38. He is the one that Seokjin loves the most

2.6K 419 56
                                    

Kecelakaan yang menimpa Seokjin membuatnya harus meninggalkan bangku kuliah untuk sementara waktu. Tapi itu tidak membuat Seokjin bersantai-santai ria di rumah sakit. Satu minggu setelah bangun, dia segera menghubungi semua dosen yang mengajar di kelasnya untuk memberikan keringan serta solusi untuk mengisi kekosongan absennya. Seokjin tak mau mengulang mata kuliah yang sama di tahun depan. Bebannya sebagai mahasiswa tahun akhir membuat Seokjin harap-harap cemas untuk kelulusannya. Dia mau melepas bangku kuliah dengan tepat waktu agar bisa memulai karirnya sebagai penulis.

Setelah banyak bernegosiasi dengan para dosen, Seokjin akhirnya bisa mendapatkan jalan keluar untuk kelasnya. Dia menjelaskan bagaimana kecelakaan itu berefek pada tubuhnya. Terutama luka-luka dan memar yang masih nampak jelas di beberapa bagian tubuhnya. Seokjin pun masih merasa nyeri ketika membawa kakinya berjalan kemana-mana. Bahkan untuk menapak di atas dinginnya lantai saja dia masih mengaduh-aduh sakit.

Jadi, tak heran kalau Seokjin suka mengeluh bosan bahkan saat dia baru lima menit membuka mata. Hal pertama yang dia lihat setiap pagi adalah laptop dan tumpukan kertas tugasnya yang mesti dia selesaikan. Cara untuk mengisi absennya yang kosong adalah dengan mengerjakan tugas-tugas yang terlewat, sekaligus mengikuti kelas online yang diadakan khusus untuknya. Bukan berupa video materi, tapi hanya file presentasi materi dari dosennya. Setelah itu dia harus membuat tugas-tugasnya dalam jangka waktu yang super duper singkat.

Badannya sudah sakit, ditambah pula dengan kepalanya yang jadi sering berdenyut saat mengerjakan tugasnya.

Seokjin belum mandi. Belum makan juga. Tapi sudah berkutat dengan tugas-tugasnya di atas ranjang rumah sakitnya. Berkali-kali dia menguap lelah dengan air mata yang mengumpul di ujung matanya. Badannya lelah sekali padahal sudah tidur hampir sepuluh jam.

Seokjin melempar pena di tangannya ke atas laptop. Lantas membaringkan punggungnya ke atas kasur dengan kedua lengan tersilang di bawah kepalanya. Matanya menatap lurus ke langit-langit kamarnya, sementara pikirannya berjalan-jalan entah kemana. Terbayang-bayang hal acak yang entah itu adalah pengalamannya sendiri, atau hanya sekedar ingat karena pernah lihat di suatu tempat. Kepalanya positif berantakan setelah kecelakaan.

Tiba-tiba Seokjin teringat kejadian tadi malam. Agaknya menyesal tidak bangun saat pria misterius itu bicara tepat di telinganya. Jarak mereka sudah sangat dekat. Seokjin hanya perlu bangun lalu menarik kerah baju si pria itu agar dia bisa melihat siapa orang yang datang ke kamarnya malam itu. Apalagi malam tadi pria itu bilang hari itu bukan pertama kalinya dia datang. Berarti dia sudah mengunjungi banyak malam tanpa Seokjin ketahui.

Suara si pria pun terngiang begitu jelas di telinganya. Padahal itu pertama kalinya Seokjin bisa mendengar dengan jelas suara pria itu. Anehnya, itu seperti bukan suara yang baru pertama kali Seokjin dengar? Terlalu familiar sampai rasanya ingin dengar lagi.

Suaranya berat, namun tidak mengintimidasi. Kalimat yang dia ucapkan terlalu cheesy, tapi membuat candu. Apalagi saat dia mengatakan cinta tepat di telinga. Seokjin ingin mendengarnya lagi. Rasanya seperti dia sudah sering mendengar kalimat itu sebelum hilang ingatan, jadi tidak ada rasa ingin memukul karena diucapkan kata cinta dari pria misterius.

Rindu sekali. Teramat.

Tapi wajah orang yang dirindukan sama sekali tidak terbayang. Jadi, apa ini murni rasa rindu, atau hanya rasa kasihan karena ketidakmampuan diri tidak bisa mengingat orang yang dirindukan?

"Apa kau tahu siapa yang selalu datang memberikan makanan padaku, Jim?"

Lagi-lagi Seokjin menanyakan pertanyaan yang sama ketika Jimin datang. Pria mungil itu sampai harus menghela napas sembari menatap Seokjin dengan ekspresi menahan kesal. "Aku pikir hyung sudah berhenti penasaran," jawab Jimin sekenanya kemudian duduk di sofa dekat pintu masuk.

[END] His Smile  |  NamjinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang