9. Sebuah Lagu

1.5K 239 88
                                    

Hari-hari Daniel terasa sangat berat setelah kepergian Seongwoo. Salahnya tak memanfaatkan kesempatan kedua yang telah Tuhan berikan untuknya. Salahnya yang tak memperbaiki keadaan, tetapi malah memperburuknya. Seandainya dia sadar bahwa ia selemah ini sudah pasti dia tak bersikap bodoh seperti itu.

Ia terlalu percaya diri bahwa ia akan baik-baik saja tanpa Seongwoo. Nyata nya semua itu hanya omong kosong belaka. Lihatlah sekarang siapa yang keadaannya paling kacau ? Badan kurus, pipi tirus, kantung mata yang menggelap.

Tak ada lagi Kang Daniel si tampan yang suka membully orang-orang lemah. Yang ada saat ini hanyalah Kang Daniel si pria kehilangan berat badan dan pendiam.

Ya Daniel sekarang jauh lebih pendiam. Tak lagi ia berulah untuk menganggu anak-anak lain. Bahkan saat di ajak oleh teman-temannya pun ia menolak. Rasa bersalahnya kepada Seongwoo sudah sangat menyesakkan. Ia tak ingin menambah rasa bersalah itu, tak ingin menambah beban kepada mereka.

"Ya Kwon Hyunbin !" Teriak Sejeong dari luar kelas

"Ada apa sayang ? Mengapa berteriak seperti itu hm ?"

"Dimana si Kang Bangsat Daniel itu ?" Tanya nya tanpa basa-basi

"Si Kang pendiam itu ada di taman belakang. Aku sedikit ngeri melihatnya kurasa ia kerasukan arwah aneh si gay itu"

"Jaga ucapan mu Kwon ! Dia bukan aneh, dia bukan gay. Dia mempunyai nama, Ong Seongwoo. Dan satu lagi dia belum meninggal. Kurasa sepertinya kau lah yang kerasukan !"

Sejeong bergegas meninggalkan Hyunbin yang berhasil membuatnya bad mood. Seongwoo sudah tak bersekolah disini tapi masih saja mereka berkata buruk tentangnya. Benar-benar menyebalkan !

Karena terus menggerutu Sejeong tak sadar bahwa ia telah sampai ditaman belakang. Matanya melihat Daniel yang tengah duduk di kursi kesayangan Seongwoo.

"Apa karma sudah datang padamu ?" Tanya Sejeong santai setelah duduk tepat disebelah Daniel

"Ku rasa begitu" Jawabnya dengan memainkan buku harian Seongwoo yang selalu ia bawa kemanapun. Bahkan terkadang ia juga ikut menulis di buku harian itu.

"Apa kau menyesal ?"

"Sangat"

"Rasanya sangat sakit bukan ? Sangat menyesakkan"

"Sekali lagi kau benar" Daniel tersenyum miris dengan tatapan nya yang kosong

Melihat itu, Sejeong seketika tersenyum meremehkan "Itu belum sebanding dengan sakit yang dirasakan oleh sahabatku. Sesak yang kau rasakan tak sebanding dengan yang ia rasakan dan pendam setiap harinya. Bahkan kau dengan kejamnya menambah bebannya seakan kau ingin membunuhnya secara perlahan"

"Aku tahu aku salah Sejeong. Aku jahat, kejam, bajingan aku.. aku tak pantas untuk Seongwoo cintai"

Sejeong bangkit dari duduknya kemudian sedikit menepuk seragamnya yang kotor terkena debu "Baguslah jika kau menyadarinya. Pastikan kau membaca buku itu hingga selesai agar penyesalan dan rasa bersalah mu semakin menyiksamu seakan mereka ingin membunuhmu. Aku sangat membenci mu Kang !"

Sekali lagi Daniel tersenyum getir. Ia sangat paham dan maklum dengan perasaan Sejeong. Gadis manis itu pasti sangat menyayangi sahabatnya. Ia pasti sudah mendengar kisah Seongwoo hingga rasanya ia juga ikut merasakan kesedihan dan beban itu. Tak apa, anggap saja ini bagian kecil dari hukuman yang Tuhan berikan untuknya.


***

Sepulang sekolah, Daniel langsung membaca kembali buku harian Seongwoo. Masih ada beberapa lembar yang belum dibaca olehnya.

Diary - Ongniel [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang