu karena dirimu menarik untuknya, bukan kau yang membuat dirimu menarik. Kau bukan mahasiswi itu. Kau adalah Kim Seokjin. Sampai disini kau mengerti, hyung?"
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] His Smile | Namjin
Fanfiction⚠️⚠️⚠️ NAMJIN IS A COUPLE IN THIS STORY!!!! IF YOU ARE A HOMOPHOBIC, LEAVE THIS AND GO AWAY!!!! (forgive me for any mistakes, bcs this is my first time writing BL's story^^) alpakakoala, 2019