Kim Namjoon
Satu hari bersantai bersama Seokjin ternyata sangat menyenangkan. Aku tidak pernah menyangka kalau pergi dengan orang yang kusuka akan semenyenangkan ini. Meski kami hanya berjalan-jalan mengelilingi Seoul dan berakhir ke Hangang pada sorenya, mengayuh sepeda dan memotret pemandangan matahari terbenam, entah kenapa rasanya lebih terasa spesial daripada saat aku pergi sendiri. Hal yang sering kulakukan menjadi sangat istimewa dan takkan pernah kulupakan sampai kapan pun. Bahkan aku akan selalu mengingatnya kalau nanti aku datang ke Hangang lagi.Sebelum membawa Seokjin berjalan-jalan ke hutan lindung dan ke Hangang, kupikir Seokjin akan merengek dan meminta ganti destinasi. Malahan Seokjin tidak masalah sama sekali. Dilihat dari matanya yang antusias menikmati alam sekaligus langkahnya yang melambat di setiap langkah, menandakan Seokjin sangat menyukai berada di tengah-tengah alam, tanpa paksaan sama sekali. Senyumnya pun tidak bisa hilang dari wajahnya yang manis itu. Terus terkembang tanpa takut bisa menyobek pipinya. Kesenangan seperti anak kecil.
Kenapa aku selalu menghubungkan Seokjin dengan anak-anak meski umurnya sudah masuk kepala dua?
Aku sendiri tidak mengerti kenapa dia bisa sangat menggemaskan seperti anak-anak. Bukan berarti instingku yang ingin menjadi ayah keluar, tapi kepribadian Seokjin lah yang membuatku ingin terus menjaga dan menyayanginya layaknya anak sendiri.
Seokjin seperti punya 'orang lain' di dalam dirinya. Berikan dia makanan, dia akan berubah menjadi hamster bulat kecil dengan pipi menggembung penuh saat mengunyah makanan. Tapi, jangan biarkan Seokjin berada di situasi hening membuat nyaman di dalam ruangan, contohnya di kantorku. Kau tidak akan tahu apa yang akan dia lakukan saat di keadaan hening itu. Bisa-bisa dia menarikku dan menciumku. Aku tidak tahu darimana dia belajar hal itu.
Seokjin lebih agresif daripada yang bisa aku bayangkan.
Tidak terkecuali saat kami berada di ruangan terbuka. Kupikir dia akan menjadi agresif saat hanya bersamaku di dalam kantor atau apartemen. Ternyata dia bisa melakukannya di mana saja. Seperti contohnya saat kami sedang berjalan berhadapan, Seokjin tiba-tiba menautkan jarinya ke sela-sela jemariku saat kami tidak sedang bergandengan tangan. Aku menoleh ke arahnya dan mendapati wajahnya yang menegang seperti kucing yang sedang dalam mode siaga.
"Kenapa, Sayang?" tanyaku bingung sembari menundukkan kepalaku untuk melihatnya lebih dekat.
Matanya yang bulat sedang melihat ke arah lain dengan tatapan tajam. "Mereka memperhatikan anda, Pak."
Aku langsung menoleh ke arah yang dilihat Seokjin, dan bisa kulihat ada tiga orang wanita muda dengan pakaian santai dan rambut terurai panjang sedang menatap kami--lebih tepatnya diriku--dengan tatapan mengidolakan. Mereka sepertinya tidak melihat tanganku dan tangan Seokjin yang saling menggenggam. Kemudian kulirik lagi wajah Seokjin yang masih menatap sangar pada wanita-wanita itu.
Oh tidak. Cemburu, eh?
Aku pun mengecup pipi Seokjin secara tiba-tiba, membuat Seokjin terkesiap dan langsung menatapku dengan mata membola kaget.
"Mau kucium juga di bibir? Sepertinya mereka masih belum melihat kalau kau pacarku, nih."
Godaku yang membuat Seokjin memerah dengan mata makin membulat lucu. Dia harus lihat bagaimana terkejutnya wanita-wanita itu saat melihatku mencium pipi Seokjin. Mereka bahkan langsung pergi, berpura-pura tidak melihat apa yang tadi kami lakukan.
"Ti-tidak usah, Pak!"
Masih dengan wajah yang memerah, Seokjin memalingkan wajahnya yang ke arah lain. Dia berusaha keras menyembunyikan wajahnya meski sia-sia. Aku masih bisa melihat betapa merahnya dia berkat leher putihnya itu. Sekarang dia benar-benar mirip kepiting yang sering sekali Taehyung makan. Lucu sekali. Menggemaskan seperti biasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
[END] His Smile | Namjin
Fanfic⚠️⚠️⚠️ NAMJIN IS A COUPLE IN THIS STORY!!!! IF YOU ARE A HOMOPHOBIC, LEAVE THIS AND GO AWAY!!!! (forgive me for any mistakes, bcs this is my first time writing BL's story^^) alpakakoala, 2019